13: Pesta ulang tahun

108 41 4
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Malam hari telah tiba. Ini saatnya pesta ulang tahun Putri Mahkota, yang ketujuh belas tahun diadakan. Dan Sergio, beserta keluarganya sudah tiba di tempat pesta itu.

Pestanya diadakan di aula istana Bulan, atas permintaan penyelenggara sendiri. Istana Bulan adalah istana khusus, yang di bangun hanya untuk Permaisuri Veroland.

Alunan melodi mengalun merdu, memenuhi setiap inci ruangan. Makanan dan minuman tertata rapi di atas meja. Semua rakyat kekaisaran Veroland diundang, tanpa memperdulikan status mereka.

Acara dimulai dari memberi salam dan memberi hadiah kepada Victoria. Dan kini, giliran Sergio tiba. Dia berjalan ke depan dengan membawa kotak kecil, berwarna biru tua yang dihiasi pita biru laut.

Sesampainya di sana, laki-laki bermarga Rodriguez itu membungkuk memberi salam. Lalu memberikan ucapan selamat ulang tahun, dan kotak kecil itu kepada tunangannya.

Perempuan bergaun merah muda itu menerima hadiahnya, dan berkata. “Terima kasih. Silahkan dinikmati acaranya, Tuan Muda Rodriguez.”

Sergio menjawab sambil tersenyum tipis. “Baik, Tuan Putri.”

Sebelum pergi, dia mengecup punggung tangan Victoria terlebih dahulu. Berjalan ke arah meja yang sudah ada sahabatnya.

Dia duduk di sebelah laki-laki bersurai merah. Lalu tangannya meraih sebuah piring kecil, yang berisikan cake rasa strawberry. Sergio memakannya tanpa tersisa sedikit pun. Kemudian ia mengambil segelas jus jeruk, dan meminumnya hingga tandas.

Matanya tidak pernah lepas dari perempuan bersurai pirang itu. Sahabatnya yang mengetahui arah pandangnya pun, menyenggol lengan Sergio sambil memasang wajah menggoda.

Laki-laki beriris hazel itu bersiul dan berkata. “Semua orang juga tahu, kalau Putri Mahkota itu sangat cantik. Tapi jangan memandanginya secara terang-terangan, kali!” Felix menaikkan nada suaranya, di akhir kalimat.

“Kau tahu?” tanya Felix pada sahabatnya, dan dibalas gelengan kepala.

“Dari tadi, semuanya melihat ke arah mu!” bisiknya.

Sergio memasang riak wajah heran. “Lantas?” tanyanya.

“Si bodoh ini!” Dia mengumpat sambil menoyor kepala Sergio. “Begitu saja, tidak mengerti. Dasar, budak cinta!” kecamnya.

“Memangnya apa?” Sergio bertanya dengan raut wajah polos. Dan hal itu membuat Felix, memutarkan bola mata malas.

“Tidak jadi!” katanya kesal. Saking kesalnya, dia memakan kue sambil misuh-misuh sendiri.

Dia tidak memperdulikan sahabatnya itu, pokusnya hanya tertuju pada tunangannya—Victoria. Perempuan itu begitu cantik malam ini. Rambut pirangnya, dibiarkan tergerai indah dan gaun merah muda dengan motif bunga, yang begitu cantik. Seperti orang yang memakainya. Itulah yang dipikirkan oleh Sergio.

What Actually Happened? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang