****
Tidak membutuhkan waktu lama, karena mereka semua menggunakan teleportasi. Saat ini, sudah banyak pasukan ksatria yang berbaris, menunggu kedatangan pasukan ksatria Baltasar.
Victoria. Berada di depan barisan, dengan menunggangi kuda putihnya karena dia yang akan memimpin barisan.
“Wahai rakyatku yang kucintai!” ucap Victoria dengan lantang, di depan barisan.
“Kita bisa melihat pasukan musuh mendekat.”
“Kita juga bisa mendengar suara langkah kuda milik para musuh mendekat.”
“Sebentar lagi...,”
“Kita akan menghadapi mereka secara langsung.”
“Aku membuat keputusan di tengah panasnya pertempuran ... untuk hidup dan mati di antara kalian semua!”
Semua ksatria bersorak mendengar perkataan Victoria.
“Selama kita bersama, tidak ada penyerang yang bisa lewat!”
“Meskipun mereka datang bersama ksatria tangguh... mereka tidak akan bisa lewat!”
“Dan saat pertempuran berakhir...,”
“Kita akan bertemu lagi di surga ... atau di tanah kemenangan.”
Sekali lagi. Mereka semua bersorak dengan keras.
Perempuan yang memakai baju zirah itu mengangkat tangannya, lalu membalikkan kudanya.
“SERANG!!!” teriak Victoria saat pasukan musuh sudah ada di depan matanya.
Sesuai instruksi dari Victoria, mereka semua mulai memacu kudanya.
Victoria memacu kuda putihnya. Satu tangannya memegang tali kendali kuda, dan tangan satunya lagi, ia gunakan untuk memegang pedangnya.
Suara bilah pedang yang saling beradu, terdengar saling bersahutan. Di bawah panasnya terik matahari, mereka semua tengah melakukan pertarungan. Cairan kental yang berwarna merah, mulai berjatuhan ke tanah.
Sudah ada korban yang mulai berjatuhan. Baik itu dari pihak musuh, atau dari pihak kekaisaran Veroland.
Pertarungan sengit terjadi, antara kekaisaran Baltasar dan kekaisaran Veroland. Victoria mengayunkan pedangnya, tepat pada leher salah satu ksatria dari pihak musuh. Membuat darah muncrat, mengenai paras cantiknya.
Perempuan itu kembali mengayunkan senjatanya. Meskipun tubuhnya terlihat seperti anak-anak, pedang baja itu seakan seperti tongkat kayu yang ringan. Gerakannya seperti dewi perang, tubuhnya yang langsing bergerak kesana-kemari mengayunkan bilah berat itu. Helaian rambut pirangnya seperti benang sutra yang menari tertiup angin.
Orang-orang yang menyaksikannya bertarung dengan ksatria dari Baltasar itu terperangah. Satu hal yang terucap di pikiran mereka adalah; “Apakah dia Dewi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
What Actually Happened?
FantasyTheo Aether adalah putra keempat Count Aether, dia juga dikenal sebagai pembuat onar dari keluarga Count. Suatu hari, ia disuruh oleh ibundanya, untuk membaca buku sejarah kekaisaran Veroland, tanah airnya sendiri. Di tengah-tengah kegiatan membac...