Istigfar dulu bagusnya kalo readers muslim😭
izin jadi penjahat dulu🗿❄️❄️❄️
Butuh waktu sekitaran 10 menit untuk menyusul Vino, tangisnya pun tak kuasa ia tahan, pikirannya pun benar-benar kacau. Bagaimana tidak? Sudah lama ia menyukai Vino, bahkan hingga berpacaran. Lantas lihat sekarang? Ternyata keduanya adik kakak.
Kaki Mery melangkah, lumayan jauh setelah memasuki area pemakaman itu, netranya baru menangkap presensi seorang Vino di sana, duduk seperti orang hilang arah di bawah sebuah pohon. Itu dekat dengan makam mendiang orang tua angkat serta adiknya.
"Kak Vino?" ucap Mery tepat di samping Vino, "Kita harus selesain hubungan ini kan?" lanjutnya, agak ragu sebenarnya melihat kondisi Cowok itu saat ini.
Vino menoleh, mata elangnya nampak sembab, rambutnya terlihat acak-acakan, "Apa lo bilang?" ucap Vino dengan suara beratnya, terkesan dingin. Ia kini berdiri memangkas jaraknya pada Mery, tatapan mata elangnya lurus menyorot Cewek di hadapannya itu.
Vino sungguh tak terima. Vino mencintai Mery sejak dulu, Vino masih ada karena Mery, Vino mau berjuang sekali lagi karena Mery. Bukan sebagai adik, tapi Vino memang tulus mencintai Mery sebagai seorang yang paling ia inginkan di dunia ini, sebagai seorang yang kelak ingin ia jadikan istri, sebagai seorang yang kelak menjadi Ibu dari anak-anaknya.
Tapi mengapa semua jadi seperti ini?
Mery otomatis mundur, "Kak?" ucapnya, sedikit takut juga melihat Vino yang seperti ini, "Kakak ngomongnya kok gitu?"
"Gak usah panggil gue Kakak!" gertak Vino, rahangnya mengeras, tangannya pun mengepal, "Gue bukan kakak lo! Lo itu cewek gue!" lanjut Vino telunjuknya menunjuk wajah Mery, suara berat di tambah menggertak terasa sangat menakutkan bagi Mery yang tak pernah di bentak Vino sebelumnya.
Mery semakin mundur, namun Vino juga maju untuk memangkas jarak, takut. Mery sungguh takut tak dapat lebih mundur karena di belakangnya ada pohon kokoh berdiri, "Kak?... kita... adek kakak. Aku gak bisa jadi pacar Kakak lagi," ucap Mery dengan berat hati, Mery juga merasa tak terima. Tapi, Mery lebih berpikir jernih saat ini di bandingkan dengan Vino yang nampak sangat syok.
Tangan Vino terangkat, menggenggam erat pergelangan tangan Mery, "LO ITU PUNYA GUE! INGET JANJI KITA? LO HARUS JADI MILIK GUE SELAMANYA!" pekik Vino, tepat di hadapan wajah Mery, sangat dekat jaraknya.
Hati Mery sakit mendengarnya, ada apa dengan Vino? Namun, ia tak mampu membuka mulut saking takut, dan hanya meringis akibat tangannya yang terasa sakit oleh cengkraman Vino.
"Lo bukan adik gue! Lo itu itu cewek gue sampai lo jadi milik gue sepenuhnya!"
"Kak!" Mery melepas paksa cengkraman Vino, "Cukup, Kak! Sadar kak! Jelas-jelas kita adik kakak. Gak mungkin kita lanjutin hubungan kita. Pikir baik-baik kak!" pekik Mery, kini merasa tak bisa sabar lagi dengan Vino yang berubah seperti ini.
Tangan Vino bergerak menarik rambut Mery hingga kepalanya mendongak ke atas, "KALO LO GAK JADI MILIK GUE, DUNIA GUE UDAH HANCUR LULUH LANTAH, MER!" pekiknya lagi. Entah bisa dibilang masih waras atau tidak, mungkin hanya yang maha mengetahui yang tau.
Cinta Vino terlalu dalam, membutakan mata serta hatinya, membuat telinganya tuli mendengar hal sebenarnya, membuat pikirannya tertutup tak ingin menerima kenyataan, namun jika dilihat dari saat ini, Vino bukan sekedar mencintai...namun, obsesi.
"Kak.. sakit kak..." lirih Mery matanya sudah berair, memegangi kepalanya yang masih dijambak oleh Vino, "Sadar kak! Kita gak bisa kaya gini!"
"Diem lo!" Vino mendorong tubuh Mery hingga punggungnya terbentur pohon di belakangnya dan memegangi kedua tangan Mery yang diposisikan ke atas kepala Mery. Tak ada siapapun yang melihat, ini pemakaman mau siapa yang berkeliaran di sini? Mery juga tak mampu melawan tenaga dari tubuh kekar Vino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will We Be Happy? || END
Fiction générale[Friendship, romance, komedi but based angst story] "Light Circle password nya apa??" "Gak ada yang beres!!" seru mereka bersepuluh dengan kompak. ❄️✨:Sesuai judul 'Will We Be Happy?" Artinya, 'Akankah kita bahagia?' Ya, ini bukan hanya persoalan si...