. . .
"Lady Ackerley?" suara dingin jernih namun lembut dipendengaran membuyarkan lamunanku.
Terkejut. Melihat Azzura sudah berdiri dihadapanku. Tapi bagaimana bisa? Bukankah tadi dia berdiri cukup jauh? Dan..dan sekarang dia sudah dihadapanku? Kenapa?
"La-lady? Ma-maaf saya tidak-" aku sangat gugup hingga terbata bata seperti tertangkap basah mengintip orang dan ditegur orang itu.
"Lady..!" panggil Azzura melihat Irish hanya terdiam gugup dan panik.
"Ah maaf. Salam Lady Chesteron." melakukan curtsy sesuai etiket.
Azzura pun membalasnya. "Ya. Salam Lady Ackerley."
Ragu, aku ingin mengobrol tapi takut dianggap sok akrab. Dan ternyata itu disadari Azzura.
"??"
"Ada apa?"
"Arkhh....! Suaranya. Bisakah jangan seindah ini?"
"Itu...apa anda ikut berburu?" tanyaku pelan, ragu. Takut dia akan mengabaikannya dan benar dianggap sok akrab. Padahal tidak bertanya pun sudah jelas jawabannya. Namun salah.
Azzura tersenyum tipis. "Ya."
"Wahh!! Hebatt. Ma-maksud saya anda luar biasa." karena dia menjawab, aku jadi full semangat hingga lupa kontrol diri.
"Terimakasih."
"Mm." Mengangguk semangat dan tersenyum lebar. Beruntung sekali dapat mengobrol sedekat dan sejelas ini dengan idolaku. Inilah calon kakak ipar yang kumaksudkan. Heran, kenapa Maxime itu bilang tidak menyukainya. Padahal dia sangat sempurna. Sebenarnya, tipe perempuan seperti apa yang dia cari? Apapun itu, kuharap bukan yang baik dan lemah lembut dominan lemah tidak berguna dan beban seperti..ekhm-Shauni.
Menengok sekeliling, ternyata banyak pasang mata yang memperhatikan.
"Emm..." setelah pertimbangan yang teramat berat, mendekat dan meraih tangan Azzura. Meletakkan sapu tangan lain yang kubuat. "Semoga berhasil Lady..!"
Setelahnya mundur. "Saya pamit dulu." membungkuk dan berbalik berlari.
Diperjalanan, aku malu mengingat apa yang baru saja kulakukan. Hahh! Entah dia menerimanya atau tidak, yang terpenting tujuanku sudah tercapai. Aku yakin akan banyak yang memberinya sapu tangan.
Melihat punggung Irish semakin mengecil tertelan jarak, Azzura menatap lamat sapu tangan digenggamannya. Sudut bibirnya terangkat merasa geli dihati.
"Zura, cepatlah bersiap!" Datang laki laki muda menghampirinya.
Menoleh. "Ya."
Laki laki itu sadar ada sesuatu ditangan Azzura. "Hei, kau mendapat sapu tangan?" dia berseru heboh menutup mulut. "Dari siapakah itu~?" ujarnya menggoda dan menaik turunkan alisnya.
Berdecak pelan, Azzura menyimpan sapu tangan itu disaku. "Menurutmu?"
"Hm? Apakah Raja Muda itu?"
"Tidak."
"Ha? Lalu siapa?"
" Bukan siapa siapa. Lupakan." memilih berjalan menghiraukan pertanyaan yang menurutnya tidak penting untuk dijawab.
"Hei! Jawab dulu dari siapa?" Si laki laki masih tidak ingin menyerah. Dia mengejar Azzura dengan pertanyaannya.
"Kubilang lupakan." Nadanya terdengar dingin penuh penekanan.
"Zura~"
"Hentikan."
"Ck!"
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Mine
ФэнтезиOrrin Nara gadis berusia 18 tahun. Merasa hidupnya tidak beruntung. Ditinggalkan Ibu dan kakak laki laki satu satunya, membuat dia harus tinggal bersama ayahnya yang seorang penjudi, pemabuk dan sering melakukan kekerasan. Luka fisik dan mental tak...