****
Kompetisi ditunda. Akibat, pengkhianatan keluarga Marquess Romawa. Sebelum dihukum mati, Marquess dan Marchioness Romawa diintrogasi lebih dahulu, oleh Duke Leonhart.
Ruangan lembab, yang hanya diterangi oleh satu obor di luar jeruji besi. Ada tiga orang di dalamnya. Dua orang duduk di atas kursi, dengan luka diseluruh tubuhnya. Dan satu orang berdiri, memegang sebuah cambuk yang berlumuran cairan kental berwarna merah.
“Katakan, mengapa Putrimu berniat membunuh Putri Mahkota?” tanyanya. “Atau itu semua atas perintah darimu, Marquess?”
Lagi. Tidak ada jawaban darinya. Pasangan suami-istri itu terdiam membisu. Hal itu membuat Claude kesal. Dia melempar cambuknya, lalu mengambil pisau kecil di atas meja.
Claude membuat goresan memanjang, di kaki Marquess Romawa. Membuatnya merintih kesakitan. Marchioness yang berada di sampingnya, memandang takut dengan tubuh yang bergetar.
“Masih tidak mau, membuka mulut?” tanyanya tanpa menghentikan aktivitasnya.
Lalu, pisau yang berlumuran darah itu, ia arahkan ke leher Marchioness. Badannya bergetar ketakutan, dengan mata yang terpejam.
“Katakan sekarang! Jika tidak mau pisau ini, menembus lehermu!” desisnya.
“Asal kalian tahu saja! Adik iparku, tidak memperdulikan jika kalian mati, tanpa dieksekusi di depan umum!” ucap Claude memberitahu. Adik ipar yang dia maksud adalah Kaisar.
Keduanya menelan ludahnya sendiri. Mendengar perkataan Duke Leonhart. Mulut Marchioness sedikit terbuka, seperti ingin mengatakan sesuatu.
“Se-sebenarnya—”
“Apa bedanya itu?” tanya Marquess, memotong perkataan istrinya.
Dia terkekeh pelan, sambil mendongak. “Mau kita beritahu juga, kita tetap akan mati!” ucapnya sarat akan amarah. Matanya menatap Claude tajam.
Setelah mengatakan itu dia tertawa. Suara tawanya menggema di ruangan itu. Lalu berkata, “nah! Daripada membuang waktu, lebih baik bunuh aku sekarang, Duke Leonhart! Hahahaha!” Dia tertawa, bak orang gila.
Claude memandangnya tanpa riak wajah. Tangannya perlahan membuka sarung pedang, bersiap untuk membunuhnya.
Tanpa sepatah kata, Claude memenggal kepala Marquess Romawa. Kepalanya menggelinding ke bawah, dengan darah yang berceceran. Diiringi jeritan tangisan, dari istrinya. Bau amis mulai tercium.
Claude mengarahkan bilah pedangnya, ke leher Marchioness.
“Masih mau membungkam mulut?”
Tubuhnya bergetar hebat. Dia mendongak dengan mata sembab.
“Duke, mari membuat kesepakatan.”Satu alisnya terangkat dan menurunkan pedangnya. “Kesepakatan?” ucap Claude mengulang.
Dia mengangguk, lalu berkata. “Jika anda membebaskan saya. Saya berjanji, akan memberitahu anda, siapa dalang dari kematian Duke Leonhart terdahulu, yaitu Ayahmu. Gimana?” tawarnya. Marchioness tersenyum ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Actually Happened?
FantasíaTheo Aether adalah putra keempat Count Aether, dia juga dikenal sebagai pembuat onar dari keluarga Count. Suatu hari, ia disuruh oleh ibundanya, untuk membaca buku sejarah kekaisaran Veroland, tanah airnya sendiri. Di tengah-tengah kegiatan membac...