24

2.6K 211 0
                                    

Hal paling nikmat apa yang dilakukan saat cuaca dingin terlebih sedang berada dialam liar? Pastinya mencari sebuah kehangatan bukan? Berharap dapat bergelung dibawah hangatnya selimut. Berada ditempat yang nyaman dan dapat menikmati secangkir coklat panas.

Inilah yang kulakukan sedari pagi hingga siang. Meringkuk dibawah selimut yang hangat nan tebal. Diluar udara berhembus sangat dingin. Membuatku tidak mampu untuk sekedar menggerakkan tubuh. Sedikit gerakan, aku akan merinding menggigil kedinginan. Tentunya, didalam tenda yang kutempati ini sangat hangat dan nyaman. Dapat dipastikan semua berkat karya luar biasa Duke dan para putranya. Hehe! sebenarnya aku bisa bergerak. Tapi, udara terlampau dingin dan kemalasan mendominasi jadilah seperti ini.

Heran, kenapa mereka mengadakan perburuan pada musim dingin. Hewan bahkan lebih pintar. Mereka berhibernasi melindungi diri untuk menyambung hidup. Yang dilakukan manusia? Mempermainkan hidup secara cuma cuma. Bukankah lebih baik tinggal nyaman dalam rumah?

"Nona, apa anda tidak ingin keluar?" Dan suara inilah yang sedari pagi mengiringi nikmatnya bersantai.

"Tidak Dena. Aku sedang hibernasi jangan ganggu."

"Hm? Baiklah nona."

Dena tersenyum geli menatap rambut yang menyembul dari gulungan selimut.

Hanya memakluminya, Dena tidak lagi memaksa. Begitupun Theo. Ya, setiap beberapa saat Theo akan datang memeriksa keadaan Irish. Untuk lelah atau tidaknya dia melakukan itu, jangan ditanya. Sudah ditegur beberapa kali, tetap tidak bisa merubah pendiriannya yang teguh itu. Keputusannya mutlak.

Ketika ditemukan, hanya Irish yang sedang bermalas malasan dengan alasan hibernasi karena cuaca dingin. Seperti Dena, Theo hanya tersenyum menanggapi. Beda sekali sifat adiknya ini. Saat ini, para Lady akan berkumpul untuk minum teh dan mengobrol. Tapi, yang dilakukan adiknya? Hanya bergelung dalam selimut. Atau jangan jangan...adiknya tidak memiliki teman. Ck ck ck kasihan. Tapi itu lebih baik. Adiknya tidak pantas menerima seseorang yang hanya akan memanfaatkan atau berkelit dengan mulut tajam khas perempuan. Mengerikan. Kata kata mereka sangat tajam setajam pedang. Ketika laki laki bertarung menggunakan seni pedang,  perempuan akan saling menyerang dengan kata kata mematikan mereka.

* * *

Hingga hari ketiga perburuan, yang kulakukan masih sama. Sekarang udara semakin dingin, angin akan sesekali berhembus. Aku sudah mandi dipagi hari karena kemarin hanya mandi sekali. Eitss! Jangan salahkan aku, udara sangat dingin. Aku tetap menggigil sekalipun berada ditempat hangat.

Saat ini, aku mengenakan kemeja putih dibalut blazer navy dengan rok senada sebatas lutut. Kaos kaki putih selutut dan sepatu heels biru muda mencapai mata kaki. Sarung tangan hitam dan mantel jubah panjang sebatas mata kaki berwarna navy dengan tepian putih. Surai dikepang satu polos tanpa hiasan. Untuk aksesoris hanya gelang dan kalung pemberian Theo yang tentunya tidak terlihat.

Aku bersiap karena kehadiran Lady Hulbert. Ya, benar. Saat sedang dengan hikmat melangsungkan acara berhibernasi, datang Dena yang meminta untuk bersiap karena kedatangan Lady Hulbert. Melesat secepat kilat, aku segera bersiap. Tak lupa meminta Dena untuk menyampaikan agar Lady Hulbert dapat duduk dan menyiapkannya teh juga camilan selagi menunggu.

Didalam tenda Irish tepatnya ruang tamu.

"Maaf Lady membuat anda menunggu lama."

Mendengar suara orang yang dia nantikan, Lady Hulbert sontak berdiri memberi salam. "Ah! Salam Lady Ackerley. Saya yang seharusnya minta maaf karena datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu."

"Tidak apa apa Lady. Duduklah."

"Baik."

Mereka duduk berhadapan. Dena dengan sigap menuangkan secangkir teh baru dan berlalu menjauh bersama pelayan Lady Hulbert.

Part Of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang