1. Sang Pemuda Jelita

312 28 0
                                    

Seoul, 11 Agustus 2022

Di bawah cahaya gemerlap lampu kota, langit mengungkapkan wajahnya yang tersembunyi di balik keriuhan siang hari. Jalanan yang sebelumnya dipenuhi dengan hiruk-pikuk aktivitas sekarang memudar menjadi jalinan cahaya dan bayangan. Gedung yang menjulang tinggi, seperti penjaga kesunyian malam, menampilkan kilauan cahaya dari jendela-jendela yang masih terang.

Cahaya lembut dari lampu yang tergantung di langit kafe menciptakan bayangan menarik di sekitar ruangan. Aroma kopi yang khas memenuhi ruangan, bercampur dengan aroma manis kue dan roti yang baru saja keluar dari oven.

Untuk kesekian kalinya, kuku-kuku itu bergemeletuk diatas meja, seolah menyaingi alunan musik klasik yang terputar sebagai latar belakang. Senyumnya mengembang, membuat lelaki yang duduk dihadapannya mengernyit jengah.

"Sampai kapan kamu terus seperti itu?" Yeonjun berceletuk setelah meletakkan cangkir kopi miliknya.

"Huh?" beo sang lawan bicara tanpa mengalihkan pandangannya.

Yeonjun menghela nafas, kedua matanya mengikuti arah pandang Changbin. Seorang pemuda berwajah manis tengah berdiri tak jauh dari mereka. Kedua lengannya memeluk nampan dengan senyuman luas yang terus terpatri. Entah itu senyuman semata untuk menyenangkan pengunjung atau bukan, yang jelas Changbin tidak mampu sedikitpun mengalihkan perhatiannya.

"Kalian sudah saling mengenal. Lalu apa yang kamu tunggu?"

Changbin menyandarkan punggungnya pada kursi yang ia duduki. Lelaki dua puluh empat tahun itu melirik kawan satu profesinya, kemudian mengendikkan bahu, "Aku juga nggak tau. Terkadang aku merasa lebih baik jika hanya menatapnya dari jauh."

"Bung, kamu terlihat seperti stalker mengerikan," Yeonjun mendengus pelan, "Kamu sudah sering mengobrol dengannya. Tapi dibanding membuat hubungan kalian berjalan mulus seperti dongeng, kamu malah memilih duduk disini tanpa memesan apapun dan hanya tersenyum seperti orang bodoh? Ayolah, hari ini ulang tahunmu. Usiamu kembali bertambah jadi berhenti menjadi si bucin yang pengecut."

Changbin mendelik sangsi, "Kenapa kamu cerewet sekali? Apa Rosie yang mengajarimu?"

"Jangan bawa-bawa Istriku!" sungut Yeonjun. Changbin tertawa. Semenjak menikah, Yeonjun menjadi sedikit sensitif dibanding sebelumnya.

"Masih bertengkar?" tanya Changbin. Dilihatnya raut wajah sang kawan yang sedikit merengut.

Yeonjun menyeruput kopinya hingga tandas, "Bukan salahku jika aku nggak bisa ingat kapan kami mengadopsi Puffy. Semua orang tau kalau aku punya ingatan yang buruk!" Yeonjun memelas, "Aku lelah tidur di sofa. Tubuhku sakit semua,"

Changbin terkekeh geli. Sudut bibirnya tertarik, lebih menyerupai seringai mengejek, "Wooyoung benar. Kamu harus nulis setiap hal penting dalam hidupmu di buku, lalu mengalungkan buku itu di lehermu."

"Tidak, secepatnya aku akan membuang anjing menyebalkan itu ke kolong jembatan."

Ke kolong jembatan katanya? Changbin mendecih pelan, "Ya, dan setelah itu kamu akan kembali jomblo seperti kami."

Yeonjun mengerang. Lelaki bertubuh tinggi itu menelungkupkan kepalanya pada permukaan meja, merengek selayaknya orang yang telah kehilangan harapan.

Namun sepertinya konversasi dua lelaki dewasa tersebut menarik perhatian seseorang lainnya. Begitu Changbin mendongakkan kepalanya, kedua netranya bersibobrok dengan keping kembar milik sang pemuda manis.

Jantungnya berdegup sedikit cepat, tiga detik setelah keduanya beradu tatap, entah kenapa Changbin dengan refleks mengangkat tangannya, kedua sudut bibirnya membentuk kurva yang ramah.

Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang