30: Pemberontakan

51 13 0
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Sore harinya. Victoria beserta pasukannya sudah bersiap untuk pergi ekspedisi, bersama Duke Leonhart dan pasukan ksatria keluarga Leonhart.

Mereka semua sudah menunggangi kuda masing-masing. Victoria dan Duke Leonhart menunggangi kudanya di depan barisan, untuk memimpin barisan. Perempuan bersurai pirang itu memecut kudanya dengan cukup kencang, sehingga membuat kuda putihnya itu memekik.

Melewati sungai, Desa Negeria dan hutan. Tujuan mereka adalah pegunungan es, Serenity.

Victoria menarik tali kendali kuda, untuk menghentikan laju kudanya karena mereka telah sampai di tempat tujuan. Membutuhkan waktu sekitar satu jam, untuk sampai ke sana.

Dia membalikkan kudanya menghadap semua pasukan. “Aku akan membagi pasukan menjadi dua kelompok,” katanya lantang.

“Semua anggota ksatria elang perak, ikuti aku!”

“Dan untuk pasukan ksatria keluarga Leonhart, kalian ikuti Duke Leonhart!”

Dia membalikan kembali kudanya. Lalu memecutnya pelan, karena jalan cukup berbahaya. Semua anggota pasukan elang perak, mengikut perempuan bersurai pirang itu. Begitupun dengan ksatria keluarga Leonhart yang mengikuti Duke Leonhart.

Victoria beserta pasukannya mengambil jalan kesebelah kiri, sedangkan Duke Leonhart dan pasukannya kesebelah kanan.

Udara dingin mulai menusuk kulit putihnya. Victoria mulai memberi komando agar berhati-hati, karena mereka telah memasuki area berbahaya.

Insting. Itulah yang dibutuhkan sekarang. Karena jika mereka lengah atau insting yang tidak kuat, mereka hanya akan tinggal nama saja.

Sudah sepuluh menit berlalu, sejak Victoria dan pasukannya memasuki pegunungan es, Serenity. Namun mereka belum menemukan keberadaan para monster dan segerombolan serigala itu.

Tiba-tiba Victoria menghentikan kudanya. Membuat mereka semua ikut menghentikan kudanya. Di dalam hati semuanya, mereka bertanya-tanya apa yang terjadi sehingga membuat Komandannya menghentikan kuda yang dia tunggangi.

Perempuan berjubah hitam itu mengangkat sebelah tangannya. Itu tandanya dia menyuruh semua pasukannya untuk bersiap-siap, karena akan ada yang datang dari arah depan.

Mereka semua memegang pedangnya tanpa turun dari kudanya, begitupun dengan Victoria. Tak lama kemudian, para monster Utara berlari ke arah mereka dengan jumlah yang cukup banyak.

Yang lain sudah bersiap-siap untuk menghadapi dan membasmi monster. Felix malah sempat-sempatnya mencela monster itu.

Laki-laki berambut merah dan bernetra hazel itu memasang riak wajah jijik. “Iyuw.”

“Kenapa mereka jelek sekali?” tanyanya entah pada siapa.

Pasalnya. Wujud monster Utara itu sangat mengerikan dan berbeda-beda. Ada yang berwujud setengah manusia dan hewan, ada juga yang berbentuk seperti bunga namun kakinya seperti kaki hewan. Dan masih banyak lagi.

What Actually Happened? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang