3. Sebelumnya❄️✨

476 138 50
                                    

Happy Reading Ges🥰💐.
Flashback buat satu chp ini yaa??ini sebelum Aya pindah

Kalo baca cerita Anaa, cari tempat nyaman yapp, karena kebanyakan panjang, soalnya ga nyaman gitu loh kalo gak dideskripsikan dengan baik😭🤌

Kalau ada komen ngga nyambung sama cerita, ini karena cerita ini sempet dirombak.

Kalau ada komen ngga nyambung sama cerita, ini karena cerita ini sempet dirombak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❄️❄️❄️

Flashback...

Beberapa waktu yang lalu sebelum Aya masuk kampus di Bandung.

Sorot mata Aya fokus pada langit di atas sana, gelap nan pekat namun ada beberapa bintang yang setia menghiasi. Tiupan angin malam pun berhembus pelan membelai kulit. Lama sekali dirinya hanya terdiam, duduk di sebuah kursi di bawah pohon bersalju itu. Suasananya senyap, sunyi, sepi, tiupan angin pun dapat terdengar saking sunyi tempat itu.

"Lupain aja dulu semua itu, jalani hidup dengan baik yah," ucapan seorang anak laki-laki yang duduk di sampingnya membuat Aya refleks menoleh. Sayangnya, Aya tak mengenalinya, padahal rasanya wajah anak itu sangat jelas.

Aya langsung membuka mata, ia menguap sesaat karena baru terbangun dari tidurnya, rasanya ia mimpi barusan tapi tidak terlalu ingat lagi.

Ia meregangkan badan, rasanya seperti baru saja terbangun dari tidur panjang.

"Eh?" Aya menatap ruangan sekitarnya, sangat asing. Itu hanya kamar yang hanya berisi lemari, meja, dan sebuah kasur di sana, "Lah ini dimana?" monolognya karena kebingungan.

Aya turun dari kasur ukuran sedang itu, memutar kenop pintu dan pintu terbuka sempurna, tidak ada siapapun di ruang tamu yang berhadapan langsung dengan dapur itu.

"Ini di mana anjir? Teleport kah gue pas tidur sampe pindah tempat gini?" tempat itu sepi, kosong, hanya terdengar suara gemuruh air hujan di luar sana.

Netranya melirik jam dinding, dan menyingkap tirai jendela, gelap dan hujan lebat, "Jam sembilan? Sembilan malem berarti? Gelap soalnya di luar," gumamnya sendiri.

Aya duduk di permadani yang terbentang di ruang tengah itu, menekuk lutut dan memeluknya menyandarkan punggung ke tembok yang di dominasi warna biru muda.

Mendadak Aya kembali kehilangan moodnya, tak ingin melakukan apapun, rasanya bernafas saja malas, ia hanya diam, menatap lurus kedepan.

"Kalo gue mati, masih ada yang bakal nangisin gak ya?" lirihnya tiba-tiba, ia ingat ia tak pernah ke psikiater tapi Aya yakin dirinya sudah bisa dianggao sakit jiwa.

Will We Be Happy? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang