68. Membicarakan❄️✨

53 22 0
                                    

Happy Reading


Yg baik hatinya tolong divote ya:)

❄️❄️❄️

Perkuliahan telah kembali dimulai di awal Februari ini. Siang ini, beberapa anggota 'Light circle' ini berkumpul di taman belakang kampus. Mereka tengah berdiskusi tentang beberapa masalah yang sampai saat ini belum ketemu penyelesaiannya. Mereka juga masih bisa terus berkumpul begini, karena kembali mengambil matkul yang sama sebelumnya, tapi tak terkira akan ada permasalahan baru.

"Gimana ini? Elisa masih belum mau gabung, Miya juga jadi ngejauh dari kita," keluh Angel, tubuh mungilnya di sandarkan pada pundak Mery. Sudah sekitar 4 hari dengan hari ini, tetapi nampaknya karena masalah itu Elisa sama sekali tak datang ke kampus.

Apalagi soal Vino, sampai detik ini mereka juga tak dapat menemukan keberadaan cowok itu dan Mery memutuskan untuk tak ingin lagi membahasnya, karena itu teman-temannya pun tak berani meski hanya menyebutkan nama itu.

"Ya gimana ya. Rumit masalah mereka tuh," sambung Mery, ia kini sudah merasa lebih baik dari sebelumnya berkat dukungan teman-temannya ini, bahkan ia lebih mengkhawatirkan masalah Elisa.

"Bener kata Haru waktu itu. Dia udah ungkapin siapa sebenernya jati dirinya, jadi katanya malu ketemu kalian, malu juga ketemu Miya. Dan sekarang, boro-boro sama kalian sama gue aja dia udah gak ngehubungin, ponselnya aja mati," sambung Rendy, selaku sang kekasih.

"Kayanya kalau kita biarin Elisa terus, dia pasti malah lebih larut dalam rasa bersalahnya, dia pasti malah makin mikir kalau kita ngga nerima dia karena masa lalu dia," Angel bicara lagi, urusan Elisa ialah yang paling pusing memikirkan, Elisa salah satu sahabat terbaiknya.

"Kalau gitu kita harus usahain sesuatu dengan cara yang tepat," ucap Haru, ia semula hanya diam ikut memikirkan kini angkat bicara, "Kita harus bikin Elisa ngomong baik-baik sama Miya dan kita harus bikin Elisa percaya kalo kita semua gak ada hubungannya sama masa lalu dia dan gak ada yang benci sama dia atau apapun itu karena masa lalu dia," mereka serentak berpikir ketika ucapan Haru selesai.

"Bener. Gue yakin dia di posisi sulit waktu itu, dan Ayahnya Miya juga ada di posisi yang sulit juga kan? Lagian setiap perbuatan juga ada alasannya kalo menurut gue. Soal perbuatan buruk yang mereka lakuin? Itu tanggung jawab mereka sama Tuhan mereka masing-masing kan? Kita sebagai manusia yang gak terlibat gak berhak menghakimi dengan cara membenci orang itu, kita juga ngga dirugiin sama masa lalu mereka kok," ucap Kay ikut komen menurut pendapatnya, bagaimana pun Elisa juga sahabat Kay sejak lama, meski lebih banyak bertengkar Kay menyayangi Elisa seperti adiknya sendiri.

"Gue juga setuju sama Kay, gak ada pihak yang berhak kita salahin meski mereka sama-sama punya kesalahan dengan berbagai alasan. Dan soal Elisa benci Papanya Miya, bukan berarti harus benci Miya kan? Elisa pasti cuman gak nyangka soal kenyataan Fadil Papanya Miya. Dan Miya, kayanya dia cuma ngerasa takut Elisa benci sama dia, makannya milih ngehindar juga kan?" sambung Aya menurut pemikirannya.

"Oke, setuju sama kalian. Kalo gitu kita harus bikin rencana bagus biar mereka bisa ngomong berdua dan ngelurusin masalah mereka. Persahabatan mereka dari SMA gak boleh putus gitu aja," kini Bagas yang ikut memberikan pendapatnya.

"Gue dapet ide!" Mery menyela, memusatkan atensi padanya, "Gimana kalau gini?"

❄️❄️❄️

"Ren? Mau kemana sih malem-malem gini?" Elisa terus mengucapkan berbagai pertanyaan serupa, pasalnya ia di bawa paksa oleh Rendy dari rumahnya menuju tempat di dekat rumah pohon, saat turun dari mobil pun Elisa diminta menutup mata.

Will We Be Happy? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang