48

8.5K 537 48
                                    

Bantu follow akun tikitok aku dong, aku lagi ngembangin bakat buat bisa jadi quotes

@girl.fearless

Jangan lupa untuk vote dan komen cerita aku dan jangan lupa untuk follow akun aku juga.

Terimakasih

Berjalan lunglai di atas rerumputan yang hijau, seorang gadis berjalan dengan kepala yang menunduk. Sebelumnya ia tidak pernah menundukkan kepala kapanpun dan dimanapun, tapi kali ini ia menundukkan kepala mengingat betapa baiknya sosok orang tersebut kepadanya.

"Tania jangan lupa makan. Tante udah buat makanan kesukaan tadi di meja"

"Tania jangan nangis, tante bakalan kasih uang kalau kamu berhenti nangis"

"Mungkin mama kamu lagi banyak pikiran makanya gak sengaja ngebentak kamu. Kamu main aja dulu di sini, nanti kalau mama kamu udah baikan baru kamu pulang"

"Liat ini, tante bawa pulang apa untuk Tania? Cake kesukaan kamu"

"Tania hebat banget, Tante bangga sama kamu"

Kata pujian sangat jarang Tania dapatkan dari ibunya, Namun dengan beraninya Tante Eka selalu memberikan pujian kepada Tania atas hal-hal kecil yang ia perbuat.

Ia adalah rumah kedua Tania ketika rumah pertamanya berantakan. Sosok tetangga yang merangkap menjadi ibu Tania. Untuk kali kedua di dunia ini Tania menangis kehilangan sosok yang berarti di hidupnya.

"Tante yang tenang ya disana, semoga Tante Husnul khatimah. Emang ya? Kalau orang baik itu cepet banget Allah ambil, contohnya kayak Tante Eka. Tapi kenapa orang jahat masih berkeliaran disini? Contohnya Gina, kenapa dia masih ada disini? Seharusnya dia dulu yang diambil." Cerocos Tania dengan air mata yang masih mengalir deras di pipinya.

"Itu karena orang-orang seperti itu diberi kesempatan oleh Allah untuk bertaubat. Allah memberi banyak waktu kepada orang yang jauh dari agama untuk mendekatkan diri kepada Allah. Namun, banyak dari mereka tidak memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya." Jawab seseorang lelaki paruh baya menghampiri Tania yang masih berdiri.

Tania melirik sekilas orang yang datang menghampirinya. Ternyata itu adalah pimpinan pesantren, tak lain dan tak bukan adalah Abi. Entah kenapa orang tersebut ada disini, padahal Tania tidak mood untuk mengganggunya hari ini. Biasanya lelaki paruh baya itu akan menjauh dari Tania lantaran takut dikerjai lagi.

"Ngapain Abi datang kemari? Tania lagi enggak mood untuk main sama abi." Ujar Tania ketus.

"Justru itu, karena kamu lagi enggak mood untuk kerjain saya makanya saya mau nemenin kamu yang sedang galau di sini. Takut takutnya kamu malah bunuh diri nanti." Jawab Abi sambil berjalan untuk duduk di bangku terdekatnya.

Tania mendengus mendengar jawaban dari abi. Sepertinya hari ini bukan abi yang tania ganggu melainkan abi yang akan mengganggu tania.

"Siapa yang galau? Gue disini cuma lagi latihan untuk mata gue. Gue harus cek apa air mata gue masih ada atau enggak. Karena gue udah lama gak ngeluarin air mata." Alibi tania yang sangat jelas bohongnya.

"Udahlah Tania.. mengaku saja wahai anak muda, saya tau kamu lagi nangis tadi. Lebih baik kamu gangguin saya aja dari pada nangis kayak gini."

"Kenapa? Apa gue kayak orang yang menyedihkan?"

"Bukan itu. Bukan menyedihkan yang ada saya ngeri sendiri liat kamu." Balas Abi sambil bergidik ngeri ditempat duduknya.

"Kok gitu?"

"Coba kamu bayangkan, kamu itu ibarat Limbad, anti badai dan gak takut sama apapun. Dan apa jadinya orang-orang liat Limbad yang tiba-tiba nangis? Orang pasti bakalan lari terbirit-birit saking takutnya." Jelas Abi tanpa melihat Tania yang sudah mengepalkan tangannya menahan kekesalan. Kalau saja Abi itu bukan orang tua, Tania pasti bakalan merontokkan gigi Abi dengan kepalan tangannya.

"Mending Abi pergi aja deh dari sini, daripada saya aduin ke umi kalau Abi selingkuh. Kalau umi minta cerai sama Abi, saya yang bakalan minta nikah sama Abi." Jawab Tania mengancam Abi.

"Berani kamu lakuin itu saya rontok kan ginjal kamu. Lagian umi mana percaya sama anak kecil kayak kamu." Balas Abi dengan mata melotot garang.

"Anak kecil? Abi aja yang udah tua. Udah lah, males ngomong sama Abi. Nanti kalau sakit jantungnya kumat saya juga yang disalahin." Jawab Tania dan beranjak ingin pergi dari sana.

"Selalu aja kamu ngatain saya, saya memang udah tua tapi saya masih strong. Memangnya kamu? Yang umurnya masih muda tapi badannya udah jompo?" Ledek Abi sambil menyunggingkan senyum ejekan.

Langkah Tania terhenti mendengar ledekan dari Abi. Bagaimana Abi bisa tahu? Memang benar Tania selalu merasakan sakit badan saat melakukan sedikit aktifitas, padahal Tania masih muda.

"Udahlah Tania, don't shy-shy sama saya. Saya tahu kamu penyakitan, tapi saya gak pernah ngatain kamu."

"Abi tuh yang penyakitan, fitnah-fitnah orang dosa tau." Balas Tania sengit.

"Capek saya berdebat dengan kamu. Mending saya kasih makan anak kambing peliharaan saya." Abi lantas memilih berdiri saat pembicaraan mereka hampir terputus.

"Emang cocok tuh, bapak sama anak. Sama-sama berisik. Saya harus bilang sama Nasya kalau posisi dia udah tergantikan dengan seekor kambing. Saya suruh dia buat cari bapak baru." Cibir Tania.

"Mau saya rontok kan ginjal kamu." Ancam Abi.

Tania mencebikkan mulutnya kesal mendengar ocehan tiada guna dari Abi. Nyesal dia menggalau disini.

"Saya mau pulang dulu. Ingat pesan saya, udah cukup menggalaunya. Jangan sampai buat pesantren ini viral gara-gara kamu bunuh diri disini. Ingat, orang yang kita sayang gak akan selamanya bisa menemani kita didunia ini. Sudah seharusnya kita mengikhlaskan dan mendoakan yang terbaik untuknya. Kalau kamu sedih disini, gimana orang yang kita sayang bisa bahagia disana."

***

Sedangkan disisi lain tapi diwaktu yang sama seorang perempuan menangis disela-sela langkahnya yang tak tentu arah. Bagaimanapun dirinya ini juga manusia, tak luput dari kesalahan. Dan dirinya datang kemari untuk memperbaiki kesalahannya dimasa lampau.

"Kenapa Tania bersikap kayak gitu sama aku. Aku memang punya salah sama dia, tapi apa nggak bisa dia maafin aku. Tuhan aja maha pengampun tapi Tania sangat susah untuk minta maaf."

"Apa ini cobaan untuk aku yang udah berdosa dimasa lalu?," kata Gina yang sedari tadi menangisi kejadian tadi.

Setelah Tania keluar dari ruangan tadi, Clara dan Regan memerintahkannya untuk langsung pergi menuju asrama. Clara akan menjamin keadaannya akan baik-baik saja disini. Tapi walau bagaimanapun dirinya tetap takut, bagaimana Tania sampai nekat berbuat macam-macam kepadanya? Memikirkannya saja membuat ia takut.

Sedangkan dari kejauhan, tampak seorang pria yang memperhatikannya sedari tadi. Pria tersebut memandang rumit gadis tak berkerudung itu. Sedetik kemudian ia tersadar, kalau ia sudah melakukan zina mata. Buru-buru ia langsung menepiskan pandangannya.

"Astaghfirullah Fahri, berdosa sekali kamu melihat wanita yang bukan mahram."

Gus Fahri merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga pandangan. Ia langsung melanjutkan langkahnya untuk menuju ke ndalem yang sempat tertunda. Namun kali ini, niatnya berbeda.

Gess, aku mau buat cerita baru jadi aku udah publish blurb nya, jangan lupa dibaca ya judulnya NAYYALA

Ukhti Figuran (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang