70. Persaudaraan dan Percintaan❄️✨

73 16 6
                                    

10 part lagi kita berpisah.
Panjang ya perjalanan kita🌻

Part ini berisi kalimat-kalimat yg bisa mengiris hati yang pernah terluka karena penolakan:)

❄️❄️

Para mahasiswa kembali lagi melanjutkan aktifitas masing-masingnya di kampus siang ini. Khusus satu circle ini dengan beberapa mahasiswa jurusan Ilmu komunikasi tengah berada di studio yang memang biasa menjadi tempat mereka melakukan syuting-syutingan, menampilkan hasil tugas mereka, dan lain-lain yang berhubungan dengan kamera juga kebutuhan mata kuliah mereka.

"Udah lah banyak amat sih," komen Haru yang di jadikan model Photo Shoot untuk iklan barang oleh kelompoknya yang beranggotakan Aya, Miya, juga Janu teman mereka juga.

"Gak papa Har, lagian foto lo cakep-cakep, kek model beneran lo anjir," sambung Janu yang kini mengecek foto-foto yang mereka ambil.

Miya dan Aya malah cekikikan saja karena lucu melihat Haru sudah kelelahan dan terlihat memajukan bibirnya, "Udah-udah istirahat dulu lah, belom pada makan juga kan?" tanya Aya.

"Ayo weh makan!!" seru Rendy menghampiri bersama Elisa.

"Ajak-ajak dong kalo makan!" kini Angel dan Mery datang dengan Kay yang mengikuti, kebetulan mereka satu kelompok.

Detik itu juga, suara mendengung datang dari speaker pengumuman yang terpasang di setiap ruangan, hingga hampir seluruh mahasiswa di kampus refleks menutup telinga mereka.

"Kenapa sih anjir bikin kaget aja," omel Angel tak habis pikir.

"Lo gak inget? Siapa yang bunuh nyokap gue? Siapa yang udah bunuh bokap kita?"

Suara terdengar dingin itu menyebar hampir di seluruh penjuru kampus, semua fokus mendengarkan, kecuali Elisa yang saat ini juga sudah panas dingin, ia ingat ini adalah pembicaraannya dengan Vandra di malam itu--Elisa pernah menyebutkannya saat ia diberi kejutan di rumah pohon.

"Ya gue inget! Gak mungkin gue lupa hal terburuk itu! Tapi gak gini caranya, kan waktu itu waktu itu, gue masih belum ngerti, gue, gue gak tau nyawa berharga!"  suara Wanita yang memekik terdengar ke seluruh telinga di area kampus.

"Nah pinter, pinter banget malah karena sekarang pura-pura jadi orang normal sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi? Yakan, Elisa Rachelna,"

Ucapan dingin nan ditekankan di akhir kalimat. Tak ada jawaban beberapa saat, kemudian terdengar suara tangisan.

"Gue nyesel!! Gue emang pembunuh, Tap--"

Suara itu terhenti, dan seluruh orang di kampus yang mendengar itu kini heboh di mana-mana, terutama di dalam ruangan studio ini. Seluruh pasang mata yang baru tahu hal ini sama-sama menatap Elisa seakan gadis itu benar-benar seorang monster.

Vandra memang benar-benar ingin menghancurkan Elisa, padahal kala itu ada obrolan lain, bahkan sampai obrolan di mana Vandra berucap bahwa ia tak akan membiarkan Elisa bahagia, akan mengganggu teman Elisa juga jika terlalu ikut campur atas diri Vandra itu. Tapi, karena tujuan lelaki itu menghancurkan Elisa, ia hanya mengambil bagian tersebut untuk disebar luaskan.

Bisik-bisik bahkan pertanyaan langsung terlontar dari mereka yang ada di sana.

"Sa? Maksudnya Elisa lo?"

"Ada gak nama Elisa lain?"

"Itu beneran suara Elisa loh."

"Yakin iya Elisa, siapa tau pake a.i gitu kan?"

"Elisa pernah bunuh orang tuanya sendiri maksudnya?"

"Ini seriusan woy?!"

"Heboh seluruh kampus woy, anak gedung sebelah juga sampe nanyain sama gue nih."

Will We Be Happy? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang