43. Ada Apa?❄️✨

130 65 1
                                    

Happy reading😺🍉

❄️

Hening beberapa saat, sebagai seorang yang tak memiliki kepekaan bagus Aya jadi heran, "Woy!" Seru Aya membuat ketiga temannya ini terkesiap kaget dan menatap sinis pada Aya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening beberapa saat, sebagai seorang yang tak memiliki kepekaan bagus Aya jadi heran, "Woy!" Seru Aya membuat ketiga temannya ini terkesiap kaget dan menatap sinis pada Aya.

"Lagian kenapa pada bengong sih? Oh jangan- jangan kaya di drama-drama gitu ya? Jatuh cinta pada pandangan pertama??" tebaknya asal, Aya tak tahu apa-apa soal Angel dan Arfa.

"Gak usah nagada-ngada. Makasih lo sempetin rawat gue kemaren," ucap Arfa dengan tatapan sendu, menampakan wajah yang amat sedih, bicaranya juga tak bernada tinggi.

"Sama-sama, tapi gausah melow gitu kali, kalo butuh bantuan mah kerumah aja," ucap Aya menaik turunkan alisnya, Aya hanya bermaksud membantu dengan tulus saja.

Angel? Angel hanya termenung di sana tidak seperti Angel biasanya yang petakilan abis, ia salah malah ikut kemari padahal...dirinya belum siap.

"Heum," saja dari Arfa sebagai jawaban, Arfa yang ngeselin cerewet suka ngegas tiba-tiba sok kalem, otomatis Aya mengernyit heran.

"Kenapa sih Fa?" Aya heran.

"Kangen semua hal yang pernah gue punya," ucap Arfa, ia sesungguhnya bermaksud menyindir Angel, juga teringat pada adik perempuan Arfa, yang kini tak tahu di mana.

Haru hanya menghela nafas, tak tahu pasti namun paham. Pasti Angel dan Arfa memiliki hal rumit yang pernah terjadi antara keduanya.

"Hah? Ngomong apaan sih lo?" tanya Aya yang bingung.

"Ngga papa," balas Arfa menggeleng pelan.

"Kalo ada apa-apa. Mending kalian selesain," seloroh Haru muak pada kebohongan, "Gue keluar duluan Ay," ucapnya langsung melangkah ke luar. Kadang, kelebihan miliknya ini terasa menyebalkan, selalu punya prasangka lain pada hal yang tak seharusnya ia ketahui terkadang terasa meresahkan hatinya sendiri. Ikut memikirkan hal yang tak seharusnya di ketahui adalah hal yang membuat tak nyaman.

Angel dan Arfa kompak saling melirik sejenak, tatapan keduanya penuh arti.

Tepat saat Haru keluar, Farhan masuk, "Faa nih tongkat lo," seru Farhan membawa sebuah tongkat yang biasa di gunakan untuk orang yang kakinya bermasalah.

Arfa meraih tongkat kruk itu, menumpu tubuh bagian kanannya dengan tongkat itu.

"Bisa gak?" tanya Farhan.

"Bisa- bisa," Arfa mulai melangkahkan kakinya dengan bantuan tongkat itu, ia menghela nafas kasar atensi ketiga human di dekatnya tertuju padanya, "Serius Ay, lo di sini ngapain?"

"Temen gue sakit, tiba-tiba pingsan."

"Siapa?" Arfa penasaran ia sedikit bergerak agar selurus dengan Aya.

Will We Be Happy? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang