24. Kucing Tersesat

111 18 11
                                    

Keesokan harinya, Felix memutuskan untuk kembali menghadiri perkuliahan. Setelah berbicara dengan Kento dan Changbin, Felix merasa keadaannya saat ini mulai membaik. Belum sepenuhnya pulih, memang. Namun setidaknya rasa cemas yang selama ini membelenggu sudah mulai berkurang.

Benar. Walaupun mungkin di masa depan dunia akan berpaling darinya, Felix tidak akan terlunta-lunta seorang diri. Ada banyak orang yang menyayanginya. Felix akan tetap baik-baik saja, dan akan Felix pastikan bahwa Hyunjin tak akan mampu untuk kembali hancurkan hidupnya.

Dua minggu penuh Felix jauh dari dunia luar, ia menjadi sedikit gugup saat harus berada di tengah keramaian. Berkali-kali Felix benahi tatanan rambut dan pakaiannya. Rasanya seperti ada belasan pasang mata tengah memperhatikan pergerakannya, meskipun nyatanya semua itu hanyalah sekedar bayangan dalam kepala saja.

Felix terduduk diam diatas bangku dekat danau yang berseberangan dengan gedung olahraga. Pemandangan dari para mahasiswa yang berlalu-lalang tak jua membuat Felix terlepas dari lamunannya. Kelas terakhir akan dimulai lima belas menit lagi. Namun Felix masih betah untuk berdiam diri menghirup udara segar disana.

"... Felix! Kamu dengar aku nggak sih?!"

Mendengar namanya disebut, Felix berjengit kaget. Kepalanya berputar ke samping, menatap Seungmin yang kini terlihat heran dan sedikit kesal. Si manis mengerjap kikuk, sebelum kemudian mencicit dengan suara pelan, "H-ha? Apa?"

Seungmin mendesah lelah. Sungguh, ia tidak mengerti apa yang ada dalam kepala Felix saat ini. Sejak pagi, Seungmin seringkali memergoki Felix terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri. Lebih dari itu, Felix tampak lebih sensitif dan mudah terkejut dengan hal-hal kecil. Memori Seungmin kembali berputar tentang bagaimana pemuda manis itu berjengit panik tatkala Jisung dengan sengaja mendaratkan tangan pada puncak kepalanya.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Seungmin entah untuk keberapa kalinya. Meskipun merasa kesal, tak bisa dipungkiri bahwa Seungmin juga sedikit khawatir melihat gerak-gerik kawan baiknya yang begitu janggal.

Felix mengerjap. Bibirnya terbuka untuk sejenak, namun kemudian terkatup kembali setelah satu detik. Saat ini, batinnya berkecamuk. Hingga setelahnya, masih dengan intonasi pelan Felix menyahut, "Aku nggak papa, Seung," bohongnya, "Kamu ngomong apa tadi?"

Seungmin tidak bodoh. Ia jelas tau ada yang tidak beres dengan Felix. Meski demikian, Seungmin memilih untuk bungkam. Sekeras apapun Seungmin bertanya, Felix tidak akan berkata jujur. Oleh karena itu, Seungmin akan mencari tau sendiri alasan sebenarnya.

"Kelas udah mulai, Felix. Kita terlambat. Ayo cepat pergi,"

Felix memalingkan wajahnya. Benar, beberapa teman sekelas yang sebelumnya turut berada disana kini sudah pergi. Felix bangkit dari tempatnya terduduk, kemudian ia mulai menyadari sesuatu, "Jisung kemana?"

Sembari mengemasi barang-barangnya, Seungmin berdecak pelan, "Itu lah. Kamu terlalu sibuk melamun sampai nggak sadar kalau Jisung udah pergi lebih dulu bersama Jeongin,"

"Jeongin?" Felix terkejut.

Hela napas berat kembali terdengar. Seungmin berdiri, menatap Felix dengan ekspresi serius, "Kamu nggak dengar kita ngobrol apa aja, 'kan?"

Felix terdiam dengan kebingungan yang melanda. Perasaan tak nyaman mengerubungi hatinya. Belakangan ini, Felix merasa sulit untuk berkonsentrasi. Sebanyak apapun usahanya, Felix hampir selalu berakhir terjebak dalam lamunan atau bahkan melupakan hal-hal yang seharusnya ia ingat.

"Kamu bisa bicara denganku dan Jisung jika kamu memiliki masalah, Fel. Aku pikir kamu belakangan ini terlalu banyak nyembunyiin sesuatu dari kami," Seungmin mulai berkeluh kesah, mengeluarkan segala hal yang sejak tadi ia pendam, "Aku bahkan nggak tau kamu kemana aja dua minggu ini. Kamu hilang gitu aja tanpa ngabarin kami. Begitu kembali kamu sering bersikap aneh. Sebenarnya ada apa, Fel? Apa masalahmu? Kamu udah nggak bisa percaya pada kami?"

Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang