08: Merayakan pesta

170 107 4
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Satu hari setelah eksekusi mati Permaisuri Hestia, pesta kemenangan atas penaklukan lima kerajaan dirayakan di aula istana. Semua bangsawan maupun rakyat biasa diundang, untuk memeriah pesta tersebut.

Sergio bersandar dengan segelas minuman di tangannya, dia sibuk dengan pikirannya sendiri.

Kenapa aku harus kembali ke masa lalu dan merasuki tubuh Sergio? Apa ada alasan tertentu? Jika benar begitu, setidaknya beri petunjuk, Dewa sialan! batin Sergio berteriak. Lalu dia meminum jus-nya hingga tandas, dan meletakkan gelasnya di meja.

Saat Sergio akan mengambil kue dan meletakkannya di piring, seseorang sengaja menyenggol lengannya membuat kue tersebut jatuh ke lantai.

“Upss, maaf sengaja!” ejeknya.

Tak lama kelak tawa terdengar, dari dua perempuan yang berada di belakangnya.

Laki-laki bersurai hitam itu menatapnya dari atas sampai bawah. Surai rambut berwarna hitam, senada dengan iris matanya. Dia pasti Putri Leona, adik dari Jerome. Sergio membatin yakin.

“Anda membuang-buang makanan, Putri.”

Leona menyanjungkan kipas di dekat mulutnya. “Liatlah si pembohong ini!” ucapnya dengan nada sedikit tinggi. Dan hal tersebut, membuat atensi semuanya berpokus kepada Sergio.

“Bukannya memberi salam, dia malah mengkritik diriku!” Leona membuat raut wajah sedih. “Dia bilang, pakaianku kurang bahan. Padahal ‘kan tidak,” tuduhnya.

Sergio menggeram kesal. Kapan aku bilang begitu, sialan! batinnya mengumpat.

Bisik-bisik mulai terdengar dan hal itu membuat Leona, menyunggingkan senyum miring dibalik kipas merahnya.

Tahan... tahan. Jangan terbawa emosi, Theo. Tapi hal itu gagal, ketika laki-laki yang menjabat sebagai Kakak dari Leona datang.

“Berlutut dan minta maaflah, kepada adikku!” titahnya mutlak.

Adik? Dia Pangeran Jerome? Sikapnya berbeda dengan yang tertulis, di buku sejarah. Akhh! Aku tidak peduli lagi! Akan kihajar, walaupun dia Kaisar di masa depan! batin Sergio berkata.

Dia memasang wajah angkuh. “Untuk apa, saya berlutut dan meminta maaf, ketika saya tidak bersalah?”

Laki-laki beriris biru itu mengeram, lalu menarik kerah baju Sergio. Sehingga wajahnya dan wajah Sergio, saling berhadapan.

“Jadi maksudmu, adik berbohong?”

“Memang seperti itu, kenyataannya.”

Jerome menghempaskan tubuh Sergio ke lantai, lalu dia berjongkok dihadapan Sergio.

“Si pembohong, sangat pintar dalam membuat cerita.”

“Semua orang adalah pembohong, bahkan kau sendiri.” seorang
perempuan menyahut di belakangnya.

What Actually Happened? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang