Tiga hari telah berlalu sejak undangan makan malam. Dan kini aku tengah menahan kesal dengan pelayan yang tidak tahu diri. Sekembalinya dari taman, datang tiga makhluk menghadang jalan.
"Heh anak sial! Lakukan tugasmu cepat. Jangan hanya berleha leha." ujar seorang pelayan yang aku ketahui namanya Bella.
"Tugas siapa~yang berleha leha sia~pa."
"Kenapa hanya diam? Dan apa apaan tatapanmu itu?" timpal pelayan kedua, Sena.
"...."
"Kau mulai berani, ha?" lanjut pelayan ketiga, Ana.
"Hoamm!"
Aku ingat tiga pelayan ini lah yang sering menindas Irish. Menyuruh Irish melakukan tugas mereka dan korupsi barang barang Irish. Sebenarnya hampir semua pelayan. Namun, dari semua pelayan yang ada merekalah dalang terbesarnya.
Wushh!!
Dengan sihir angin kuhempaskan ketiga pelayan tidak tahu diri itu hingga membentur tembok. Malas mendengar celotehan celotehan yang membuat sakit telinga. Rencanaku untuk bermalas malasan dikamar harus terhenti oleh tiga makhluk tidak berguna ini.
"Akh...uhuk uhuk!" Bella berteriak keras dan memuntahkan seteguk darah. Dalam hati aku tersenyum puas melihatnya. Kurang. Aku merasa ini kurang dari apa yang Irish terima selama ini. Aku tidak akan bertindak bila tidak ada yang mengusik terlebih dahulu. Ini untuk mereka yang berani mengusik ketenanganku dan untuk Irish.
"Sialan! Akan kubalas kau bocah sial!" raungnya marah. Persis seperti orang gila.
"Hoamm! Sudah selesai? Ini hanya peringatan kecil, jadi ingatlah ini baik baik dan sadarilah tempat kalian."
Berbalik dan mulai melangkahkan kaki, sebelum kata kata menghentikan langkah kaki Irish.
"Heh, dasar kau anak haram." sinis Ana dengan keras.
Deg!
"Apa maksudmu?" berbalik dan menatap tajam pelaku.
"Kau tahu? Kau hanya anak haram Duchess dengan seorang pelayan. Karena itu kau tidak mirip Tuan Duke dan diabaikan." dengan lantang Sena berteriak dan tersenyum miring.
"Sok tahu sekali!" pikirku.
"Oh iyakah? Apakah aku peduli?"
"Sialan. Itu karena ibumu penggoda kau menjadi liar!"
Baiklah kesabaranku habis. Dengan sihir angin aku mencekik mereka bertiga hingga hampir kehabisan nafas terlihat dari wajah mereka yang pucat dan nafas tersendat.
Namun semua terhenti kala suara berat menghentikan kegiatanku dan dengan reflek aku melepaskan sihir yang mencekik mereka. Sial! Aku belum puas.
"Ada apa ini?"
Berbalik dan menemukan Maxime. Ya, dia Maxime Killian Ackerley Putra sulung Duke Ackerley dan kakak pertama Irish. Apa yang dia lakukan disini? Dilihat sekilas pun semua tahu dia bukan orang yang akan menginjakkan kakinya dikediaman Irish. Namun aku tidak peduli. Tidak ada alasan untukku mengetahuinya.
"Tuan Muda, semua ini perbuatan Nona Irish!" ujar Bella.
"Wah apa ini? Playing victim?"
"Benar Tuan. Nona Irish sering menyiksa kami para pelayan." sambung Ana.
"Memutar balikkan fakta heh?"
"Ya. Itu benar Tuan. Nona Irish sebenarnya orang yang semena mena!" timpal Sena.
"That's bitch. Bukankah kalian sedang membicarakan diri sendiri?"
Aku menatap malas mereka bertiga. Menjijikan. Benar benar tidak kusangka akan ada manusia seperti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Mine
FantasyOrrin Nara gadis berusia 18 tahun. Merasa hidupnya tidak beruntung. Ditinggalkan Ibu dan kakak laki laki satu satunya, membuat dia harus tinggal bersama ayahnya yang seorang penjudi, pemabuk dan sering melakukan kekerasan. Luka fisik dan mental tak...