Double up spesial 10k mata, hehe
Happy reading🌻
❄️❄️❄️
Hay, tidakkah kalian sadar? Mau itu fiksi atau kenyataan, Sekian banyak tempat indah untuk di kunjungi dan berkumpul, tapi rumah sakit selalu saja menjadi salah satunya.
Ruangan serba putih khas rumah sakit jadi pemandangan membosankan untuk seorang pecicilan seperti Bagas. Sejak kejadian kemarin sore hingga sekarang sudah siang, ia jadi dirawat di Rumah sakit ini, kamarnya pun bersebelahan dengan kamar Nara, juga kamar Arfa. Beruntung sekali Bagas tak mengalami luka parah meski sempat pingsan.
"Sia-sia gue melow gara-gara lo kemaren," ucap Rendy mencebikan bibirnya, ia merasa menyesal karena lebay menangisi Bagas yang terkapar lemah sebab ulah Vino kemarin.
Sedangkan sekarang lihat lah, Bagas menguras dompet Rendy dengan bermacam-macam buah yang ia minta dibelikan untuk cowok itu sejak pagi buta. Tapi, tak masalah uang, hanya sebal saja kenapa Rendy malah cengeng sebab Bagas, ah mungkin itu karena Rendy terlalu menyayangi sahabat titisan syaiton nya itu.
"Dih, gak ada yang minta lo nangisin gue ya?" balas Bagas amat sinis, sambil mengunyah Apel merah ukuran besar di mulutnya yang baru ia terima dari Rendy--alias tinggal makan, sudah Rendy kupaskan, "Lagian, itu bukti lo sayang gue," celetuk Bagas.
Rendy malas mengakuinya, "Najis sayang sama lo," cemooh Rendy.
"Heh, ganteng. Gini-gini lo udah jadi abang gue yang kedua ye, jangan sok gengsi loh," ucap Bagas kemayu.
"Setan anak Deni!"
"Jangan ngomel gitu anak Teo," tegur Bagas dilembut-lembutkan, merinding mendengarnya, ia juga sekaligus teringat hal lain, "Eh? dah dikabarin anak-anak?" tanyanya lagi.
"Udah barusan. Paling juga nanti dateng," ucap Rendy membuat Bagas tersenyum sumringah.
Bagas sengaja, tak ingin memperlihatkan dirinya yang masih kesakitan, meski sudah terbaring dari kemarin sore di sini. Tapi, ia baru mengabari teman-temannya yang lain karena ia sudah merasa lebih baik, sehingga mampu memasang senyum dan bercanda tawa. Tidak termasuk Angel, ia tau karena masih ada di rumah sakit sejak kemarin.
Sekitar satu jam berlalu, tak ada kegiatan Bagas selain makan dan Rendy di sana menemani cowok itu.
Pintu terbuka menyita atensi mereka, itu Elisa dan Kay memasuki ruangan, Kay langsung duduk di sofa dan Elisa menghampiri brankar Bagas, tangannya menyerahkan keranjang buah-buahan juga.
"Sa? Gimana keadaan Mery gak papa lo tinggal?" tanya Bagas langsung saja, sambil menerima keranjang buah dari Elisa.
Saat itu juga, Aya dan Haru datang. Keduanya baru tiba karena Haru itu ngeyel, padahal rumah sakit terlewat dari rumahnya tapi memohon ingin menjemput Aya kerumah dulu, tentu jadi bolak-balik tak karuan saja.
"Assalamualaikum," ucap Aya ketika memasuki ruangan.
"Walaikumsalam," jawab mereka serentak.
Aya dan Haru berdiri tepat di samping kanan Bagas, setelah Aya meletakan keranjang buah yang ia bawa di atas nakas. Perasaan mereka sedikit lega melihat Bagas yang nampak segar, buktinya mulutnya tak henti mengunyah.
Elisa rasa mereka sudah berkumpul, meski tak ada Angel, nanti yang satu itu juga tau sendiri, "Nih, sekalian gue lapor keadaan Mery dulu. Dia masih syok banget, juga gak mau pulang, jadi gue buat alesan aja sama nyokap nya. Tadi gue tinggal dia di kamar, dia gak tau soal Bagas," jelas Elisa, ia duduk di kursi yang tadi di duduki Rendy, sedangan Rendy duduk di sofa kecil di ruangan itu bersama Kay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will We Be Happy? || END
General Fiction[Friendship, romance, komedi but based angst story] "Light Circle password nya apa??" "Gak ada yang beres!!" seru mereka bersepuluh dengan kompak. ❄️✨:Sesuai judul 'Will We Be Happy?" Artinya, 'Akankah kita bahagia?' Ya, ini bukan hanya persoalan si...