Dengan langkah berat, Felix berjalan menuju gedung fakultas. Pagi ini, dia kembali terlibat dalam perdebatan dengan Minho. Masih dengan alasan yang sama, Minho bersikeras meminta Felix untuk pulang, sementara Felix dengan teguh menolak tanpa keraguan.
Bukan tanpa alasan Felix menolak untuk pulang ke rumah. Sejak memasuki dunia perkuliahan, Felix merasa dirinya terperangkap dalam zona nyaman yang terlalu sempit. Sebagai anak bungsu, Felix merasa kurang memiliki pengalaman di dunia luar yang luas dan menantang. Kehidupannya hanya berporos pada rumah dan sekolah. Pun jika Seungmin dan Jisung tidak menawarkan kesempatan untuk berteman, Felix rasa ia akan menghabiskan masa sekolahnya sendirian.
Menghadapi dunia luar yang sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya selama ini tentu saja merupakan sebuah tantangan yang besar bagi Felix. Tetapi ini lebih baik daripada terus terperangkap dalam sangkar.
Memasuki ruang kelas yang terlihat mulai ramai, Felix mengedarkan pandangannya hingga terpaku pada sebuah lengan yang terangkat tinggi dari kejauhan. Kim Seungmin tersenyum lebar, menepuk satu bangku kosong di sampingnya seolah memberi isyarat agar Felix dengan cepat mendekat sebelum bangku tersebut terisi oleh mahasiswa lainnya.
"Lama banget? Aku hampir ngira kamu mau bolos tadi. Untung Pak Jaehyun belum datang,"
Felix meletakkan tas di pangkuan, lalu membiarkan kepalanya bertumpu diatas meja, "Niatnya, sih, begitu. Aku malas sekali masuk kelas hari ini," Felix merengut, "Tapi sayang absensi,"
Seungmin terkikik. Diusapnya surai Felix penuh simpati, "Yang habis kencan kok lemes banget, sih?"
Kikikan kecilnya berubah menjadi gelak tawa ketika Felix justru menutupi wajahnya dengan tas punggung miliknya. Dengan kuat Seungmin menarik tas Felix kemudian menyembunyikannya di belakang tubuh.
"Jelek banget malu-malu. Ceritain, dong!" goda Seungmin tidak menyerah.
Si cantik mendengus, "Apa, sih. Nggak ada apapun yang bisa diceritain," kelakarnya membuat Seungmin memicing curiga.
"Bohong, ya. Habis ngapain aja? Ciuman?" canda Seungmin.
"Seungmin!" pekik Felix, dengan tergesa langsung membekap mulut Seungmin dengan telapak tangannya. Walaupun upayanya sia-sia, karena meski suara Seungmin tidak begitu keras, sudah pasti ada beberapa orang yang mendengarnya.
Di sisi lain, Felix meringis malu ketika pekikannya justru menjadi sorotan utama bagi para mahasiswa lainnya yang sedang berada di dalam kelas itu.
"Jangan ngomong yang aneh-aneh! Mana ada yang seperti itu!" hardik Felix, ketus sekali.
"Kasihan, belum ciuman." nadanya yang mengejek membuat Felix semakin kesal hingga pukulan-pukulan kecil dari kepalan tangan si manis tidak mampu Seungmin hindari.
Seungmin menyilangkan kedua lengannya di depan dada, "Ah! iya iya, maaf!" ucapnya memohon ampun. Napasnya menghembus lega ketika akhirnya Felix menjauhkan tangannya dari tubuh Seungmin.
"Tapi aku serius," ujar Seungmin seraya memperbaiki posisi duduknya, "Gimana kemarin? Kamu bilang mau cerita setelah selesai pergi dengannya. Aku menunggumu hingga tengah malam, tau," Seungmin sedikit menggerutu di akhir kalimat, membuat Felix mengusap tengkuknya pelan. Ah, benar. Ia lupa mengabari Seungmin dan Jisung semalam. Setelah mengobrol dengan Chris hingga larut malam, Felix langsung tertidur tanpa sempat memegang ponsel sama sekali.
"Kak Changbin bilang dia menyukaiku,"
Seungmin memekik, kencang sekali, "APA?!"
Suaranya menggema hingga beberapa mahasiswa terkejut dan langsung berdesis kencang untuk menegurnya. Seungmin menatap Felix dengan pandangan menuntut. Namun sebelum mulutnya kembali mengeluarkan suara, percakapan keduanya di interupsi oleh kedatangan dosen yang memasuki ruangan, menghasilkan suasana hening yang merayap di seluruh penjuru kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️
Fanfiction(Adj.) Terjerat dalam situasi atau hubungan yang rumit. ••• Felix itu seindah bintang dan sehangat matahari pagi, Changbin mengakuinya dengan lantang. Namun, bagaimana jika keindahan yang ia agung-agungkan selama ini malah membawa petaka yang menger...