****
Matahari muncul di sebelah timur. Burung-burung berkicauan merdu, seolah-olah membangunkan insan yang tengah tertidur pulas.
Sergio terbangun dari tidurnya. Tak lama kemudian, para pelayan perempuan dan pria memasuki kamar yang bernuansa biru laut.
Pelayan perempuan, bertugas membersihkan kamar Sergio. Sedangkan pelayan pria, akan membantu Sergio mandi di pagi hari.
Laki-laki bernetra merah itu melangkah memasuki ruang kamar mandi, diikuti oleh beberapa pelayan pria. Lima belas menit kemudian, Sergio keluar dari kamar mandi, bersama pelayannya.
Philip. Pelayan pribadi Sergio, menyiapkan pakaian untuknya dan meletakkan di atas kasur. Karena tuannya itu, ingin memakai pakaiannya sendiri.
Semuanya pamit dan berlalu keluar kamar, meninggal Sergio. Atas permintaan tuannya itu.
Laki-laki bersurai hitam itu memakai kemeja putih dan celana hitam saja. Itu adalah pakaian santai. Acara kencannya akan dilakukan sore hari sampai malam hari, karena Victoria ada urusan penting di pagi hari. Itu diberitahukan tengah malam, lewat sebuah surat.
Sergio keluar dari kamarnya dengan riak wajah masam. Jujur saja, jauh dilerung hatinya ia kecewa. Ah—tapi, garis bawahi, itu adalah perasaan milik Sergio asli bukan dirinya.
Saat sampai di depan ruangan makan, dia langsung membuka pintu. Berjalan menuju meja makan, yang sudah ada Ibu dan Kakaknya.
Sergio duduk di sebelah kanan di kursi kedua, yaitu di sebelah Kakak laki-lakinya.
Di atas meja, sudah ada banyak makanan yang tertata rapi dan siap disantap. Aroma lezat tercium dari makanan, yang di masak oleh kepala koki keluarga Rodriguez.
Dengan segera ia memakannya. Begitu pun dengan Selena dan George.
****
Setelah selesai sarapan pagi, Sergio pergi ke taman belakang mansion-nya. Dia duduk di bangku, sambil memandangi taman bunga. Ini adalah hari terakhir dirinya tinggal di mansion ibukota. Besok pagi dia dan keluarganya harus kembali ke dukedom, yang berada di wilayah barat.
“Bosannyaaaa~”
Sudah beberapa kali ia menguap, lantaran terlalu bosan. Felix tidak ke mansion, karena ada urusan. Jadilah dia sendirian di sini.
“Dicari-cari, ternyata ada di sini.”
Suara berat terdengar dari belakangnya. Dan hal itu membuatnya menolehkan kepala, sambil berkata. “Ada apa?”
George berjalan ke arahnya dan duduk di samping Sergio.
“Ku dengar, kau mengajak Victoria untuk berkencan.” George berkata tanpa menatap lawan bicaranya.
Satu alis tebal miliknya terangkat. “Iya, memangnya kenapa?” tanya Sergio bingung. “Apa salah, mengajak tunangan sendiri untuk berkencan?” sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Actually Happened?
FantasyTheo Aether adalah putra keempat Count Aether, dia juga dikenal sebagai pembuat onar dari keluarga Count. Suatu hari, ia disuruh oleh ibundanya, untuk membaca buku sejarah kekaisaran Veroland, tanah airnya sendiri. Di tengah-tengah kegiatan membac...