Saat kali pertama kubuka mata, terlihat langit langit kamar berwarna coklat. Tampak asing dan terkesan kuno.
Mencubit sedikit pangkal hidung karena rasa pusing yang mendera. Entahlah, aku pun heran, setiap kali terbangun selalu saja diawali sakit kepala. Kali ini karena aku mendapat ingatan Irish. Saat ini Irish baru berusia 14 tahun. Dan masih di awal cerita dimana Allexa baru memasuki tubuh Azzura. Ya..aku sudah menerima kalau aku harus mengisi raga Irish.
Aku mengedarkan pandangan meneliti setiap sudut kamar Irish. Keseluruhan furniture kamar ini didominasi warna coklat kayu dan putih. Terdapat beberapa pintu. Satu pintu utama, pintu kamar mandi dan satu pintu balkon yang mengarah langsung ke taman. Meja dan kursi disamping ranjang lengkap dengan beberapa buku di rak kecil samping meja. Satu lemari pakaian dan meja rias. Ada juga sofa diujung ruangan lengkap dengan satu meja. Kamar ini memang tampak sederhana namun tidak menutup kemungkinan ini terasa nyaman.
Menengok kesamping tepat kearah luar, tampak langit berwarna jingga kekuningan dengan beberapa burung berterbangan. Sudah pasti ini suasana sore hari. Dilihat dari ingatan Irish, dia terbangun setelah tiga hari tertidur atau bisa dibilang koma kehabisan mana saat ikut berlatih (-dipaksa) oleh kakak ketiganya. Dan seluruh keluarganya tidak ada yang menjenguknya. Jika Irish yang asli, dia akan merengek meminta salah seorang keluarganya untuk datang menjenguk. Namun berakhir dengan pengabaian. Meski begitu, Irish akan tetap tersenyum seolah bukan apa apa. Dan setelahnya bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi apapun.
Irish adalah gambaran gadis lugu nan polos menjurus bodoh yang hanya mengharapkan kasih sayang keluarga. Dia mudah ditindas dan dimanfaatkan. Dia selalu mencari perhatian, namun tidak ada yang mengganggapnya ada. Terlihat mustahil, hal itu tidak pernah dia dapatkan. Tak jarang dia mendapat kekerasan terlebih dari para saudaranya.
Karena hal itu pula dia mendapat pengabaian dari para pelayan yang seharusnya melayaninya. Mereka semakin berani menghina, mencaci maki bahkan melukai fisik karena merasa tidak akan ada yang menegur. Dengan bodohnya Irish hanya akan pasrah. Yahh..bisa dipahami meski dia seorang putri Duke, dia tidak punya kuasa tak lebih seperti orang biasa. Hanya seorang pelayan yang setia membelanya. Dia merawat Irish untuk waktu yang lama. Karena sekarang aku menjadi Irish, aku bertekad untuk tidak melakukan hal yang sama dia lakukan. Dan bila tidak malas aku akan sedikit balas dendam, itupun jika mereka masih mengusik lagi.
Mencoba bangkit dari kasur, kurasakan tubuh yang lemas dan terlihat perban melilit dibeberapa bagian. Dengan tangan bergetar, kuulurkan tangan meraih gelas berisi air di nakas yang mungkin saja sebelumnya disiapkan pelayan. Menegak air hingga tandas karena merasa sangat haus.
Setelah merasa lega, aku mengembalikan gelas kosong kenakas. Melangkahkan kaki dengan susah payah menuju cermin. Aku penasaran bagaimana rupa Irish. Meski sudah mengetahui dideskripsi cerita, tetap saja aku penasaran bila tak dilihat langsung.
Tubuhnya mungil. Kulit putih pucat efek sakit. Berbeda dengan anggota keluarganya yang memiliki surai gold dengan manik mata senada surai, Irish lebih mirip Duchess. Surai coklat keemasan halus nan lurus dengan panjang sebatas punggung. Manik mata hijau cerah, jernih dan bersinar. Bulu mata lentik, hidung mungil dan bibir tipis. Pipi agak chubby. Bila dilihat lihat wajah Irish memang figuranable.
Cklek!!
Tiba tiba terdengar pintu dibuka dan masuklah pelayan setia Irish. Begitu masuk ia terkejut melihat nona yang dia layani telah bangun dari tidurnya. Dengan wajah pucat dan perban menutupi beberapa bagian tubuh dia berdiri di depan cermin.
"Ah! Nona anda sudah sadar?" efek terkejut dia secara reflek bertanya.
"Ya."
Dia menjadi lebih terkejut lagi mendengar jawaban itu. Dia menyadari ada yang berbeda dari Nona nya. Nona yang biasanya, selalu memiliki ekspresi cerah dan tersenyum dalam keadaan apapun. Memiliki tatapan berbinar dan jarang terlihat menangis. Namun yang dia lihat kali ini berbeda, tidak ada lagi memiliki ekspresi diwajahnya. Tatapannya sayu dan menatap ada kesan malas. Tidak ada lagi binar indah dimata cantik itu, kini hanya ada binar kosong, lelah, dingin dan hampa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Mine
FantasyOrrin Nara gadis berusia 18 tahun. Merasa hidupnya tidak beruntung. Ditinggalkan Ibu dan kakak laki laki satu satunya, membuat dia harus tinggal bersama ayahnya yang seorang penjudi, pemabuk dan sering melakukan kekerasan. Luka fisik dan mental tak...