50

9.1K 595 74
                                    

Bantu follow akun tikitok aku dong, aku lagi ngembangin bakat buat bisa jadi quotes

@girl.fearless

Jangan lupa untuk vote dan komen cerita aku dan jangan lupa untuk follow akun aku juga.

Terimakasih

"Gue kesini juga gak mau ngajak kalian ribut juga kok. Gue cuma pengen tahu tentang cerita Gina yang kalian omongin tadi." Balas Tania.

"Bukannya Lo lebih tahu tentang Gina daripada kami? Secara kan dia tetangga lo." Kayla menyerngit.

"Tapi gue nggak terlalu dekat sama tuh anak." Jawab Tania cuek.

"Pantesan Gina kayak nggak suka gitu waktu gue bicarain tentang Tania." Timpal ustadzah Fira.

"Coba deh kalian lihat jarum jam sembilan, kayaknya gue pengen banget deh tarik rambut keriting dia." Pinta Kayla kepada ustadzah Fira dan Tania untuk melihat ke arah kiri.

Lantas ustadzah Fira dan Tania berlirik kepada arah yang ditunjukkan oleh Kayla. Seketika raut muka ustadzah Fira berubah menjadi datar sedangkan Tania berdecih.

"Gila, gercep banget mau ambil hatinya gue safari." Tutur Kayla.

"Kayaknya gue harus mundur deh daripada gue nanti kelewat sakit hati." Timpal ustadzah Vira.

"Udah punya tunangan juga masih suka sama cewek lain." Decih Tania sambil bergumam kecil dan sayangnya gumaman Tania terdengar oleh ustadzah Fira dan Kayla.

"Siapa yang udah tunangan?," tanya Kayla.

Tiba-tiba mereka dilanda rasa penasaran saat mendengar gumangan Tania. Mereka berdua menunggu jawaban yang keluar dari mulut Tania. Mereka menebak, yang sudah bertunangan di antara Gina dan Gus Fahri. Tapi mereka berharap bahwa Gina lah yang Tania ucap.

Tania menggigit bibir bawahnya antara memberitahu atau tidak. Tapi melihat kelakuan gus fahri seperti itu membuat tania ragu memberitahu pertunangan nya dengan gus fahri.

"Bukan siapa-siapa, gue cabut dulu ya. Assalamualaikum." Tania segera pamit dari sana dan membuat ustadzah vira dan Kayla kelimpungan memanggil tadinya menunggu jawaban yang ta usai diberi tahu oleh Tania.

"Kita harus selidiki siapa santri di sini yang udah tunangan."

***

Sengaja melewati kedua insan yang sedang asyik mengobrol, tania berjalan dengan wajah angkuh dengan dagu yang diangkat.

Gus fahri yang melihat tania berjalan melewati dirinya tanpa sapaan seperti biasanya di buat heran. Jadilah gus fahri yang menyapa duluan tania.

"Assalamualaikum tania." Sapa gus bahari di tempat duduknya. Kebetulan Gus Fahri sedang duduk di sebuah kursi kecil dengan menjadi tengahnya bersama gina yang sedari tadi memaksanya untuk menemaninya.

"Wa'alaikumussalam." Jawab tadinya sambil menatap sebentar agus fahri dan gina yang sedang asyik bacang keramas setelah itu berniat untuk bangun pergi.

"Kenapa buru-buru sekali tanya? Duduk disini sebentar bersama kami." ucap gus fahri.

"Gak makasih lagi banyak urusan."

"Ayo tania sudah ketemu kamari kita berbicara di sini." Gina juga ikut andil dalam membujuk tania agar bergabung bersama mereka. Namun tania tetap jual mahal.

"Cih. Udah punya tunangan tapi masih deket sama perempuan lain." Sindir tania terang-terangan.

Gina melirik kearah Gus Fahri yang tampak diam mendengar sindiran dari Tania. Namun sedetik kemudian dirinya hendak menjawab namun langsung disela oleh Tania.

"Ingat, gak boleh berdua-duaan sama yang bukan mahram. Walaupun disini masih ada orang yang lewat tetep aja gak boleh berdua-duaan." Sewot Tania lagi.

"Bukan begitu Tania, kamu salah paham. Kita disini cuma--" ucapan Gina terputus saat Tania menyela perkataan lagi.

"Cuma apa? Cuma pacaran? Gak sekalian nikah?" Ucapan Tania membuat Gina menggeleng ribut menyalahkan ucapan Tania. Gina tidak bermaksud seperti itu, ini semua salah paham. Lagipula kenapa Gus Fahri diam saja saat Tania seperti ini. Yang ada Tania akan semakin salah paham.

"Memang sebagian manusia itu selalu iri dengan kehidupan orang lain. Dan lo termasuk sebagian dari itu."

"Setelah lo rebut keluarga orang dan sekarang lo mau rebut jodoh orang. Gak sekalian lo rebut kematian gue? Kayaknya gak perlu deh. Seperti kata Abi orang yang banyak dosa gak pengen cepet-cepet mati." Sarkas Tania membuat Gina terdiam membisu dengan airmata yang sudah meleleh.

"CUKUP TANIA." Bentak Gus Fahri membuat Tania menghentikan kata-katanya.

Seketika lingkungan disekitar mereka menjadi sunyi dan senyap. Tidak ada lagi orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka. Semuanya tiba-tiba hilang begitu saja.

"Kenapa kamu bersikap kekanak-kanakan seperti ini? Padahal Gina cuma mengajak kamu untuk bergabung. Kamu cukup menolak dan pergi dari sini kalau kamu gak mau terima ajakan Gina. Gak usah sampai menghina dia."

"Saya disini cuma menemani Gina yang sedang bersedih karena tengah berduka atas kepergian ibunya. Hanya itu tidak lebih, kamu tidak usah mengatur ngatur saya. Ingat! Kamu itu masih calon istri saya bukan istri saya."

Deg

Seketika ucapan Gus Fahri membuat dirinya merasa dejavu dengan perkataannya diwaktu kemarin. Tania akhirnya mengangguk mengakhiri percakapannya dan berlalu pergi dari sana.

Tania mengambil langkah lebar untuk cepat-cepat pergi dari hadapan manusia keparat itu. Cukup sudah, Tania tidak akan lagi berurusan dengan mereka. Biarkan waktu yang berjalan menguak segalanya.

Disela langkahnya tampak mata Tania yang memerah seperti menahan tangis. Tangannya ia kepal erat-erat menyalurkan amarahnya. Bahkan orang-orang yang melihat dirinya dalam keadaan seperti itu akan mengira bahwa Tania kerasukan setan.

Ustadz Yusuf yang tak sengaja melihat Tania berjalan lurus dengan mata menyorot kosong pun datang menghampiri. "Assalamu'alaikum Tania." Ucap ustadz Yusuf memberi salam.

"Wa'alaikumussalam, ada apa ya ustadz? Kalau ustadz mau nagih PR yang ustadz kasih kemarin saya sudah kumpulkan di meja ustadz kemarin. Saya permisi dulu." Balas Tania panjang lebar.

"B-bukan i-itu yang ingin saya bicarakan dengan kamu." Jawab ustadz Yusuf cepat sambil mengusap tengkuknya saat merasa tatapan mata Tania membuat hawa disekitar menjadi nangis. Ia malah semakin berprasangka bahwa Tania sedang kerasukan.

"Terus apa ustadz?,"

"Saya cuma ingin memberi tahu bahwa pihak pesantren ingin mengusulkan anak santrinya untuk mengikuti lomba cerdas cermat tingkat nasional berbahasa inggris. Jadi saya mau kamu untuk menjadi perwakilan dari salah satu murid disini."

"Saya gak mau." Tolak Tania mentah-mentah.

"Coba kamu pikir-pikir dulu keputusan kamu. Bukan hanya hadiah berupa uang yang akan kamu dapat jika kamu menang, tapi kamu bakalan diberi kesempatan untuk dibekali beasiswa ke Yaman. Saya melihat kalau kamu mempunyai potensi untuk mengikuti lomba ini." Terang ustadz Yusuf panjang lebar ingin membuat Tania tertarik dengan perlombaan ini.

"Iya. Nanti saya pikirkan, saya permisi dulu assalamualaikum." Setelah mengatakan hal itu Tania langsung meninggalkan ustadz Yusuf yang termenung.

"Kalau bukan karena saya diberi amanah untuk mencari anak-anak pintar seperti kamu, mana sudi saya mengajak kamu untuk menjadi perwakilan pesantren."























Ukhti Figuran (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang