Tengah malam. Felix terbangun dengan tubuh tersentak kaget. Mimpi buruk kembali sambangi tidurnya, buat si cantik tersengal ketakutan. Bayangan tentang Hyunjin yang lagi-lagi kembali menyiksa jiwa dan raga mengakibatkan Felix sulit untuk tidur nyenyak. Kantung mata semakin susah untuk disembunyikan menggunakan riasan, hingga kini tubuh kurus itu terlihat bak mayat yang menyedihkan.
Membalikkan badan, Felix mengernyit heran ketika ia tak menemukan Changbin yang seharusnya berbaring disampingnya. Ia ulurkan tangan untuk sentuh sisi kasur yang ditempati sang kekasih. Dingin. Seolah Changbin tak pernah rehatkan tubuh disana.
"Kakak?" Felix berdehem beberapa kali. Tenggorokannya terasa kering, seolah ia telah berhari-hari menjalani aktivitas tanpa setetes air sedikitpun. Menelan ludah, Felix beranjak dari kasur dan melangkahkan tungkainya keluar kamar, "Kak Abin?"
Nihil. Sang empu yang namanya terus ia rapalkan tak seujung pun terlihat batang hidungnya. Felix nyalakan beberapa lampu di sudut rumah. Hasilkan cahaya remang-remang yang kini buat tempat hunian Changbin tak lagi terlalu gulita. Dan saat itulah, Felix dapat melihat tubuh besar Changbin yang berdiri tepat di depan lemari es dengan posisi memunggunginya.
Felix berjalan cepat menghampiri Changbin. Dengan sigap ia lingkarkan kedua lengan disekitar pinggang yang lebih tua, menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang seketika membuatnya tenang dan aman, "Felix mimpi buruk. Temani Felix bobo, ya, Kak?"
Aneh. Biasanya, Changbin akan langsung membalas pelukannya dan membisikkan kalimat-kalimat penenang untuknya. Namun kali ini lelaki yang rambutnya terlihat kembali mengeriting itu seolah tak menghiraukan kehadiran Felix.
"Kak?"
Dan dalam satu panggilan terakhir tersebut, pada akhirnya Changbin gerakkan tubuh untuk berbalik menatap Felix. Si cantik tersenyum, bersiap menyambut kecupan serta usapan sayang dari sang kekasih. Tapi bayangannya seketika buyar ketika bukan senyuman yang terpatri dari paras Changbin, melainkan raut marah dan ... jijik?
"Ka⚊"
Plak!
Felix memejamkan mata dengan kepala yang refleks berpaling kesamping ketika Changbin dengan kasar lemparkan sesuatu tepat di wajahnya. Menundukkan kepala, ia mendapati beberapa lembar foto yang kini tergeletak berantakan diatas lantai. Felix kembali mengangkat kepala dengan cepat. Memandang Changbin yang berdiri menjulang dihadapan dengan rahang mengeras.
"Explain."
Pupil bergetar gelisah, Felix rasakan lidahnya yang kelu tanpa ampun. Si pemuda cantik seretkan kaki ke depan kemudian meraih ujung baju Changbin, merematnya kencang seolah benda tersebut adalah satu-satunya topangan hidupnya saat ini. "Ng⚊nggak, bukan aku⚊"
"Jelas-jelas ini wajahmu, Felix. Ini tubuhmu. Apa kamu pikir aku setolol itu sampai nggak bisa ngenalin kamu?"
Tajam. Tak pernah sekalipun Felix dengar Changbin berbicara dengan intonasi setajam dan seketus ini. Dadanya sesak, seolah belasan batu tengah menghimpit jantung dan menghalangi darahnya untuk mengalir bebas.
Felix menggeleng kencang dengan kepala menunduk dalam, "Nggak! Kakak ... Kakak percaya aku, 'kan? Aku dipaksa. Aku nggak mau lakukan itu semua tapi⚊"
"Gimana aku bisa percaya sama kamu, Fel?"
"... huh?"
Kembali dipandangnya paras tegas sang kekasih. Tidak ada seujungpun keramahan yang tergambar dalam wajah tersebut selain rasa marah dan kecewa. Changbin hempaskan genggaman Felix pada kain pakaiannya, "Aku benar-benar menyayangimu, Felix. Tapi kamu dengan tega membalasku dengan perlakuan menjijikkan seperti ini? Apa yang kurang dariku sampai kamu memilih untuk berselingkuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️
Fanfiction(Adj.) Terjerat dalam situasi atau hubungan yang rumit. ••• Felix itu seindah bintang dan sehangat matahari pagi, Changbin mengakuinya dengan lantang. Namun, bagaimana jika keindahan yang ia agung-agungkan selama ini malah membawa petaka yang menger...