15: Mendapatkan surat ancaman

102 36 5
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Tiga hari berlalu. Kini Sergio sudah pulang ke wilayah barat, dan tinggal di dukedom lagi.

Banyak buku berserakan di bawah lantai. Saat ini dirinya berada di perpustakaan, yang berada di kediamannya. Laki-laki itu tengah mencari buku sihir, yang berisikan mantra mengulang waktu atau kembali ke masa depan.

Sergio menutup buku sihir yang terakhir. Dia menghela napas lelah. Sudah banyak buku sihir yang ia baca, namun dia tetap tidak menemukan apa yang dia cari.

Dia bangkit dari duduknya. Berlalu pergi tanpa meletakkan kembali, bukunya di tempat semula.

****

Suara bilah pedang yang saling beradu terdengar nyaring. Di lapangan, nampak sekumpulan ksatria tengah berlatih pedang. Masing-masing melewan satu orang.

Seorang perempuan bersurai pirang memasuki barak, bersama laki-laki berambut merah. Mereka adalah, Victoria dan Felix.

Victoria berjalan ke depan lapangan diikuti Felix, lalu berkata dengan lantang. “Perhatian semuanya!”

Semua anggota pasukan ksatria Elang perak, mempokuskan pandangannya ke depan.

“Aku akan memperkenalkan ketua divisi ketiga, yang baru kepada kalian semua.”

Ketua divisi ketiga elang perak sebelumnya adalah Gavril Aleister. Karena keluarganya dicap sebagai pengkhianat, dia pun dikeluarkan dari pasukan ksatria elang perak.

“Felix Bernett, dia yang akan mengisi posisi kosong itu. Ucapankan selamat dan tepuk tangan untuknya,” ucap Victoria lugas.

Riuh tepuk tangan dan ucapan selamat saling bersahutan, memenuhi area barak. Victoria mengangkat sebelah tangannya, pertanda untuk berhenti. Seketika hening terjadi.

“Tiga hari lagi, akan diadakan kompetisi yang diselenggarakan langsung oleh Kaisar.”

Laki-laki berambut cokelat tua itu bertanya. “Kompetisi apa itu, Komandan?” Dia adalah Arsen Addison, orang yang menjabat sebagai wakil ketua divisi kedua.

“Kompetisi untuk menentukan pasukan ksatria yang terbaik di kekaisaran Veroland,” jawab Victoria.

“Kalian tahu ‘kan, apa yang harus kita lakukan?” tanyanya dengan senyuman misterius.

“Tentu Komandan!” Mereka semua menjawab dengan serempak, kecuali Felix.

“Memangnya apa?”

“Kita tidak boleh kalah, terutama kalah dari pasukan Naga hitam!”

Victoria tersenyum. Mendengar jawaban dari pasukannya itu. “Bagus!” katanya.

“Jika kalian kalah, kalian semua akan mati!” ucap Victoria sadis. Kemudian jarinya membuat garis memanjang di leher, sambil tersenyum mengerikan.

What Actually Happened? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang