76. Hari penuh tragedi❄️✨

52 15 4
                                    

“Tak peduli siapa, yang jelas siapa saja bisa menjadi penjahat di dalam kehidupan mu.”

❄️✨

Oya yang mikir kok ada part sadis sadisan?
Kan aku pernah bilang, genre apapun bisa terjadi di kehidupan kita, ya di cerita ini juga.

Memang temanya begini sejak awal ges😔🫵

Happy reading walau rada merinding😔

❄️✨❄️

Gerbang dibuka oleh Seorang pria, yang biasa berjaga malam sebagai satpam di rumah ini, "Mas cari sia--?" tanya satpam tak usai karena tangan seorang di hadapannya secepat kilat membius Pria itu hingga pingsan.

Tak sampai di sana, Cowok satu ini tak puas. Ia mengambil linggis yang ada di pos milik satpam, memukul dua kali kepala Pria itu. Kepala Pria itu pasti retak, darah juga segera mengalir dari luka yang tercipta.

Santai saja, ia menenteng linggis itu bersama sebuah pisau yang sudah ia siapkan.

Mengetuk pintu utama rumah menggunakan pisau di tangan kanannya, menunggu pemilik membukakan dengan tangan kiri memegangi linggis.

Pintu terbuka, dipikiran pemilik rumah tak ada yang ia khawatirkan, ia pikir seorang yang sedang marah padanya kembali, "Lisa?? Kamu akhirnya pul-- Akhh!" ucapan tak usai, kala pisau menusuk perutnya lalu pisau itu ditarik ke bawah hingga menciptakan sayatan dalam nan lebar.

"VANDRA SIALAN!" pekik pria yang menyaksikan itu, segera berlari untuk mendekat pada sang istri.

Linggis di satu tangannya ia jatuhkan, secepat kilat ia mengambil senjata api yang memang ia sediakan dalam saku jaketnya.

"Dor-dor!"

Dua peluru tepat mengenai dada Anton, "Akhh!!" erangnya.

Kedua orang dewasa itu terduduk kuyu di lantai, menahan rasa sakit yang terasa menjalar ke segala penjuru tubuh, mereka belum hilang kesadaran tetapi jelas amat kesakitan.

Sang pelaku segera menutup pintu, mematikan lampu luar rumah, dan berjongkok menatap kedua orang dewasa itu sambil memasang smirk khasnya dengan tatapan tajam seakan menusuk relung jiwa.

Siapapun takut di keadaan begini, walau apapun status mereka, begitu juga dengan Jessica dan Anton yang sudah bergetar hebat ketakutan.

"Pergi kamu sialan!" pekik Anton, ia merangkul sang istri yang merintih kesakitan berusaha memegangi luka perutnya meski darah tetap saja mengalir, padahal Anton tak kalah parah. Dadanya sesak dan sakit karena dua peluru bersarang di sana, tapi ia berusaha bertahan.

Vandra malah terkekeh memasang senyuman lebar, ia melirik ke sisi kanan di mana ada beberapa pajangan dekat pintu, "Gitu doang sakit?" ucapnya enteng, secepat kilat mengambbil guci pajangan di dekatnya dan hendak menghantamkan ke kepala Jessica.

"Prang!!" guci pajangan itu hancur berkeping-keping lengkap dengan darah yang menghiasi.

"Aaa!!" Jessica memekik, tetapi bukan Jessica yang tergeletak tak sadarkan diri karena hantaman guci, melainkan Anton karena melindungi sang Istri.

"Sayang sama Istri, tapi kejam sama orang lain? Waras lo?" ucapan Vandra lagi, sorot matanya masih saja kelam meski senyuman menghiasi wajahnya sambil menggengam erat linggis di tangannya.

"Jangan dekati saya!" Jessica gemetaran hebat, luka lebar di perutnya pun masih terbuka dan amat sakit, ia merangkak mundur sebelah tangan memegangi lukanya.

Will We Be Happy? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang