❄️❄️❄️Aya dan Elisa mengantar Angel untuk menemui Arfa. Oh, tidak, tepatnya ada Haru juga yang membuntuti mereka.
Di ujung koridor nampak Arfa tengah duduk di sebuah kursi, jaraknya masih lumayan jauh Arfa tak tahu kedatangan ketiga cewek ini.
"Dah sana temuin," ucap Aya memasang senyuman.
"Iya. Harus selesain ya? Terserah mau lo balik sama dia atau ngga, tapi intinya omongin apapun yang gak sempat lo sampein selama ini," tutur Elisa mencoba membuat Angel lebih yakin.
"Makasih banget," ucap Angel membuat Aya dan Elisa serentak mengangguk, kemudian Angel pun segera berjalan untuk menghampiri Arfa.
"Kenalan dong, sama cewek yang tadi siang main voli," suara itu dari belakang Aya dan Elisa. Sontak keduanya menoleh.
"Apaan sih," Elisa langsung tersenyum menatap cowok berbadan kekar nan tinggi itu.
"Yok lah beli seblak di mini cafe punya Club Masak," ajak Rendy menggenggam tangan Elisa, "Nah kalian berdua...gue gak mau ganggu, hehe," Rendy nyengir begitu juga dengan Elisa yang menaikan alis beberapa kali menatap Aya dan Haru bergantian, lalu keduanya berlari menjauh.
"Ren! Sa! Awas aja lo berdua!" pekik Aya tapi Elisa dan Rendy malah berlari menjauh.
"Gimana? Gak baper kan lo karena di pentas tadi?"
"Gak lah! Lo kan cuma pura-pura," balas Aya jutek.
"Tapi kalo misal gue serius, gimana?"
"Udah ah!" ia memilih pergi meninggalkan Haru.
"Tunggu lah," ucap Haru mengikuti langkah Aya dengan santai, karena langkah kakinya yang lebar.
Di sisi lain, "Arfa?" panggil Angel ragu kemudian Arfa langsung menoleh mendapati kedatangan Angel.
"Keren main volly nya," puji Arfa sambil tersenyum manis.
"Hah? Lo liat?"
Arfa mengangguk-angguk, "Lo aja gak liat gue."
"Oh..." Angel masih berdiri dengan perasaan grogi yang menyerbu dirinya.
"Gak mau duduk nih?" tanya Arfa.
Angel ikut duduk, Arfa juga tak mengucap sepatah kata pun berikutnya, hanya hening beberapa saat.
"Gue mau ngomong," ucap keduanya bersamaan.
Angel menghembuskan nafas kasar, memejamkan matanya sejenak, bersiap ingin membuka suara.
"Maaf, untuk kesekian kalinya. Maaf," ucap Arfa lebih dahulu kepalanya tertunduk lesu menatap kakinya yang sedikit di gerak-gerakan.
"Ngga!" Angel berdiri dari posisi sebelumnya tepat di hadapan Arfa, "Gue yang aneh! Gue, gue yang gak beres, gue yang bikin kalian sedih, gue yang udah lupain lo, gue yang lupain kalian, gue. Gue yang....." Angel terdiam matanya memanas ingin sekali menangis.
Arfa berdiri, ia mendekatkan telunjuknya tepat di hadapan mulut Angel, "Shutt, udah? Udah ngomongnya?" Arfa sedikit membungkukkan badannya, memeluk Cewek mungil di hadapannya.
"Gue bukan orang jahat itu, bukan gue, bukan gue. Jangan jauhin gue lagi, lo udah percaya kan? Harus percaya, ini terakhir kali gue jelasin sama lo gue harap setidaknya lo maafin gue," Arfa membeo, menurunkan nada bicaranya yang biasanya selalu ngegas kini malah lebih seperti anak yang merengek.
"Bukan lo yang salah. Maafin gue, jadi gue yang jahat. Meski bertentangan sama apa yang tergambar selama ini di pikiran gue, tapi sekarang gue cuma pengen yakinin diri, lo itu pasti sosok penting yang pernah ada buat gue," balas Angel tak kalah lirih, air matanya pun tak sanggup ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will We Be Happy? || END
Tiểu Thuyết Chung[Friendship, romance, komedi but based angst story] "Light Circle password nya apa??" "Gak ada yang beres!!" seru mereka bersepuluh dengan kompak. ❄️✨:Sesuai judul 'Will We Be Happy?" Artinya, 'Akankah kita bahagia?' Ya, ini bukan hanya persoalan si...