12

22K 1.2K 5
                                    

Keesokan harinya, semuanya berjalan seperti biasa. Rubi yang kembali ceria seperti biasanya, dan Tania yang masih memikirkan rencana untuk segera keluar dari pesantren ini.

Sekarang mereka sedang berada di dalam kelas. Kelas mereka sedang free karena tidak ada guru yang masuk. Berhubung Tania yang sedang tidak ingin membuat onar. Tania memilih untuk bergabung di pembicaraan teman-temannya yang lain.

Terkadang mereka tertawa dan berbicara dan Nayla yang senantiasa menyebarkan berita-berita terbaru di pesantren ini. Kia yang sesekali menimpali pembicaraan mereka. Laura yang selalu memberikan nasihat jika ada salah satu temannya yang berbuat kesalahan. Dan Rubi yang kembali ceria seperti sedia kala.

Tania?

Dia bahkan hanya menjawab ketika ada yang bertanya. Dirinya sangat malas untuk melakukan sesuatu hari ini. Tania lebih baik memikirkan bagaimana caranya Tania keluar dari pesantren.

"Kalian tahu? Ada info terbaru di pesantren kita". Ucap Nayla yang sekarang menyebar percikan-percikan kepo kepada orang-orang.

"Apaan tuh?". Tanya Rubi yang penasaran.

"Besok ustadzah Fira bakalan balik lagi ke pesantren. Dan ustadzah Fira  bakalan balik bertepatan dengan bertambahnya santri baru di pesantren ini".

Nayla yang berbicara tapi Tania yang tersedak. Tania lupa, bahwa alur Novel sudah berjalan sangat jauh. Dirinya bahkan sampai lupa kalau ada pemeran utama yang belum muncul. Seharusnya pemeran utama wanita sudah datang semenjak 2 hari yang lalu.

Dan besok antagonis dan pemeran utama wanita akan bergabung ke dalam cerita. Tania tidak tertarik untuk melihat adegan yang dimana pemeran utama wanita menggombali Gus Fahri. Yang ada Tania ingin muntah mendengar gombalan yang tidak bermanfaat itu.

"Kamu kenapa Tania?". Tanya Laura.

"Gak, gapapa. Lanjutin aja ceritanya". Jawab Tania sambil tersenyum.

"Santrinya laki atau perempuan?". Tanya Kia.

"Perempuan, katanya sih pindahan anak sekolah juga kaya Tania". Jawab Naila.

"Ngapain ngomongin anak baru, mending kalian bantuin gue gimana caranya kita harus nelpon orang tua di pesantren ini". Ujar Tania yang sudah jengah dengan pembicaraan mereka.

"Loh? Kamu gak tau caranya nelpon orang tua disini?". Tanya Rubi.

Pasalnya mereka selalu melewati tempat telpon atau wartel setiap pulang sekolah. Apakah Tania tidak melihatnya?

"Ya enggaklah. Kalau gue tau gak mungkin gue tanya sama kalian. Buruan cepat kasih tau".

"Di wartel. Dekat dengan taman depan sekolah". Jawab Laura.

"WHAT!?, jaman sekarang masih pakai wartel? Kolot banget".

" Sst.. gak boleh ngomong gitu. Kita disini kalau mau nelpon orang tua itu pakai wartel. Kamu gak boleh gitu, harus bersyukur". Jawab Laura.

Tania memutar bola matanya malas saat dirinya tiba-tiba diceramahi oleh ustadzah Laura. Selalu saja, asal ada sedikit kesalahan atau ucapan pasti Laura dengan sigap memberi ceramah.

"Minimal android lah untuk nelpon orang tua".

"Pesantren kita ini adalah pesantren tradisional yang terkenal di pulau Jawa. Karena pendidikan yang masih menerapkan ketradisionalan tanpa melibatkan gadget apapun. Pesantren kita itu bagus loh". Ucap Rubi yang diakhiri memberi 2 jempolnya sekaligus.

"Bagus lo bilang? Kalian itu bego atau gimana sih. Mau aja di bego-begoin sama nih pesantren. Bagi gue, pesantren ini ingin menjauhkan gue dari handphone kesayangan gue". Bahkan Tania sarkas.

Ukhti Figuran (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang