Pertengahan bulan April,
sekitar lima tahun yang lalu.Ada satu bait kalimat dari mendiang sang ibu yang masih dan selalu Hyunjin ingat sampai detik ini.
Di dunia yang tidak memiliki sedikitpun belas kasihan ini, tidak ada kasih sayang yang akan diberikan secara cuma-cuma. Kamu harus merangkak untuk mendapat usapan di kepala, dan kamu harus membayar mahal untuk mendapat sebuah pelukan hangat.
Dalam realita yang pahit, Hyunjin sepenuhnya setuju dengan ucapan sang ibu. Namun, rasa muak menjadi pihak yang diinjak dan dibuang, membuat Hyunjin tidak ingin hidup dalam bayang-bayang siapapun. Hyunjin hidup dengan berpegang teguh pada prinsipnya sendiri, sehingga pada akhirnya ia tumbuh menjadi pribadi sekeras batu yang bahkan enggan untuk tunjukkan tangisnya di depan seekor anjing.
Sayangnya, pandangannya yang skeptis terhadap kehidupan membuat Hyunjin seringkali melihat orang lain dengan rendah, termasuk Felix.
Pertemuannya dengan Felix bukanlah sesuatu yang berkesan. Berkali-kali menemukan remaja bertubuh kecil itu babak belur akibat perbuatan para siswa kolot di sekolahnya, membuat Hyunjin berdecih muak. Felix yang lemah dan tak berdaya, mengingatkan Hyunjin pada dirinya di masa lalu. Mudah dibodohi.
Pada awalnya, Hyunjin hanya ingin bermain-main dengan Felix. Pikirnya, memiliki seseorang yang bisa ia kendalikan kapanpun ia mau bukanlah hal yang buruk.
Dalam bayangannya, Hyunjin mengira bahwa Felix akan memberontak. Setelah merasakan perlakuan Hyunjin yang membuatnya terlihat seperti kacung, mungkin Felix akan memukul wajahnya keras-keras dan pergi menjauh tanpa melihat ke belakang. Namun nyatanya, Felix tetap teguhkan kakinya untuk berdiri tegap di samping Hyunjin. Katanya, sebagai bentuk terima kasih karena pertolongan Hyunjin hari itu, Felix akan lakukan apapun sesuai keinginan yang lebih tua.
People pleaser.
Yang Felix tidak tau, kenyataannya, Hyunjin memutuskan untuk menyelamatkannya hanyalah agar pemuda manis itu beralih melayaninya, bukan para siswa idiot yang hanya mampu bersembunyi di ketiak kedua orangtuanya ketika Hyunjin berdiri membuat laporan di ruang konseling pagi itu.
Terbiasa tumbuh sendiri tanpa mengandalkan siapapun sebagai topangan hidup, membuat Hyunjin semakin protektif terhadap apapun yang ia miliki. Sekecil barang-barang yang ia beli dari supermarket maupun toko alat tulis, tidak ada satu orang pun yang ia izinkan untuk datang menyentuh.
Hyunjin tau jika Felix termasuk anak yang sangat murah senyum. Namun entah kenapa, setiap interaksi yang remaja itu lakukan dengan siswa bahkan siswi lain, membuat Hyunjin merasakan letupan amarah di dalam dirinya. Hingga ia terus memutar otak, tentang bagaimana cara agar Felix hanya mampu untuk memandangnya. Bukan orang lain.
Dan salah satu cara yang ia lakukan adalah⚊
"Felix, apa kamu gay?"
⚊membuat Felix beralih menjadi milik Hyunjin seutuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️
Fanfiction(Adj.) Terjerat dalam situasi atau hubungan yang rumit. ••• Felix itu seindah bintang dan sehangat matahari pagi, Changbin mengakuinya dengan lantang. Namun, bagaimana jika keindahan yang ia agung-agungkan selama ini malah membawa petaka yang menger...