03: Tamu tak diundang

240 134 7
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Burung berkicauan merdu, di atas dahan pohon rindang. Cuaca di pagi hari ini sangat sejuk dan cerah, dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah serta rambut hitam milik Sergio.

Saat ini, Sergio tengah duduk santai di atas kursi, menikmati waktu luangnya. Di temani, beberapa camilan di atas piring kecil dan secangkir teh, yang tersaji di meja bundar.

Sudah tiga hari berlalu, sejak jiwa Theo merasuki tubuh Sergio. Dan dia juga, sudah memutuskan untuk tidak mengubah apapun. Dia tidak ingin sejarah berubah, dengan begitu dia bisa kembali ke tahun 1500 dan menjadi Theo Aether, kembali 'kan? Semoga saja seperti itu.

Sergio menyesap tehnya, sambil memandangi taman bunga, dari atas balkon kamarnya.

Sangat damai.

Itulah yang dia rasakan, sebelum seseorang datang dan membuka pintu kaca balkonnya, dengan kasar.

Brak!

Sergio membulatkan kedua matanya, lantaran terkejut. Dalam hatinya ia berkata, untung saja, pintunya tidak rusak.

“SERGIO!” teriak laki-laki bersurai merah.

Dia berlarian ke arah Sergio dengan sekotak kue di tangannya. Setelah meletakan kotak tersebut di meja, dia langsung menerjang tubuh Sergio dengan sebuah pelukan erat.

Sesak. Sergio tidak bisa bernapas dengan benar. Dia terbatuk pelan dan menepuk-nepuk pundak laki-laki bersurai merah itu, agar melepaskan pelukannya. Tersadar akan perbuatannya, dia langsung mengurai pelukan tersebut.

Bukannya merasa bersalah atau meminta maaf kepada Sergio, atas perbuatan. Laki-laki beriris hazel itu malah tertawa terbahak-bahak. Melihat sahabat satu satunya itu, tengah terbatuk pelan, sambil menstabilkan napasnya.

Sergio menatap nyalang orang di hadapannya. Sudah datang secara tidak sopan! Dan sekarang, dia tertawa setelah apa yang, dia perbuat? Sebenarnya, siapa bajingan satu ini?!gerutu Sergio di dalam hatinya.

“Siapa ... kau?” Sergio bertanya dengan nada ketus, setelah napasnya kembali teratur.

Tawanya langsung berhenti, seketika. Dia menatap Sergio dengan pandangan bingung. Dia hanya pergi selama tiga hari. Tidak mungkin ‘kan, Sergio melupakannya dalam kurun waktu sesingkat itu.

“Sergio. Apa, kamu mengalami kecelakaan, sehingga melupakan sahabatmu sendiri?”

“Sahabatnya?” gumamnya. “Apa di dalam sejarah, Sergio memiliki sahabat?”

“Kamu bilang apa barusan?” tanyanya.

“Ha-hah? Aku tidak bilang apa-apa,” dusta Sergio. “A-anu ... sebenarnya, tiga hari yang lalu, aku terjatuh dari atas tangga. Dan mengalami kehilangan ingatan, sementara. Jadi, aku tidak mengingatmu.” Sergio sengaja mengalihkan pembicaraan, agar dia tidak mencurigainya.

What Actually Happened? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang