****
“Jadi, aku ... Sergio yang asli?”
Akhirnya. Dia mendapatkan ingatannya yang asli, dan mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.
Air matanya tidak bisa berhenti luruh, ke bawah. Bersamaan dengan ingatannya di kehidupan sebelumnya. Ingatan yang dipenuhi kenangan dan ... tragedi pilu.
“Kenapa ... kenapa baru sekarang?” gumamnya. Kenapa dia harus mengingatnya sekarang? Kenapa tidak dari dulu saja? Agar dia bisa mencegah dan mengubah masa depan.
Bayangan tentang apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya, terus terngiang di dalam otak Sergio. Wajah orang-orang terdekatnya yang mati terus muncul dibenaknya, dengan berlumuran darah.
“Bajingan!” desis Sergio saat mengingat wajah dalangnya.
“Kali ini, aku akan membunuhmu dengan kejam!” Dia berkata dengan berlinang air mata dan tatapan mata yang begitu tajam.
Laki-laki bernetra ruby itu mengusap air matanya secara kasar, lalu berdiri. Dia menatap pada pantulan dirinya di cermin, dan berkata.
“Aku tidak memiliki banyak waktu,” jedanya. “Aku harus bergerak lebih dulu,” sambungnya.“Namun ... ada yang berubah,” katanya saat menyadari sesuatu.
Dimulai dari hukuman kepada keluarga Marquess Aleister dan Pangeran Helois. Di kehidupan pertama, mereka dihukum mati, bukan diturunkan gelarnya dan diasingkan. Lalu Permaisuri Hestia, seharusnya dihukum penggal oleh Ayahnya bukan oleh Putri Mahkota.
Dan juga ... Victoria seharusnya sudah mati.
Kenapa dia masih hidup? batinnya bertanya.
Apa dia juga mengingat, ingatan di masa lalu? ucap Sergio di dalam hatinya.
“Jika dia mengingatnya, aku tidak bisa menatap wajahnya dengan benar.”
Sergio malu. Malu dengan apa yang dia perbuat di masa lalu, kepada Victoria. Jikalau Victoria mengingatnya kemungkinan besar, dia tidak bisa menatap wajahnya dengan benar.
“Aku harus menemuinya lagi, untuk memastikan sesuatu.”
“Tapi sebelum itu, aku harus menemui seseorang terlebih dahulu.”
Kemudian, dia menghilang dalam sekejap mata. Dalam hitungan detik, Sergio telah tiba di tempat yang ia tuju.
“Ada gerangan apa, yang membuat Tuan Muda Rodriguez, datang kemari?” tanya seseorang yang berada di belakangnya.
Tanpa sadar, Sergio membalikkan badannya. Menghadap seorang perempuan bergaun putih, dan memakai kalung salib di lehernya. Dia adalah saintess Seina. Utusan, para Dewa dan Dewi.
“Aku akan berbicara langsung pada intinya, apa para Dewa dan Dewi sialan itu memberikan ingatan masa lalu pada Victoria?” tanya Sergio.
Tidak ada riak wajah terkejut di sana, hanya ada senyuman tipis. Dia menatap Sergio, tanpa memberikan jawaban. Hal itu membuatnya menggeram kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Actually Happened?
FantasyTheo Aether adalah putra keempat Count Aether, dia juga dikenal sebagai pembuat onar dari keluarga Count. Suatu hari, ia disuruh oleh ibundanya, untuk membaca buku sejarah kekaisaran Veroland, tanah airnya sendiri. Di tengah-tengah kegiatan membac...