12

4.3K 343 2
                                    

Sebulan berlalu setelah masa hukuman berakhir. Hari demi hari diisi dengan Tuan Duke dan ketiga putranya yang terang terangan dalam perubahan. Mereka secara langsung menunjukkan perhatian dimanapun dan kapanpun itu.

Semua bermula setelah hari semuanya meminta maaf. Shock? Tentu saja. Entah apa yang mereka pikirkan, tiba tiba saja mereka meminta maaf. Mungkin mereka mendapat pencerahan. Seperti dalam cerita umumnya, Duchess memasuki mimpi mereka dan marah karena mengabaikan Irish. Mungkin saja kan? Lalu apa yang membuat mereka seperti itu?

Pada awalnya aku dibuat merinding dengan perubahan mereka, berpikir bisa saja mereka kerasukan. Tak hanya aku yang akan berpikir seperti itu, orang yang melihatnya akan berpikir mereka aneh. Entah harus senang atau khawatir dengan perubahan ekstrem mereka.

Namun aku belum memberi jawaban. Ragu dengan perubahan mereka yang tiba-tiba. Bukankah manusia seperti itu? Mereka dapat dengan cepat berubah. Sekarang mereka menyesal dan meminta maaf, namun tidak menjamin dimasa depan. Aku masih ragu, jadi jangan salahkan aku. Hanya tak ingin terbuai dengan kasih sayang kalau pada akhirnya harus dikecewakan karenanya. Aku sudah dewasa untuk dapat mengambil keputusan, jadi akan kuputuskan setelah melihat kesungguhan mereka.

Dan ya, mereka memintaku memanggil mereka ayah juga kakak. Tapi, aku masih merasa canggung. Sekian lama aku tidak memanggil kedua sebutan itu lagi. 

Latihanku dengan Theo berjalan lancar tentu saja. Dia tidak seburuk yang kukira, atau aku yang belum mengenal dia dengan baik? Theo dengan sabar melatihku, meskipun aku hampir membakar satu gedung. Anehnya, dia tetap tersenyum dan semakin aku merasa takut dibuatnya. Aku akan merasa lebih tenang kalau dia marah saja.

Maxime selalu berusaha ingin dekat denganku. Berkali kali mengajakku mengobrol dan memberikan banyak hadiah. Dari berbagai jenis benda, pakaian dan makanan. Sudah kukatakan untuk tidak memberikannya terus menerus, dan pendapatku hanya berakhir dengan sebuah pengabaian. Bahkan sekarang aku seperti memiliki toko pribadi.

Zachary? Dia lain ceritanya. Memiliki ego tinggi, membuatnya suka merusuh dan berkali kali menguji kesabaranku. Mengajakku latihan hampir setiap hari dengan alasan tidak masuk akal, "Jangan malas! Kalau tidak berlatih, kau akan menjadi satu kawanan dengan babi-babi gendut itu!" ucapannya itu benar benar mengesalkan. Bukankah dia terlihat sengaja ingin membuatku marah?

Intinya, satu bulan ini mereka melakukan pendekatan. Aku tidak mempermasalahkannya selama tidak mengganggu, karena aku tidak ingin repot. Kediamanku pun direnovasi lebih baik lagi. Sebenarnya mereka meminta untuk pindah agar jarak lebih dekat, namun sudah kurasakan kenyamanan disini. Jadilah hanya direnovasi. 

Merombak habis selama renovasi, kediamanku menjadi lebih luas. Dengan tambahan air mancur dan gazebo juga taman berbagai bunga yang sebelumnya tidak ada. Ada beberapa tambahan teman untuk Choco. Bahkan sekarang Choco dan teman temannya memiliki pelayan pribadi yang akan senantiasa merawat mereka.

Contoh kedekatan yang mereka lakukan adalah seperti saat ini. Duduk bersama dimeja makan, sekarang tengah makan malam.

"Ini tambah lagi sayurnya, itu sehat, bagus untuk tubuh kurusmu." ujar Maxime tenang tidak menghiraukan perubahan wajah Irish yang masam dan melotot.

"Kurus? Dia bilang kurus? Yang terakhir kali itu apa?" sinis Irish dalam hati.

"Ambil juga ini, bagus untuk pertumbuhan agar kau cepat tinggi," tambah Duke sembari meletakkan sepotong ikan bakar yang telah dia bersihkan durinya.

"Jadi maksudnya aku pendek begitu? Hei! Aku tidak pendek, hanya masa pertumbuhan."

Memang bisa dibilang mereka sangatlah tinggi. Tinggi Duke sekitar 188cm, Maxime 190cm, Theo 186cm dan Zachary 175cm. Sedangkan Irish hanya 140cm. Bisa dibayangkan bila Irish berjajar dengan mereka.

Dengan kesal Irish makan dalam suapan suapan besar.

Reaksi keluarganya? Tersenyum geli melihat pipi Irish menggembung mirip bab-marmut yang imut. Hampir setiap makan, mereka selalu menambahkan makanan jadilah tubuh Irish tak sekurus dulu. Juga pipinya mulai berisi.

"Makan ini juga agar kau kuat berlatih!" seperti biasa dengan senyum manisnya. Manis hingga aku merasa akan diabetes dan mual karenanya. Dialah Theo.

Menatap datar, aku hanya diam mengamati apa yang mereka lakukan saat ini. Beruntung mulutku penuh, jadi bisa dihindari jawaban yang menyulitkan nantinya. Padahal dipiringku sudah banyak, sepertinya mereka benar-benar ingin membuatku menjadi babi.

Bukankah terlihat harmonis? Jadi jangan heran melihat perubahan sebesar ini. Akupun harus mulai membiasakan diri dengan keadaan baru ini. Setelah perjuangan penuh, akhirnya dapat kuselesaikan. Aku menghabiskan semuanya, takut dengan berbagai macam tatapan tajam bila tak kuhabiskan.

"Ekhmm...!" suara Tuan Duke memecah keheningan, membuat semua orang menoleh kearahnya.

"Minggu depan acara ulang tahun kerajaan, dan kita semua akan hadir. Semua." terangnya dengan penekanan diakhir dan menatap Irish.

Ulang tahun kerajaan? Bukankah akan ada drama eksklusif. Hehehe.... Kupikir aku harus hadir bukan? Aku akan bertemu Azzura kembali dan melihat drama secara langsung.

"Hmm."

"Baik!"

"Baiklah!"

"Irish...?" semua menatap Irish yang terdiam.

"Haruskah saya ikut serta?"

"Ya." jawab mutlak Duke.

"Baik." Lagipula tidak ada alasan menolaknya.

• • • •








Sehari setelah Duke mengumumkan akan hadir diacara ulang tahun kerajaan, Irish dibuat lelah dengan banyaknya persiapan. Seperti saat ini, sibuk memilih gaun. Duke mengundang desainer langsung karena tak ingin Irish pergi keluar meski hal penting sekalipun. Cih! Posesif yang berlebihan. Selain itu perhiasan juga heels yang akan dia kenakan. Lebih lelah lagi, ditambah kedatangan tiga pria Ackerley. Mereka mendadak menjadi pengangguran. Sudah bertanya, katanya mereka tidak sibuk dengan alasan mereka juga akan memilih pakaian yang akan dikenakan diacara itu.

Irish telah mencoba beberapa gaun sedari tadi. Mencoba perhiasan juga heels. Namun tiga makhluk yang bersamanya terus saja mengomentari apapun yang dia kenakan. Membuatnya harus bolak balik berganti sesuai kriteria mereka.

"Tidak, gaun itu terlalu terbuka. Ganti!" Maxime.

"Bukankah warnanya terlalu mencolok?" Theo.

"Terlihat kekanakan. Jelek!" Zachary.

Irish hanya mampu menghela nafas kasar. Menatap datar dan lelah dengan keadaannya saat ini. Darimana tiga makhluk ini datang? Bahkan Madam Dressia sang desiner terkenal, hanya diam tersenyum bisnis karena tak mampu berkata kata.

"Hahh!! Saya lelah. Bagaimana kalau kakak kakak yang baik dan pengertian ini yang memilihkan?" ujar Irish dengan senyum yang dipaksakan.

Terlihat mereka terbelalak mendengar Irish memanggil kakak pada mereka. Dengan sigap mereka bergerak memilihkan tanpa adanya paksaan.

Irish hanya duduk bersandar lelah. Matanya memandang tiga pria Ackerley yang terus saja berdebat mengenai apa yang Irish kenakan. Namun dia tidak lagi terkejut, dia sudah terbiasa. Biarkan mereka yang mengurus. Irish percaya dengan adanya Theo diantara mereka. Dia mengerti baik perihal fashion.

Menutupkan mata sejenak, yang tak Irish ketahui dia benar benar tertidur. Setelah bangun pun dia sudah berada dikamarnya. Dena mengatakan Irish tidak lagi harus memilih gaun, dikatakan persiapan telah selesai, tinggal tunggu dan pakai bila saatnya tiba.



5April2024

Part Of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang