7. Memulai ❄️✨

257 113 58
                                    

Happy reading gess🥰💐

Kalau ada komen ngga sesuai sama cerita, karena cerita ini sempet dirombak ya

Ada typo tandain yaa🥹🖐🏻

Ada typo tandain yaa🥹🖐🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❄️

"Har?" sapa Rendy, setelah dari tadi, tepatnya sejak waktu itu mengumpulkan keberanian untuk berbicara pada Haru soal waktu itu, dan Haru kini nampaknya hanya sibuk dengan gitarnya.

"Hm?" Haru menoleh Rendy yang tepat di belakang Haru, tepatnya duduk di kursi drum yang biasa Rendy mainkan.

"Lo marah soal gue minta lo gabung sama yang lain?" tanya Rendy tho the point. Ia memang tipe yang kalau apa-apa, harus di bicarakan secara langsung, dan di usut hingga usai.

Haru memutar kursinya, menghadap Rendy, "Gak kok. Gue ngerti maksud lo, dan tenang aja. Gue sendiri udah ada sedikit niatan buat gabung kaya orang normal kok."

"Jangan pake ngomong kaya orang normal, lo bukan orang gak normal. Semua pasti ada alasannya kan? Gue salah langsung ngomong gitu waktu itu," ucap Rendy menyesal.

Haru paham, Rendy nampak menyesal di sana, "Gak papa. Gak perlu ngerasa bersalah. Soal gue emang keliatannya gini, mungkin ini karena terlalu lama suka sendirian aja. Belom ada yang bener-bener bisa rubah gue," ucapnya menaruh gitarnya ke tempatnya.

"Oke kalo emang gitu, " Rendy turun dari kursinya mendekat pada Haru, "Kalo lo siap gabung. Gue orang yang bakal paling nyambut lo," Rendy menaikan alisnya beberapa kali, Haru hanya geleng-geleng kepala di sana.

Suasana jadi hening, hanya mereka berdua di ruang musik ini karena memang tak ada kegiatan ekskul hari ini. Rendy hanya sedang menunggu Bagas, sedangkan Haru hanya ingin menghilangkan suntuk.

"Brugh!"

"Akh, Ren?"

Rendy itu tak seceroboh Bagas atau pun Aya, namun kesialan terkadang menimpanya, seperti sekarang ini.

Ia tak sengaja menginjak stik drum yang tergeletak di lantai membuatnya terjatuh ke belakang. Tentu, Haru yang tepat di belakang Rendy ikut tertimpa badan bongsor Rendy.

"Aish, pala gue," ringkih Rendy masih tak bergerak, kepalanya sakit terbentur ke lantai.

"Gepeng gue sih," komen Haru yang kini telentang bersama Rendy yang juga telentang di atasnya dengan kepala tepat di samping kepala Haru dan jaraknya sangat dekat.

"Astagfirullah!" ucap Bagas, terlihat syok sambil menutup kedua telinganya, ia berada tepat di hadapan Rendy dan Haru yang terkapar di lantai.

Will We Be Happy? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang