33: Mengibarkan bendera perang

66 11 1
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

“...a..”

“Na...”

“Fena!”

Perempuan dengan kacamata yang tertengger di hidung mancungnya itu langsung menolehkan kepala kesamping. Lamunannya langsung buyar, ketika mendengar teriakkan dari sepupunya.

Laki-laki berkemeja putih itu berlari-larian kearahnya, dengan keringat yang membasahi rambut, serta wajahnya.

Deru napasnya tidak beraturan. Dia berusaha menstabilkan pernapasannya, saat akan berbicara.

Victoria memandang Diego dengan bingung. Kenapa sepupunya itu terlihat panik? Itulah yang dia pikirkan.

“Hah... hah... ga-gawat, Fena!”

“Gawat? Memangnya ada apa?” tanya Victoria seraya berdiri dari duduknya dengan memegang sebuah buku.

“Kekaisaran Baltasar, mengibarkan bendera perang!” seru Diego yang membuat Victoria sedikit tersentak.

“Dan kau, diminta untuk segera menghadap Kaisar sekarang juga!”

Setelah itu dia segera pergi meninggalkan Diego sendiri, di taman istana mawar. Berlarian menuju istana utama. Jarak antara istana mawar dan istana utama, lumayan jauh.

Victoria sampai dengan keringat yang bercucuran dan juga dengan deru napas yang tak beraturan. Dia mengetuk pintu terlebih dahulu, sebelum memasukinya.

“Masuk.”

Perempuan itu masuk setelah disuruh. Di sana sudah ada banyak orang yang menunggunya. Victoria duduk didekat Kaisar.

“Karena semua sudah datang, mari kita mulai rapatnya.” Bryant berucap setelah semua anggota lengkap.

Semua orang yang menjabat sebagai komandan pasukan, jendral, dan panglima perang, dipanggil ke ruang rapat oleh Kaisar.

“Saya baru saja mendapatkan sebuah surat dari Kaisar Baltasar,” kata Bryant mengawali pembicaraan.

Semua terdiam ditempat. Mendengarkan Kaisar berbicara.

“Kaisar mengatakan jika dia tersinggung oleh perkataanmu, Victoria.”

Mendengar itu membuatnya berdecih, dan bergumam. “Kenapa dia tersinggung oleh sebuah fakta?”

Laki-laki beriris biru menatap putrinya. “Dia tidak akan mengibarkan bendera perang, jika kau meminta maaf. Dan...,” jedanya.

“Dan apa?” tanya Victoria.

“Menyerahkan Diego,” lanjutnya.

Perkataan Kaisar membuat tangan Victoria terkepal tanpa sadar, dibawah meja panjang.

“Yang Mulia,” panggilnya.

“Saya bersedia jika meminta maaf. Namun untuk menyerahkan Diego kepada kekaisaran Baltasar, saya tidak bersedia!” Victoria berkata dengan tegas.

What Actually Happened? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang