23

3.3K 279 7
                                    

. . .

"Lady Ackerley?" suara dingin dan jernih, namun lembut dipendengaran  membuyarkan lamunanku.

Aku terkejut melihat Azzura sudah berdiri dihadapanku. Tapi, bagaimana bisa? Bukankah tadi dia berdiri cukup jauh? Dan.. sekarang dia sudah dihadapanku? Kenapa?

"La-lady? Ma-maaf saya tidak-" aku sangat gugup hingga terbata bata seperti tertangkap basah mengintip orang dan ditegur orang itu.

"Lady..!" panggil Azzura melihat Irish hanya terdiam gugup dan gelisah.

Menghela nafas dan melakukan curtsy, "Maaf. Salam Lady Chesteron." 

Azzura pun membalasnya dengan senyum, "Ya. Salam Lady Ackerley."

Ragu, aku ingin mengobrol tapi takut dianggap sok akrab. Dan ternyata itu disadari Azzura.

"...?? Ada yang ingin anda katakan, Lady?"

"Arkhh.... Suaranya! Bisakah jangan seindah ini?"

"Itu...apa anda ikut berburu?" tanyaku pelan merasa ragu, takut dia akan mengabaikannya dan benar dianggap sok akrab. Padahal tidak bertanya pun sudah jelas jawabannya, namun pemikiran itu salah.

Azzura tersenyum tipis dan menjawabnya, "Ya."

"Wahh... Hebatt!! Ma-maksud saya anda luar biasa." karena dia menjawab, aku jadi full semangat hingga lupa kontrol diri.

"Terimakasih."

"Mm." mengangguk semangat dan tersenyum lebar, beruntung sekali aku dapat mengobrol sedekat dan sejelas ini dengan idolaku. Inilah calon kakak ipar yang kumaksudkan. Heran, kenapa Maxime itu bilang tidak menyukainya, padahal dia sangat sempurna. Sebenarnya, tipe perempuan seperti apa yang dia cari? Apapun itu, kuharap bukan yang baik dan lemah lembut dominan lemah tidak berguna dan beban seperti..ekhm-Shauni.

Menengok sekeliling, aku menemukan banyak pasang mata yang memperhatikan dengan intens. Mata-mata itu nampak menatap tajam dan penuh rasa ingin tahu, membuatku merasa tidak nyaman.

"Emm..." setelah pertimbangan yang teramat berat, aku mendekat dan meraih tangan Azzura. Kemudian meletakkan sapu tangan lain yang kubuat, "Semoga berhasil Lady!" setelahnya, melangkah mundur, "Saya pamit dulu." ucapku sambil membungkuk. Lalu berbalik dan berlari secepatnya tanpa menunggu jawaban Azzura.

Diperjalanan, aku malu mengingat apa yang baru saja kulakukan. Hahh! Entah dia menerimanya atau tidak, yang terpenting tujuanku sudah tercapai. Aku yakin akan banyak yang memberinya sapu tangan.

Melihat punggung Irish semakin mengecil tertelan jarak, Azzura menatap lamat sapu tangan digenggamannya. Sudut bibirnya terangkat merasa geli dihati.

"Zura, cepatlah bersiap!" datang laki laki muda menghampirinya.

Menoleh sekilas, "Ya."

Laki laki itu sadar ada sesuatu ditangan Azzura, "Hei, kau mendapat sapu tangan?" dia berseru heboh menutup mulut. "Dari siapakah itu~?" ujarnya menggoda dan menaik turunkan alisnya.

Berdecak pelan, Azzura menyimpan sapu tangan itu disaku.

"Menurutmu?"

"Hm? Apakah Raja Muda itu?"

"Tidak."

"Ha? Lalu siapa?"

"Bukan siapa siapa. Lupakan!" memilih berjalan menghiraukan pertanyaan yang menurutnya tidak penting untuk dijawab.

"Hei! Jawab dulu dari siapa?" Si laki laki masih tidak ingin menyerah. Dia mengejar Azzura dengan pertanyaannya.

"Kubilang lupakan!" nadanya terdengar dingin penuh penekanan.

Part Of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang