61. Ternyata Sakit? ❄️✨

70 27 1
                                    


❄️❄️❄️

Aksi kejar-kejaran di jalan raya ini masih berlanjut. Tak peduli hampir pukul satu dini hari, tujuan utama adalah menangkap yang menabrak, soal rombongan orangnya nampaknya sudah melesat jauh dan sulit dikejar karena jalan raya ramai di malam tahun baru ini.

Kedua sisi motor sport ungu si penabrak diapit oleh Vino dan Farhan yang terus mengikis jarak, di bagian belakang juga ada motor Ari dan Bagas, Dika, serta Wann dan Yon ikut mengiringi dari belakang.

Klakson terus berbunyi dari segala arah, bagaimana tidak. Jalanan ramai itu malah digunakan seakan seperti arena balap liar, banyak pengguna jalan hampir tertabrak atau semacamnya karena mereka.

"BERENTI ANJING!!" pekik Farhan, sambil menendang- nendang body motor orang itu agar oleng. Tapi kecepatan mereka tinggi, sulit juga karena beresiko untuk Farhan sendiri.

"BERENTI LO!!!" teriak Vino, namun orang itu gigih, tak menyerah tak ingin berhenti.

"LAMPU MERAH DI DEPAN!!" teriak Wann sambil menepuk-nepuk pundak Yon yang motornya masih melaju kencang.

"Kurangin kecepatan kalian Woy!! Bahaya!!" teriak Bagas dari arah belakang, spontan mereka mengurangi kecepatan.

Tapi tidak dengan orang itu, terus melaju menerobos lampu merah, kemudian truk muatan barang juga melaju dari sisi kiri tepat di hadapan orang itu.

"Brakk!" Motor itu menghantam bagian samping truk yang melintas, lalu lintas kacau, mobil-mobil dan motor-motor terhenti berbarengan, orang itu terkapar tepat di tengah perempatan jalan, dengan motornya yang hancur di bagian depan.

"Anjir! Tabrakan woy!" seru Bagas, satu rombongan ini kompak menepikan kendaraannya.

Hal ini menarik seluruh atensi pengguna jalan, bahkan polisi yang patroli langsung datang turun tangan, gaduh tak terkira keadaan di sana. Lalu lintas jadi lumpuh dan macet ratusan meter.

Di sela-sela kegaduhan Dika menoleh ke sisi jalan tak jauh dari tempat itu, ada mobil terhenti di bahu jalan bukan karena macet. Wajah kedua orang itu asing, mungkin turis? Seorang perempuan berambut pirang berdiri dengan tampak cemas memandang seorang Pria yang kesusahan mengganti ban mobilnya

"Excusme?" Dika menghampiri orang itu. Dika, memang punya kelebihan, ia memang tak bersekolah tetapi hanya dengan sering menonton film barat, ia sedikit pandai berbahasa Inggris.

"Oh yes?" ucap lelaki bermata biru itu, ia jadi ingin meminta bantuan, "Ah, boy do you know how to fix a car tire?"

Tentu Dika mengangguk, tujuannya memang akan membantu, "Yes, I can. want me to help?"

"Yes, of course. thank you for helping me."

Beberapa menit Dika membantu mengganti ban mobil itu dengat cekatan, setelah selesai mengganti suara Farhan di sana terdengar memanggilnya.

"Dika! Di mana lo!" seru Farhan.

"Bentar gue ke sana!" teriak Dika, kemudian beralih memandang sepasang suami istri itu.

"OK, I'll go back to my friends," ucap Dika kala ia usai dengan pekerjaanya.

"Thanks Boy, you are verry kindly," ucap wanita itu tersenyum ramah, Dika mengangguk sebagai jawaban ia meninggalkan orang itu.

"Did you see her bracelet?"

"Yes I saw, who her name?"

"Dika?" jawab sang istri agak ragu.

❄️❄️❄️

Angel tak paham, mereka semua tak paham ada apa dengan Arfa, bertanya juga mereka tak tega, karena Arfa sungguh terlihat kacau. Di sana Angel ikut duduk lesehan di lantai, ingin mencoba menguatkan Arfa yang hanya terus mengoceh tak henti, menyebut-nyebut Nara, tak peduli atensi tertuju padanya.

Will We Be Happy? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang