Ada hal berbeda yang Changbin lihat dari Felix ketika ia baru saja kembali dari kedai penjual minuman. Ekspresi si manis yang beberapa waktu lalu terlihat cerah kini perlahan berubah meredup. Keningnya mengerut dalam. Sambil masih memegang ponsel yang menempel di telinga, Felix terlihat merespons panggilan tersebut dengan nada yang terdengar kesal. Hal itu tentu membuat Changbin sedikit bertanya-tanya.
Lelaki itu perlahan mendudukkan diri di seberang Felix. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Changbin membuka segel botol minuman ringan di tangannya sebelum kemudian meletakkannya di hadapan Felix.
"Kakak nggak bisa terus-terusan mengatur apa yang harus aku lakukan," ucap Felix penuh emosi.
"Tugas seorang Kakak adalah melindungi adiknya, Felix. Dan ini caraku melindungimu. Kamu sungguhan yakin kalau dia nggak berniat untuk main-main denganmu? Sekarang aku minta kamu untuk pulang dan jangan berhubungan⚊"
"Lalu siapa yang menurut Kakak baik untukku? Yang nggak punya niat untuk main-main denganku? Kak Chris?" sarkas Felix. Tangannya mengepal di bawah meja. Kepalanya mendongak membalas tatapan Changbin. Meskipun Felix dilanda emosi yang hampir meledak, ia terus berusaha untuk mengatur suara dan ekspresinya.
"Aku tau Kakak hanya ingin melindungiku. Dan aku bersyukur karena Kakak selalu mengurusku dengan sangat baik. Tapi Kakak sudah berlebihan karena selalu berpikir buruk tentangku dan Kak Changbin. Aku juga punya hak untuk memilih apa dan siapa yang aku inginkan."
Pip!
Felix memutuskan panggilan itu tanpa berpikir dua kali. Dengan perasaan yang berkecamuk, ia meletakkan ponselnya di atas meja dan menghela napas berat. Felix mengucek kedua matanya yang mulai berair, sekali lagi merasa bersalah karena telah berbicara dengan nada yang kurang sopan kepada kakaknya.
Melihat Felix yang terus mengucek kedua matanya, dengan hati-hati Changbin meraih tangan Felix dan menggenggamnya dengan lembut, "Hei ... ada apa?"
Changbin bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Namanya sempat disebut-sebut dalam percakapan telepon Felix dengan Minho. Dari nada suara Felix yang terdengar kesal, Changbin dapat menebak bahwa hal yang mengganggu Felix berkaitan dengannya.
Di sisi lain, Felix merasa hatinya bimbang. Felix tidak tau haruskah ia memberitahu Changbin tentang ucapan Minho atau tidak. Felix takut jika Changbin akan merasa kecewa nantinya.
Mendapati keraguan yang terpancar dari wajah Felix, Changbin mengusap punggung tangan pasangannya tersebut dengan penuh kelembutan, "Love, you know that you can tell me anything, right?"
Mendengar itu, meskipun ragu pada akhirnya Felix tetap menceritakan semuanya pada Changbin. Tentang Minho dan pendapatnya mengenai Changbin.
Suasana hening yang menyelimuti setelah Felix selesaikan kalimatnya, membuat si manis dirundung gelisah. Ia balas genggaman tangan yang lebih tua dengan erat, sebelum kemudian merengek pelan guna meminta respon darinya, "Kakak ..."
Changbin tersenyum lembut, ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, "Jika aku memiliki adik sepertimu, aku juga akan bertindak sama seperti Kak Minho," ucapnya, yang seketika membuat Felix terdiam.
"Kak Minho sudah melakukan hal yang benar dengan melarangmu untuk mudah percaya terhadap orang lain, Felix. Mungkin karena aku sangat jarang bertemu dengannya, membuat Kak Minho belum bisa mempercayaiku. Karena itu, apa boleh jika aku ingin menemui Kak Minho untuk meluruskan semuanya? Aku ingin meminta izin kepadanya langsung untuk berhubungan dengan adiknya yang sangat lucu ini," Changbin mencubit gemas ujung hidung Felix lalu terkekeh kecil.
"Kakak nggak marah?"
"Kenapa harus marah? Reaksi Kak Minho adalah reaksi alami yang pasti dialami oleh seorang Kakak. Itu sebabnya aku ingin meminta izin untuk menemuinya. Bolehkah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️
Fanfiction(Adj.) Terjerat dalam situasi atau hubungan yang rumit. ••• Felix itu seindah bintang dan sehangat matahari pagi, Changbin mengakuinya dengan lantang. Namun, bagaimana jika keindahan yang ia agung-agungkan selama ini malah membawa petaka yang menger...