Oke, hari-hari sudah dilewati oleh Tania semenjak kejadian menjadi babu bersama Gus Fahri dan Nasya. Waktu itu umi merasa bangga kepada Tania dan Nasya yang sudah membersihkan rumahnya sampai bersih. Padahal tidak tau saja bahwa Gus Fahri yang membersihkan semuanya. Tapi disitu Gus Fahri sama sekali tidak membela diri dan mengatakan kalau dirinya yang membersihkan. Gus Fahri hanya diam tanpa berkata sepatah kata pun.
Tinggal 5 hari lagi, hukumannya akan selesai. Tapi Tania tidak akan menyelesaikan hukuman itu sampai 5 hari kedepan. Karena dirinya akan melakukan suatu cara agar bagaimanapun hari ini Tania harus pergi dari pesantren ini. Bagaimana caranya?
Tentu saja dengan hal yang gila.
Sekarang Tania akan melakukan hal yang gila itu. Dan sekarang Tania sudah berada didepan wartel dekat taman depan sekolah. Dengan perlahan Tania membuka pintu wartel dan melancarkan aksinya.
Meraih secarik kertas yang ada disakunya yang berisi nomor handphone ibunya Tania asli. Menekan satu-persatu angka tombol telepon dan.. belum tersambung.
Tania tidak menyerah, ia melakukan percobaan kedua. Tapi lagi-lagi tidak tersambung. Untuk percobaan terkahir, kali ini.. tersambung.
Terdengar suara telepon dari seberang sana membuat Tania terdiam sebentar. Tania harus menyesuaikan ekspresi dan suara untuk keadaan yang tepat.
"Halo?"
"Ma..". Panggil Tania dengan suara lirih bercampur serak.
"Ini siapa ya?"
"Ma.. i-ini Tania ma..". Ucap Tania dengan suara yang terdengar hampir isak tangis.
"Tania? Kamu Tania anak mana? Ada apa sayang? Kenapa?".
"Jemput aku ma..aku takut". Ucap Tania lagi yang sekarang dengan isak tangis. Demi mengeluarkan air mata Tania rela menggigit lidahnya kuat-kuat agar bisa mengeluarkan air mata.
Jarang-jarang Tania bisa se-effort ini.
"Kamu kenapa Tania? Cerita sama mama".
Terdengar desakan dari mamanya Tania, membuat Tania tersenyum puas disela-sela luruhnya air mata Tania. Sedikit lagi Tania akan berhasil.
"Ma..aku takut disini hiks.. aku mau pulang. Aku dibully disini". Jawab Tania sambil terisak.
"Kamu diapain sam mereka? Kenapa kamu bisa di-bully?".
"A-aku pernah dikurung di toilet seharian, pernah dipukul sama mereka dan pernah juga disuruh-suruh sama mereka". Jawab Tania yang membuat ibunya Tania asli syok setengah mati.
"Kamu gapapa kan sayang?".
"Mungkin sekarang aku masih bernapas tapi gak tau untuk besok". Jawab Tania dengan sedih.
"Kamu jangan bilang seperti itu Tania, mama gak suka".
"Makanya, mama harus jemput aku. Kalau mama gak jemput aku jangan salahkan aku besok kalau pihak pesantren bilang ke mama kalau aku udah mati". Ujar Tania memainkan mental ibunya Tania.
"M-mama kesa-"
"AAAA...". Teriak Fara dan langsung mematikan teleponnya. Tania tersenyum puas dengan aktingnya tadi.
Anjir.. keren banget tadi gue, kayaknya boleh tuh kalau gue ikut casting film. Lumayan... Bisa jadi protagonis yang tersakiti nanti.
Langkah kedua, Tania harus mencari orang untuk menyakiti dirinya. Sebagai pembuktian didepan mama Tania kalau dirinya benar-benar dibully.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhti Figuran (End)
RandomEntah dosa apa yang Tania lakukan sampai-sampai dunia mencampakkan Tania sesuka hati ke dunia asing yang bahkan Tania tidak tahu tempatnya di mana. "Gue masuk novel" "Peran gue sebagai figuran?" Transmigrasi yang biasanya terjadi di persekolahan nam...