32: Apa bedanya itu?

45 11 0
                                    

Warning 18+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning 18+

Buat yang belum cukup umur, dilarang baca.

Selamat menikmati....

****

Malam harinya. Saat Victoria selesai mandi dan akan beristirahat, dia dikejutkan oleh Sergio yang lagi-lagi berada di dalam kamarnya.

“Sekarang, apa lagi?” tanyanya saat sampai didekat Sergio.

Laki-laki beriris merah itu mendongak dan menatap perempuan dengan rambut yang sedikit basah.

“Kau terlalu emosional tadi,” katanya.

“Kenapa? Kau tidak suka?” tanya Victoria.

Sergio menggeleng. Kemudian dia bangkit dari duduknya dan menghapus jarak diantara mereka berdua. Tangannya terangkat dan memegangi rambut pirang itu.

“Aku suka apapun tentang dirimu,” jawabnya seraya mengecup surai rambut miliknya.

Victoria memutar bola mata malas dan menghela napas. Dia mendorong tubuh atletis milik Sergio, lalu menaiki kasur empuknya tanpa menghiraukan keberadaan mantan tunangannya itu.

Saat akan memejamkan matanya, Sergio mengikuti dia dengan naik keatas ranjangnya. Hal itu membuat Victoria memelototkan matanya sambil bangun dari tidurnya.

“Apa yang kau lakukan?!” tanyanya saat Sergio sudah berada disampingnya.

“Pergi sana!” usirnya.

“Tidak mau.” Dan jawabannya membuat Victoria menggeram kesal.

Belum sempat memarahinya kembali, mulutnya sudah dibungkam oleh bibir Sergio. Victoria mematung ditempat. Otaknya memperoses apa yang baru saja terjadi.

Awalnya hanya sebuah kecupan saja. Tapi lama-lama berubah menjadi sebuah lumatan, karena Victoria tidak menolaknya.

Sadar akan apa yang terjadi, dia berusaha mendorong tubuh Sergio namun gagal. Laki-laki itu menciumnya dengan agresif dan penuh nafsu.

“Eemphh! Le-lepas du-lu!”

Sergio tidak menghiraukan rintihan dari Victoria. Dia malah memperdalam ciumannya. Tangannya tidak mau diam. Tangan kirinya merambat ke punggung Victoria, sesekali mengusap lembut. Sedangkan tangannya kanannya, ia gunakan untuk menekan tengkuknya agar memperdalam ciuman mereka.

Suara decapan terdengar memenuhi kamar, yang bernuansa merah itu. Sergio melepaskan ciumannya saat merasa, perempuannya kehabisan napas.

Victoria menghirup udara dengan rakus, setelah ciuman mereka terlepas. Sergio menatap bangga pada bibir Victoria yang sedikit bengkak, akibat ulahnya.

“Gila!” sentaknya sembari menatap tajam kearahnya.

Bukannya marah, dia malah tertawa dan berkata. “Tapi enak ‘kan?” Sergio menatapnya dengan wajah yang menyebalkan, menurut dia.

What Actually Happened? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang