44. Luar Angkasa❄️✨

114 52 1
                                    

Happy reading gess😺
Klik vote⭐⭐⭐atau ada pohon pinang ngejar kamu di mimpi😠🤣

Happy reading gess😺Klik vote⭐⭐⭐atau ada pohon pinang ngejar kamu di mimpi😠🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❄️
❄️
❄️
❄️
❄️

"Lan? Len?" panggilan lembut itu berasal dari remaja di luar pintu sana.

"Kakak?" ucap Alen menatap Alan yang sedang berbaring di lantai.

"Ga mungkin lah, salah denger mungkin," bantah Alan yang merasa yakin tidak mungkin diluar itu Kay, mana mungkin kakak mereka itu memanggil mereka begitu.

"Alan...Alen... udah tidur kah? kakak mau masuk lho?" ucap Kay diluar pintu sana, memandangi jam tangan digital dengan tertera angka 20:32, Kay pikir harusnya si kembar belum tidur, tapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Hah?" serentak keduanya saling menatap heran, ini benar kan? Bukan mereka bermimpi, memang kembar tapi tidak mungkin mimpinya sama kan? Ini nyata, suara itu asli, ini pertama kalinya terjadi setelah mereka belasan tahun hidup.

"Beneran itu kakak kayanya Len, gue bukain dulu pintunya," Alan turun dari kasurnya, ia melangkah membukakan pintu kamarnya itu

"Ka- kakak?" tanya Alan ragu-ragu, menatap punggung yang menjauh dari hadapannya.

Kay berbalik badan, memberikan senyum tipis pada salah satu adiknya ini, ntah ini Alan atau Alen, ia tidak terlalu mengenali, benar-benar menatap saja baru kali ini.

Sungguh Kay yang jahat? Tidak juga, Zhuan lah yang keterlaluan.

"Eh belum tidur ternyata? Boleh gak nih kakak masuk kamar kalian, hm?" tanya Kay pelan, sambil memperpendek jarak antara keduanya.

Alen yang tadi sedang berguling-guling malas langsung bangkit dan menyela, "Kenapa harus nanya! Ayok kakak masuk," ucap Alen dengan senyum sumringah.

Kay mengangguk pelan, ia langkahkan kakinya melewati pintu kamar itu, ia sapu seluruh ruangan dengan netranya, ruangannya estetik dengan hiasan hiasan tergantung, dominan berwarna Biru tua seakan seperti berada di luar Angkasa. adik kembarnya pasti menyukai itu, Kay baru tau. Terakhir kali Kay memasuki kamar ini ketika ia berusia 7 tahunan saat itu.

"Duduk sini kak!" pinta Alen agar Kay duduk dikasur bersamanya.

Alan yang barusan menutup pintu pun ikut serta duduk di samping Kay. Tapi jujur saja, saat ini Kay tak tahu yang mana Alan atau pun Alen, keduanya benar-benar serupa, Kay juga tak pernah dekat mereka, Kay tak tahu cara membedakan keduanya.

"Kakak? Heum, itu, Kakak ada perlu apa?" tanya Alan dengan canggung.

"Eh jangan canggung gitu sama kakak sendiri, memang sih kakak ngga pernah kaya gini ke kalian kan? Maafin kakak ya," tutur Kay, ia mengusap puncak kepala kedua adiknya.

"Kakak ga perlu minta maaf, Alan juga tau kok," ucap Alan memasang senyuman manisnya.

"Iya kak, Alen juga ngerti!" balasan riang dari Alen.

Will We Be Happy? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang