Keluarga pihak pesantren sudah pulang setelah perbincangan yang sangat panjang tadi. Tania saja sudah lelah dengan pembicaraan yang tidak masuk akal. Tapi, ada satu yang membuat Tania penasaran sampai sekarang.
Kalau dirinya adalah Tania asli, kenapa dirinya tidak mengingat apapun tentang masa kecilnya dulu. Tania jadi tidak yakin kalau dirinya adalah Tania asli.
Sekarang Tania sudah berada di dalam kamar miliknya. Lagi lagi Tania menyerngit heran saat dirinya tidak menemukan keberadaan sosok perempuan yang kemarin.
Bahkan Tania sudah mematut dirinya sendiri di cermin. Anehnya perempuan itu tidak terlihat di belakang Tania. Apakah air yang diberi oleh Abi sangat manjur sehingga perempuan itu tidaklah datang lagi kemari.
Perasaan Tania campur aduk dan tidak bisa dijelaskan. Di satu sisi ia senang bahwa ternyata dirinya masih mempunyai orang tua. Tapi di sisi lain Tania masih ragu dengan semua kenyataan ini.
Huft...
"Apa dunia sedang main-main dengan gue? Hebat banget buat karangan nggak masuk akal kayak gini".
"Apa dunia suka bercanda sama gue? Tiap hari ada aja yang buat gue hampir stres".
"Apakah ada kamera di sini? Gue nyerah! Gue mau melambaiin tangan Gue di depan kamera".
Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Belum lagi dirinya harus kembali ke pesantren oleh orang tuanya.
"Mending gue jadi angin aja deh.. tugas gue cuma terbang-terbang doang, kan enak jadinya. Nggak perlu susah-susah mikir tentang masalah".
Tanya beranjak dari kasurnya dan memasuki kamar mandi. Lebih baik dirinya mendinginkan kepala terlebih dahulu. Karena makin ke sini Tania sudah terasa semakin tidak waras.
***
"Tania.. besok kamu udah harus balik ke pesantren lagi". Ucap Clara.
"Kenapa nggak lusa aja.. Tania masih pengen mau di sini".
"Yang ada nanti kamu keenakan terus kamu jadi nggak mau lagi balik ke pesantren". Timpal Regan.
"Tania masih pengen main game". Ujar Tania lesu.
Sebenarnya Tania belum siap untuk balik lagi ke pesantren. Ia lebih nyaman tinggal di rumahnya daripada di pesantren. Tapi orang tuanya selalu bersikukuh untuk mengajak balik Tania ke pesantren.
"Kamu itu udah terlalu dimanjakan di dunia sana sama ustadz Arlan".
"Loh? Mama sama papa kenal juga sama ustad Arlan?". Tanya Tania.
"Ya kenal dong. Walaupun kita nggak satu dunia tapi kita berkomunikasi lewat mimpi".
"Wah gila! Keren banget. Tania juga mau dong ketemu sama ustad Arlan?".
"Kamu pengen ketemu ustadz Arlan bukan karena kamu suka kan?". Tanya Mama dengan mata memicing tajam ke arah Tania.
"Mana ada! Tania mana suka sama om-om. Tania cuma rindu aja sama ustadz Arlan yang selalu berperan besar di dalam hidup Tania di sana".
"Mana tahu aja, kamu tiba-tiba suka sama ustadz Arlan". Bantahnya.
"Mama kayak nggak sukah itu sama ustadz Arlan? Memangnya ada apa?".
"Mama suka sama ustadz Arlan. Cuma Mama nggak suka aja kalau kamu jatuh cinta sama ustadz Arlan".
"Kenapa?".
"Karena ada seseorang yang mama harapkan untuk menjadi menantu mama".
"Siapa? Siapa?". Tanya Tania penasaran.
"Rahasia lah". Cetus mama.
Tania memutar bola matanya malas saat mamanya sok misterius. Jujur, mamanya sangat tidak cocok berperan sok misterius seperti itu.
"Tania doain menantu yang Mama harapkan gak akan mau sama Tania. Terus Tania doain lagi supaya menantu yang Mama harapkan jodohnya bukan Tania". Ucap Tania dan langsung berlari terbirit-birit memasuki kamar.
"Woi! Dasar kamu Tania. Mamanya pengen harapin kamu jodoh yang baik Kamu malah gak baik-baik doanya". Ucap Mama sedikit berteriak.
Sesampainya di kamar Tania langsung cekikikan saat mendengar suara mamanya dari lantai bawah. Tania puas mengerjai sang empu yang dari tadi membuatnya kesal.
Berhubung jam sudah menunjukkan pukul 09.00 malam Tania memutuskan untuk tidur sekarang juga. Karena Tania akan bangun tengah malam agar bisa melanjutkan bermain game nanti.
Tidak ada hari tanpa game.
Sekarang Tania sudah aman-aman saja dikarenakan sosok jiwa tanpa raga tidak lagi berada di dekatnya. Sehingga Tania tidak lagi merasa takut dan ngefreezze seperti biasanya.
Di saat Tania ingin tidur, Tania melupakan satu hal. Dirinya lupa untuk mengecek flash disk yang ia jumpa di lemari pesantren dulu. Mungkin malam ini Tania akan mengecek isi dari flash disk itu.
Tania pergi dari kamar menuju ruang kerja Regan dengan berjalan mengendap-endap. Setelah memastikan kondisinya aman Tania masuk ke dalam ruang kerja milik papanya. Tania sengaja pergi ke ruang kerja milik Regan karena Tania sudah menembak bahwa ada laptop di sana.
Tania menyambung flash disk yang ada di genggamannya ke laptop. Tania berdoa supaya ada suatu petunjuk di dalam flash disk ini. Setelah tersambung Tania mulai mengotak-atik laptop milik sang papa.
Tania menjatuhkan rahangnya saat isi flashdisk itu menampilkan isinya. Di sana terdapat sebuah tulisan yang diketik secara acak.
Kamu perebut!
Kembalikan ragaku.
Atau kamu yang akan aku bunuh selanjutnya.
Halaman kedua berisi tentang sebuah foto yang menampilkan Tania yang sedang menggores tangannya menggunakan pisau buah.
Seingat Tania Tania tidak pernah melakukan self harm sebelumnya di tubuh ini. Ia cuma menggoreskan lengannya di pesantren kemarin. Tania melirik ke arah tangannya dan mendapati bekas luka yang belum kering di lengan sebelah kirinya. Hal itu juga sama dengan foto Tania yang sedang menggoreskan tangannya yang sebelah kiri juga.
Melihat sosok Tania yang sedang menggoreskan tangannya menggunakan pisau buah membuat Tania yakin ini semua adalah ulah sosok jiwa tanpa raga. Dan goresan yang diberi pada tangan Tania bisa dibilang cukup dalam. Bahkan Tania yakin goresan itu bisa menyebabkan kehilangan nyawa.
Tania menarik kesimpulan bahwa tubuh Tania ini sudah mati berkali-kali. Namun karena Allah masih melindunginya dan tubuh Tania yang kuat membuat Tania bisa bertahan sampai sekarang.
Tania kembali ke kamar dengan otaknya yang bersarang banyak pertanyaan. Tania akan menuntaskannya semua besok.
***
"Tania... Nanti sore kita akan kembali ke pesantren. Bermainlah sepuasnya di rumah ini, mama dan papa akan jemput kamu saat kenaikan kelas tiba". Ujar Mama yang hanya dibalas anggukan oleh Tania."Mama kayak nggak sabar mau buang aku". Celetuk Tania.
"Mama sama papa bukan membuang kamu.. tapi karena kita hari ini ada perjalanan bisnis sampai 2 bulan ke depan. Kalau kamu di rumah sendiri takutnya terjadi apa-apa lagi. Jadi mama sama papa memutuskan untuk mengembalikan kamu ke pesantren lagi". Jelas Regan
"Terserah papa deh". Jawab Tania dan berlalu pergi dari hadapan Regan dan Clara.
Sekarang Tania sudah ada di depan rumahnya dan hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Hari ini Tania akan membalas perbuatan Gina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhti Figuran (End)
RandomEntah dosa apa yang Tania lakukan sampai-sampai dunia mencampakkan Tania sesuka hati ke dunia asing yang bahkan Tania tidak tahu tempatnya di mana. "Gue masuk novel" "Peran gue sebagai figuran?" Transmigrasi yang biasanya terjadi di persekolahan nam...