❄️❄️❄️
Aya sudah diantar kerumahnya, kini cowok berparas Jepang ini tak tahu mengapa terus memikirkan senyuman Aya sebelum ia meninggalkan tempat cewek satu itu. Senyum Aya yang begitu tulus rupanya dapat memporak-porandakan ruangan tertutup dalam relung hati seorang Haru.
"Ini, ini perasaan apa? Jantung gue," Jantungnya serasa berdebar kencang, ini benar-benar hal baru untuk Haru ia kaget kebingungan, sebelah tangan menyetir dan sebelahnya memegangi dadanya.
"Apa gue sakit jantung ya?" Haru beralih menepuk-nepuk dadanya, masih terasa tak karuan dan berdebar tak jelas, "Apa gue harus ke dokter? Rasanya kenapa rasanya kaya gini?" Haru malah panik sendiri, karena ia selama ini tidak pernah merasakan hal seperti ini.Ia beralih melihat wajahnya di kaca mobil, matanya membola ketika itu, "Telinga gue merah? Dari kapan?" Haru beralih mengusap-usap telinganya.
Beberapa menit diperjalanan, Haru terus bertanya-tanya akan perasaannya. Lalu sesampainya di rumah ia langsung memarkirkan mobil dan pergi ke dapur mencari Mamanya.
"Mamaaa."
"Kenapaa Sayang?....." saut Nella Haru dengan lembut pada putra satu-satunya ini.
"Hmm, Mama masak apa?" Haru duduk dikursi dapur, tangannya di meja menopang dagu.
"Ini mau masak Ayam kecap kesukaan kamu."
"Haru bantu ya, Mah?"
"Hm boleh-boleh.......Tuh potongin bawang sama cabe yah." pinta Nella, senang putranya kembali ke rumah dengan senyuman.
"Oke Ma." Haru mengupas dan memotong bawang dan cabai yang ada di meja.
"Oya, udah shalat belum Sayang?"
"Udah Mah, balik dari kumpul sama temen tadi," balas Haru, masih dengan kegiatannya.Nella refleks menoleh, berkedip beberapa kali, "Haru kumpul sama temen? Seriusan?" Nella tak percaya, ini pertama kali sejak Haru dilahirkan ke dunia.
Haru tersenyum, malu sebenarnya, "Iya Mah. Haru nyoba gabung, sama Aya juga. Seru deh Mah nyanyi-nyanyi bareng tadi," ungkap Haru dengan sorot matanya yang tampak berbinar.
Senyum lebar merekah dari bibir Nella, mendekat pada Putranya itu, Mama seneng kamu udah bisa kaya gini," Nella sambil mengusap-usap rambut Haru.
Haru menatap dalam sang Ibu, "Iya Mah, soalnya temen-temen di kampus sering ngajakin gabung, tapi Haru ragu. Dan, Aya sih yang faktor utamanya, dia sering ngasih kata-kata yang gak tau kenapa bikin hati Haru tergerak lagi gitu, aneh juga, "kata Haru tanpa ragu bercerita.
Nella terus mengulas senyum, Jadi Aya yang membuat Haru seceria ini? Betapa senangnya Nella sekarang, akhir-akhir ini juga Haru jarang terlihat murung, itu sejak Haru kembali dari taman setelah bermain dengan Aya. Nella kembali Terima kasih lagi kepada Tuhan yang telah menghadirkan Aya di kehidupan Haru.
"Bagus kalo kamu niat begitu. Nah, terus mereka baik gak sama kamu?" tanya Nella, sambil lanjut memasak jarang-jarang Haru mengajaknya mengobrol begini, ia tak ingin menyia-nyiakan ini.
"Mereka baik, ceria banget orang-orangnya Mah. Tapi di mata Haru keliatan banyak lukanya juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Will We Be Happy? || END
General Fiction[Friendship, romance, komedi but based angst story] "Light Circle password nya apa??" "Gak ada yang beres!!" seru mereka bersepuluh dengan kompak. ❄️✨:Sesuai judul 'Will We Be Happy?" Artinya, 'Akankah kita bahagia?' Ya, ini bukan hanya persoalan si...