Sebulan berlalu setelah masa hukuman berakhir. Hari demi hari diisi dengan Tuan Duke dan ketiga putranya yang terang terangan dalam perubahan. Mereka secara langsung menunjukkan perhatian dimanapun dan kapanpun itu.
Semua bermula setelah hari semuanya meminta maaf. Shock? Tentu saja. Entah apa yang mereka pikirkan, tiba tiba saja mereka meminta maaf. Mungkin mereka mendapat pencerahan. Seperti dalam cerita umumnya, Duchess memasuki mimpi mereka dan marah karena mengabaikan Irish. Mungkin saja kan? Lalu apa yang membuat mereka seperti itu? Pada awalnya aku dibuat merinding dengan perubahan mereka, berpikir bisa saja mereka kerasukan. Tak hanya aku yang akan berpikir seperti itu, orang yang melihatnya akan berpikir mereka aneh. Entah harus senang atau khawatir dengan perubahan ekstrem mereka.
Namun aku belum memberi jawaban. Ragu dengan perubahan yang tiba tiba. Bukankah manusia seperti itu? Mereka dapat dengan cepat berubah. Sekarang mereka menyesal dan meminta maaf, namun tidak menjamin dimasa depan. Aku masih ragu, jadi jangan salahkan aku. Hanya tak ingin terbuai dengan kasih sayang kalau pada akhirnya harus dikecewakan karenanya. Aku sudah dewasa untuk dapat mengambil keputusan, jadi akan kuputuskan setelah melihat kesungguhan mereka.
Dan ya, mereka memintaku memanggil mereka ayah juga kakak. Tapi, aku masih canggung. Sekian lama aku tidak memanggil kedua sebutan itu lagi. Lama~sekali.
Latihanku dengan Theo? Lancar tentu saja. Dia tak seburuk yang kukira atau aku yang tidak mengenal dia? Entahlah. Theo dengan sabar melatihku. Meski aku hampir membakar satu gedung, anehnya dia tetap tersenyum dan semakin aku merasa takut dibuatnya. Aku akan merasa lebih baik kalau dia marah saja.
Maxime? Yah, dia juga dekat. Berkali kali mengajakku mengobrol dan memberikan banyak hadiah. Dari berbagai jenis benda, pakaian dan makanan. Sudah kukatakan untuk tidak memberikannya terus menerus, dan pendapatku hanya berakhir dengan sebuah pengabaian. Bahkan sekarang aku seperti memiliki toko pribadi. Zachary? Jangan tanya dia. Dia memiliki ego tinggi. Sangat suka merusuh, berkali kali menguji kesabaranku. Mengajakku latihan hampir setiap hari dan katanya aku harus berlatih agar tidak mirip babi gendut. Cih! Apa apaan itu? Bukankah itu terlihat sengaja?
Intinya satu bulan ini mereka melakukan pendekatan. Aku tidak mempermasalahkannya selama tidak mengganggu. Karena aku tidak ingin repot. Kediamanku pun direnovasi lebih baik lagi. Sebenarnya mereka meminta untuk pindah agar jarak lebih dekat, namun sudah kurasakan kenyamanan disini. Jadilah hanya direnovasi. Aku hanya setuju saja. Sudah kubilang aku tidak ingin repot selama tidak mengganggu. Merombak habis selama renovasi, kediamanku menjadi lebih luas. Dengan tambahan air mancur dan gazebo juga taman berbagai bunga yang sebelumnya tidak ada. Dan beberapa tambahan teman untuk Choco. Bahkan sekarang Choco dan teman temannya memiliki pelayan pribadi yang akan senantiasa merawat mereka.
Contoh kedekatan yang mereka lakukan adalah seperti saat ini. Duduk dimeja makan. Sekarang tengah makan malam.
"Ini tambah lagi sayurnya. Itu sehat, bagus untuk tubuh kurusmu." ujar Maxime tenang tidak menghiraukan perubahan wajah Irish yang masam dan melotot.
'Kurus? Dia bilang kurus? Yang terakhir kali itu apa?' sinis Irish dalam hati.
"Ambil juga ini. Bagus untuk pertumbuhan agar kau cepat tinggi" tambah Duke sembari meletakkan sepotong ikan bakar yang telah dia bersihkan durinya.
'Jadi maksudnya aku pendek begitu? Hei! Aku tidak pendek, hanya masa pertumbuhan.'
Ya, bisa dibilang mereka sangatlah tinggi. Tinggi Duke sekitar 188cm, Maxime 190cm, Theo 186cm dan Zachary 175cm. Sedangkan Irish hanya 140cm. Bisa dibayangkan bila Irish berjajar dengan mereka.
Dengan kesal Irish makan dalam suapan suapan besar.
Reaksi keluarganya? Tersenyum geli melihat pipi Irish menggembung mirip bab-marmut yang imut. Hampir setiap makan, mereka selalu menambahkan makanan jadilah tubuh Irish tak sekurus dulu. Juga pipinya mulai berisi.
"Makan ini juga agar kau kuat berlatih" seperti biasa dengan senyum manisnya. Manis hingga aku merasa akan diabetes dan mual karenanya. Dialah Theo.
"....."
Dipiringku sudah banyak. Mereka benar benar membuatku menjadi babi.
Bukankah terlihat harmonis? Jadi jangan heran melihat perubahan sebesar ini. Akupun harus mulai membiasakan diri. Setelah perjuangan penuh, akhirnya dapat kuselesaikan. Ya, aku menghabiskan semuanya. Takut dengan berbagai macam tatapan tajam bila tak kuhabiskan.
"Ekhemm......"
Semua menoleh kearah Tuan Duke.
"Minggu depan acara ulang tahun kerajaan. Dan kita semua akan hadir. Semua." terangnya dengan penekanan diakhir dan menatap Irish.
Ulang tahun kerajaan? Bukankah akan ada drama eksklusif. Hehehe.......Kupikir aku harus hadir bukan? Aku akan bertemu Azzura kembali dan melihat drama secara langsung.
"Hmm."
"Baik!"
"Baiklah!"
"Irish...?" semua menatap Irish yang terdiam.
"Haruskah saya ikut serta?"
"Ya." jawab mutlak Duke.
"Baik." Lagipula tidak ada alasan menolaknya.
------------------------------------------------------
.
.
.
.
Sehari setelah Duke mengumumkan akan hadir diacara ulang tahun kerajaan, Irish dibuat lelah dengan banyaknya persiapan. Seperti saat ini sibuk memilih gaun. Duke mengundang desainer langsung karena tak ingin Irish pergi keluar meski hal penting sekalipun. Cih! Posesif yang berlebihan. Selain itu perhiasan juga heels yang akan dia kenakan. Lebih lelah lagi, ditambah kedatangan tiga pria Ackerley. Yah, mereka mendadak menjadi pengangguran. Sudah bertanya, katanya mereka tidak sibuk dengan alasan mereka juga akan memilih pakaian yang akan dikenakan diacara itu.Irish telah mencoba beberapa gaun sedari tadi. Mencoba perhiasan juga heels. Namun tiga makhluk yang bersamanya terus saja mengomentari apapun yang dia kenakan. Membuatnya harus bolak balik berganti sesuai kriteria mereka.
"Tidak, gaun itu terlalu terbuka. Ganti." Maxime.
"Bukankah warnanya terlalu mencolok?" Theo.
"Terlihat kekanakan. Jelek." Zachary.
Irish hanya mampu menghela nafas kasar. Menatap datar dan lelah dengan keadaannya saat ini. Darimana tiga makhluk ini datang? Bahkan Madam Dressia sang desiner terkenal, hanya terdiam tersenyum bisnis karena tak mampu berkata kata.
"Hahh!! Saya lelah. Bagaimana kalau kakak kakak yang baik dan pengertian ini yang memilihkan?" ujar Irish dengan senyum yang dipaksakan.
Terlihat mereka terbelalak mendengar Irish memanggil kakak pada mereka. Dengan sigap mereka bergerak memilihkan tanpa adanya paksaan.
Irish hanya duduk bersandar lelah. Memperhatikan tiga pria Ackerley yang terus saja berdebat mengenai apa yang Irish kenakan. Lelah melihat mereka yang repot memilihkannya gaun. Namun dia tidak lagi terkejut, dia sudah terbiasa. Biarkan mereka yang mengurus. Irish percaya dengan adanya Theo diantara mereka. Dia mengerti baik perihal fashion.
Menutupkan mata sejenak, yang tak Irish ketahui dia benar benar tertidur. Setelah bangun pun dia sudah berada dikamarnya. Dena mengatakan Irish tidak lagi harus memilih gaun dikatakan persiapan telah selesai tinggal tunggu dan pakai bila saatnya tiba.
5April2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Mine
FantasyOrrin Nara gadis berusia 18 tahun. Merasa hidupnya tidak beruntung. Ditinggalkan Ibu dan kakak laki laki satu satunya, membuat dia harus tinggal bersama ayahnya yang seorang penjudi, pemabuk dan sering melakukan kekerasan. Luka fisik dan mental tak...