11: Kebetulan yang sial

139 71 3
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Menatap langit siang yang menawan. Sergio, melihat awan-awan putih yang menghias langit siang membiru dengan bersihnya. Sinar matahari menguning menemani suasana siang hari. Memancarkan sinar matahari menyambut Sergio dalam penuh kehangatan.

Laki-laki berambut hitam itu berjalan di tengah-tengah keramaian ibukota, menuju tempat temu dengan sahabat satu-satunya, yaitu Felix.

Di persimpangan jalan, Sergio tidak sengaja menabrak seseorang. Saat Sergio mengulurkan tangannya, sosok berjubah hitam itu mendongak. Membuat bola mata ruby dan safir saling bertubrukan.

Dia berdiri tanpa meraih uluran tangan Sergio. Membuka tudung jubahnya, memperlihatkan wajah tanpa ekspresinya dan surai rambut hitam.

Seketika bola mata Sergio membulat. Melihat siapa yang berada di depannya. Dia adalah Jerome. Orang yang dijuluki sebagai good emperor bess”, di dalam buku sejarah kekaisaran Veroland. Namun, sikapnya berbeda dengan buku sejarah yang ia baca.

Sergio berniat mengabaikannya. Karena hari ini, adalah hari spesial. Entah ada angin dari mana, Felix mau mentraktirnya di tempat biasa.

Langkahnya terhenti, ketika mendengar perkataan Jerome. “Ternyata, kau sangat pandai bersandiwara, yah.”

Sergio membalikkan badannya. Lalu memiringkan kepala bingung. “Apa maksudmu?” tanyanya.

Jerome terkekeh pelan. Dia melangkah kaki, tiga langkah ke depan. Menghapus jarak antara mereka berdua. Laki-laki bernetra safir itu bersekedap dada, dengan mengangkat dagu angkuh.

“Kau pikir dengan berpura-pura hilang ingatan, akan membuat Victoria memaafkanmu?”

Kedua alis tebal Sergio bertaut. “Aku tidak mengerti, apa yang kau bicarakan.”

Jerome mendorong tubuh Sergio, dengan jari telunjuknya. “Berhenti, berpura-pura di hadapanku! Karena itu membuatku muak!” desisnya.

Laki-laki beriris merah itu, menepisnya tangan Jerome dan berkata. “Kau, yang seharusnya berhenti mengusikku!”

Sergio menatap lawan bicaranya dengan nyalang. “Memangnya aku pernah berbuat salah padamu, sehingga kau terus-menerus mengusik hidupku?”

Gelak tawa terdengar. Membuat perhatian di sekitarnya terpusat kepada mereka berdua.

Sergio berbisik tepat di daun telinga Jerome. “Lihat! Gara-gara kau, mereka semua melihat ke arah kita!” geramnya. Karena dia sangat tidak suka, menjadi pusat perhatian.

Sergio terdorong ke belakang, akibat dorongan dari Jerome. Laki-laki berjubah hitam itu menunjuk Sergio.
“Kau itu menjijikkan!” desisnya. “Mungkin, Victoria akan memaafkanmu. Tapi, tidak dengan Diego. Aku yakin dengan hal itu!”

Dia kembali memakai tudungnya. Sebelum pergi Jerome berucap, “dasar mata keranjang!” kecamnya.

Hah? Mata keranjang? batin Sergio berkata.

What Actually Happened? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang