20

3.2K 235 0
                                    

Dua minggu berlalu. Aku sudah sembuh dan bisa beraktivitas seperti sedia kala. Semua berkat penanganan ketat dibawah pengawasan Duke dan bantuan tambahan dari Theo. Bahkan, aku sembuh tanpa adanya bekas luka. Serta dapat kembali menggunakan sihir.

Nolan? Dia juga baik. Sekarang pun dia sudah kembali bertugas. Untungnya, dulu tidak memilih menjadi gembel. Bisa kudapatkan perhatian dan kasih sayang dari Duke dan lainnya.

Kini, aku tengah berada ditaman hasil merayu Dena. Aku bosan setelah lama terkurung dalam kamar. Selama itu pula, aku hanya bisa melakukan semua aktivitas didalam kamar. Salah satunya membalas surat dari Lady Hulbert. Dia benar mengirimkan surat. Oleh karena itu, aku membalasnya. Sekarang aku berniat mengunjungi Choco. Sudah lama tidak melihat bagaimana kabarnya, aku rindu. Meski masih bersalju, cuaca jauh lebih cerah dan tidak sedingin diawal musim.

Mengenakan gaun hijau tua dibawah lutut dan lengan panjang. Mantel navy sebatas lengan dengan bulu putih hangat disepanjang tepian. Penutup telinga dan sarung tangan. Terakhir sepatu Boots diatas mata kaki berwarna coklat.

Ditemani Dena dan Nolan sebagai syarat bila aku ingin keluar. Tentu aku setuju. Mungkin, karena memasuki tubuh Irish yang masih agak kecil, jiwa kanak kanak ku memberontak tanpa kusadari. Awalnya aku mengajak Dena dan Nolan bermain bersama. Namun, hanya Dena karena Nolan menolak. Dia memilih berdiri mengawasi dari jarak dekat.

Daripada majikan dan pelayan, mereka lebih terlihat seperti keluarga baha-uhuk maaf! Lupakan saja. Hanya sedikit tersedak drama romansa klasik. Mari lanjutkan.

Choco sudah lebih besar dan gemuk dari yang terakhir kali. Dia tidak sendiri, sekarang kawannya banyak. Ada sekitar 10 ekor kelinci. Mereka terdiri dari berbagai warna dan ukuran. Ada yang coklat, putih dan campuran keduanya. Bahkan ada yang hitam. Ada yang masih kecil dan ada yang sudah besar. Mereka diberikan oleh Duke atas celetukan asal Theo.

"Dena lihat! Choco sudah besar." seru Irish pada Dena begitu tiba lebih dekat.

"Benar nona." jawab Dena sekenanya.

Mendekat dan mulai bermain dengan para kelinci. Mengelus, mengajak bicara dan menggendong para kelinci. Bahkan memberikan nama pada mereka satu persatu. Irish nampak fokus dan tertawa bahagia. Hingga...

"Hahh! Apa itu?" Tunjuk Irish terkejut.

Mereka menoleh. Terlihat kelinci yang Irish panggil Choco, bermain dengan kelinci putih bersih. Telinganya panjang dengan mata berwarna ruby. Irish telah menamainya Lily. Ya, dia betina.

"Memang kenapa?" Dena bergumam pelan mengerutkan kening bingung. Apa maksud sang Nona. Kenapa terkejut? Mereka terlihat normal.

Melihat mereka terdiam, aku menatap mereka miris. "Apa benar mereka tidak mengerti?" dan menggelengkan kepala prihatin.

Mereka bertambah bingung dengan tatapan dan tindakan sang nona yang menatap mereka seakan mereka terlihat...menyedihkan?

"Apa yang terjadi Nona?" Dena inisiatif bertanya.

Menoleh dan berceletuk. "Mereka jatuh cinta."

"Hahh?"

"Hm?"

Shock! Sangat tidak terduga sekali.

"Bagaimana anda bisa tahu nona?" ujar Dena pelan, lelah. Meringis dalam hati, bagaimana Nona nya tahu?

"Bukankah sudah terlihat jelas? Lihat! Wahh..luar biasa. Tak kusangka Choco kecil imutku sudah dewasa."  Ujar irish mendramatisir.

Mereka tambah shock. Pening. Apa yang sebenarnya Nona mereka pikirkan?

"Hentikan!"

Belum sempat Dena menjawab, nada berat lain menyela. Semua menoleh.

"Duke?"

Part Of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang