****
Matahari menghilang di bawah garis cakrawala, di sebelah barat. Warna merah di langit pada sore hari sudah tidak ada, bergantikan dengan gelapnya malam.
Seperti permintaan (paksaan) dari Felix. Sekarang, Sergio sedang bersiap-siap untuk pergi ke pasar malam.
Setelah selesai berpakaian, dengan dibantu beberapa pelayan. Sergio meninggalkan kamarnya menuju ruang tamu, karena di sana sudah ada Felix yang menunggunya.
Pintu besar bercat putih dan emas terbuka lebar, memperlihatkan sosok Felix yang tengah duduk santai di salah satu sofa. Felix mengalihkan atensinya dan bangkit dari duduknya, saat mendengar suara pintu terbuka. Berjalan menuju Sergio dengan dua buah jubah tudung cokelat tua, yang tersampir di sebelah lengannya.
“Nih, pakai.” Felix memberikan salah satu jubahnya kepada Sergio.
“Harus banget, pakai jubah?” tanyanya. Namun, tak urung menerimanya.
“Haruslah, biar orang lain tidak tahu identitas kita.” Felix menjawab sambil memakai jubah cokelat tua itu.
“Malah, bengong. Pakai buruan,” suruhnya dan dituruti oleh Sergio.
Selesai memakai jubah tersebut, mereka berdua keluar dari ruang tamu, menuju pintu utama. Di sana sudah ada seekor kuda jantan hitam, yang talinya terikat di tiang.
“Kok kudanya cuman satu?” tanya Sergio saat berada di dekat kuda jantan itu.
“Iyalah, ngapain banyak-banyak,” sahut Felix yang tengah melepaskan ikatan pada tiang besi, lalu menunggangi kuda hitam itu.
“Lantas, kuda untuk ku tunggangi mana?” Sergio bertanya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan kuda yang akan ia tunggangi. Namun, nihil. Dia tidak menemukan keberadaannya.
Felix yang berada di atas kuda berkata, “ini kudanya.”
“Berdua?”
“Iya. Cepetan naik,” suruhnya.
“Ck, iya.” Sergio menaiki kuda dengan wajah ditekuk. Padahal Sergio ingin menaiki kuda sendiri.
“Pakai, tudung jubahnya.”
“Iya,” ucapnya sambil memakai tudung jubah miliknya.
Felix memecut kudanya dan berkata, “pegangan.” Dan hal itu di patuhi oleh Sergio.
****
“Aku mau yang itu dua, yah.”
“Sama ini juga!”
“Dan yang itu juga!”
Saat ini mereka berdua tengah berada disalah satu toko makanan, yang berada di pinggir jalan. Sebelumnya, Felix sudah menitipkan kudanya ke tempat penitipan khusus kuda dan tentu saja dia bayar, harganya 1 koin perak. Tapi, karena dia tidak membawa koin perak jadinya, dia membayarnya dengan 1 koin emas.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Actually Happened?
FantasyTheo Aether adalah putra keempat Count Aether, dia juga dikenal sebagai pembuat onar dari keluarga Count. Suatu hari, ia disuruh oleh ibundanya, untuk membaca buku sejarah kekaisaran Veroland, tanah airnya sendiri. Di tengah-tengah kegiatan membac...