18

20K 1K 0
                                    

Keesokan harinya Tania bersekolah seperti biasanya. Namun kelas pagi ini diisi oleh Gus Fahri, karena ustadz Rizki belum sembuh dari sakitnya.

Di pojok bangku bagian belakang Tania duduk dengan tegap tapi tidak dengan otaknya yang berkelana ke mana-mana. Tania bimbang, di satu sisi dia tidak ingin memecahkan misteri yang ada di dunia ini. Tapi di sisi lain dirinya sebagai manusia merasa penasaran akan misteri tersebut.

"Sstt.."

Tania menoleh saat ada orang yang mengodenya. Ternyata itu adalah Nayla yang memanggilnya dari bangku arah depan. Tania menaikkan alisnya seolah-olah bertanya 'ada apa'.

"Tania selamatkan barang-barang kamu, aku dengar sebentar lagi ada razia". Ujar Nayla.

Tania bingung mendengar perkataan Nayla, kenapa Nayla berkata tentang razia sementara dirinya tidak mempunyai motor yang di bawa ke pesantren ini.

"Gue nggak bawa motor, jadi gue nggak di razia".

Terlihat Nayla menepuk jidatnya sendiri saat Tania tidak mengerti tentang razia di sini.

"Bukan razia motor Tania... Tapi razia barang selain kebutuhan pondok di sini, kitab, dan baju. Kalau ada yang lain daripada itu maka kita harus siap-siap berurusan dengan ustadzah Fira ". Jelas Nayla.

"Kok gitu? Enak banget dia ngambil-ngambil barang orang seenaknya. Dia pikir kita belinya pakai uang dia?". Tukas Tania.

"Memang udah ada aturannya di sini, kalau di sini pasti akan ada mendadak razia. Tapi yang aku tahu, kita udah lakuin razia ini sebelum kamu datang. Sebenarnya di bulan ini nggak ada lagi, tapi ustadzah Fira kayaknya maksa buat razia lagi".

Ada yang aneh dengan ustadzah Fira. Padahal sudah jelas-jelas razia pesantren sudah dilakukan sebelum dirinya datang. Tapi kenapa razia pesantren dilakukan lagi. Apakah ustadzah Fira tidak berdiskusi dulu dengan pemilik pesantren?. Tania harus selidiki ini.

"GILA". Pekik Tania membuat seluruh atensi santri dan Gus Fahri tertuju kepada Tania.

"Ada apa Tania? Kenapa ribut-ribut di belakang?". Tanya Gus Fahri karena Tania mengganggu pembelajarannya.

"Nggak ada Gus, saya izin ke toilet sebentar". Pamit Tania dan langsung meninggalkan kelas tanpa persetujuan dari Gus Fahri.

Gus Fahri menatap dalam ke arah jalanan yang dilalui oleh Tania. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh Tania. Tania itu menyembunyikan sesuatu dan susah ditebak. Sehingga kita harus lebih dekat dan lebih mengenalnya dulu untuk menebak apa yang dipikirkan Tania.

***
"Gue harus ke rumah Umi dulu buat minta izin. Gue harus selamatkan barang-barang Tania asli. Mana tahu ada yang berguna buat gue". Monolog Tania sambil berjalan sendirian menuju ndalem.

Sesampainya di rumah Umi dan Abi Tania mengetuk pintu belakang. Ternyata yang membukakan pintu adalah Abi.

"Ada apa Tania? Kenapa kamu ke sini? Ini belum habis jam sekolah". Tanya Abi beruntun.

"Enggak, Saya mau izin buat datang telat nanti ke sini. Soalnya saya ada urusan bentar". Jawab Tania cepat.

"Oh ya udah nggak papa. Nanti kalau udah selesai kamu lakukan urusannya baru kamu kemari jangan buru-buru".

"Baik Abi".

"Abi?". Panggil Tania pelan.

"Ya? Ada apa?". Jawab Abi bingung.

"Abi ada buat razia di pesantren ini?". Tanya Tania random.

"Kan udah kemarin sebelum kamu masuk ke pesantren". Jawab Abi yang tidak mengerti dengan pertanyaan Tania yang random.

"Oh. ya udah, makasih ya Abi jawabannya". Jawab Tania dan berlalu pergi dari hadapan Abi.

Berarti benar dugaan Tania, bahwa razia yang dilakukan oleh ustadzah Fira belum diresmikan oleh pemimpin pesantren. Jadi Tania mempunyai hak untuk membantah tindakan ustadzah Fira.

Tania kembali ke kelas dengan tampang datarnya. Dirinya memasuki kelas dengan memberi salam dan duduk lagi di bangku pojok bagian belakang. Berhubung pelajaran yang diajarkan oleh Gus Fahri sangat lama. Tania mempersingkatnya dengan tidur di pelajaran Gus Fahri.

***

Bel pulang menyeruak masuk ke indra pendengaran Tania. Tania segera membereskan alat tulisnya dan bergegas keluar. Dirinya harus menyelamatkan benda-benda yang dibawa oleh Tania asli.

Tania sudah lama tidak membersihkan lemarinya. Terakhir kali dirinya membersihkan lemari saat pertama kali ia datang ke dunia ini. Itu pun cuma asal-asalan tanpa membenahkannya.

"Eh, Tania tunggu. Kamu mau kemana?". Tanya Rubi.

"Gue mau balik kamar secepatnya, nanti bakalan ada razia".

Mendengar kata razia dari mulut Tania membuat Rubi membulatkan matanya terkejut. Kenapa bisa ada razia? Kan waktu itu sudah di razia kan.

"Tunggu aku Tania. Ayo kita pergi sama-sama". Ajak Rubi membuat Tania hanya mengangguk pelan dan berjalan cepat untuk lebih cepat sampai di asrama.

Alasan Rubi juga ingin lebih cepat sampai sekarang seperti Tania adalah karena dirinya ingin menyelamatkan barangnya dari razia juga. Dirinya tidak mau bareng itu menjadi fitnah bagi orang-orang. Waktu itu dirinya diberi boneka dan coklat oleh santriwan yang ada di pesantren ini. Namun sampai sekarang masih Rubi simpan karena ia tidak suka dengan semua itu. Rencananya ia akan membuangnya saat ia akan kembali kerumah.

Saat mereka sampai di gedung asrama, Tania dan Rubi hanya bisa terdiam. Mereka telat, ustadzah Fira sudah mulai beraksi. Dengan langkah gontai mereka berjalan masuk keruangan asrama. Tampak ustadzah Fira yang sedang sibuk memeriksa barang di seluruh lemari santri.

Tania berharap semoga tidak ada yang bisa diambil oleh nenek bongkok itu. Tania berdiri dengan badan menumpu di dinding dan tangan bersedekap dada sambil memperhatikan gerak-gerik ustadzah Fira.

Lemari Rubi sudah diperiksa dan ustadzah Fira mendapati boneka dan coklat di dalam lemari Rubi. Hanya barang seperti itu saja sudah disita, kejam sekali!.

Sekarang giliran lemari Tania yang diperiksa. Tania membulatkan mata saat nenek bongkok itu mendapati sesuatu di lemari Tania. Tania melihat bahwa ustadzah Fira mengambil buku notebook kecil yang bergambar Doraemon dari lemarinya. Sebenarnya Tania agak geli melihat gambar kartun di buku itu, tapi Tania harus mendapatkannya agar dirinya lebih tahu tentang Tania asli.

Padahal di novel-novel transmigrasi yang ia baca pasti sehari setelah masuk ke raga orang yang masuk ke raga pemeran novel akan dimimpikan oleh pemilik tubuh yang asli. Tapi Tania sudah hampir sebulan di dunia ini, namun sama sekali tidak ada dimimpikan sesuatu oleh pemilik tubuh yang ia tempati.

Selanjutnya ustadzah Fira mendapati sebuah flashdisk yang diselipkan antara baju-baju yang berantakan. Sepertinya ada sesuatu didalam flashdisk itu.

Setelah mendapati semua barang-barang dari seluruh santri. Ustadzah Fira keluar dari asrama Tania dan meninggalkan orang-orang yang menatap sedih dengan kehilangan barang-barang mereka yang diambil oleh ustadzah Fira.

Melihat situasi yang sangat menyedihkan saat ini, terbesit dalam pikirannya sebuah ide untuk mendapatkan kembali barang-barangnya yang di razia. Idenya ini sangat cemerlang, tanpa perlu Tania sendiri turun tangan. Tania hanya cukup mengubah kesedihan mereka dengan ambisi yang besar. Tania tersenyum miring dengan mulut yang berbicara tanpa mengeluarkan suara.

Let's play the game .

Ukhti Figuran (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang