Felix mulai kehabisan nafas. Selain membekap mulutnya, si pemuda bejat bertubuh besar itu juga tanpa sengaja menutup akses Felix untuk bernafas bebas. Tubuh si manis yang semakin melemas dan bergetar hebat membuat Hoon mulai merasa jengkel.
"Jangan tutupi hidungnya, bodoh!" cerca Hoon, "Dudukkan dia. Tangannya tidak enak, pakai mulut saja."
Tanpa menunggu perintah yang kedua kali, Felix merasa tubuhnya ditekan paksa sehingga ia berakhir bersimpuh diatas lantai toilet. Pandangannya berputar, Felix tidak bisa mencerna apa yang mereka katakan dan lakukan padanya. Tanpa Felix ketahui, Hoon mulai memposisikan miliknya yang sudah mengeras di depan bibir pucatnya.
Dok! Dok! Dok!
"Kenapa terkunci? Hei! Ada orang di dalam?!"
Tiga pemuda yang berdiri menjulang mengepung Felix seketika mematung sejenak. Setiap kata kasar terucap dari mulut Hoon. Ia merutuki siapapun yang dengan lancang mengganggu kegiatannya.
"Tahan pintunya! Sialan, kepalang tanggung. Aku akan melakukannya dengan cepat!"
Disaat Felix masih berusaha mengatur nafas, dengan keji Hoon mendorong kepalanya hingga terantuk pada dinding. Tidak sedikitpun diberi kesempatan untuk bernafas lebih bebas, Felix dipaksa untuk membuka mulut. Rahangnya ditekan kuat, nyeri sekali.
Sesaat sebelum Hoon sempat mendorong kejantanannya masuk ke dalam mulut Felix, ia kembali dibuat terkejut saat merasakan tepukan di bahunya.
"Sudahlah, lakukan lain kali saja. Mereka sudah menggedor-gedor pintu. Akan sangat mencurigakan jika kita tetap diam disini saja."
Hoon menggeram kesal. Dengan kasar ia lepaskan cengkramannya pada rahang Felix, membiarkan pemuda malang itu kembali terbatuk dan hampir muntah. Felix rasa perutnya seperti diaduk dan ditusuk-tusuk oleh jarum tak kasat mata.
Ketiga pemuda itu satu persatu mulai tinggalkan toilet. Mengabaikan Felix yang terengah-engah merangkak meraih masker yang tergeletak di lantai dengan kondisi telah terinjak berulang kali. Tanpa kembali berniat untuk membasuh muka seperti sebelumnya, Felix bergegas memakai maskernya kembali dan menutupi kepalanya dengan tudung jaket seperti semula. Setelahnya, Felix berjalan cepat keluar dari toilet.
Bruk!
Akibat tidak cekatan perhatikan sekitar, tanpa sengaja Felix menubruk seseorang. Mengangkat kepala, bibirnya kembali gemetar ketika netra Felix bertatapan langsung dengan jelaga cokelat milik Jisung.
Menyadari siapa yang baru saja ia tabrak, Jisung terkejut dengan mata membulat. Sebelum ia bisa membuka mulut, dalam satu kali gerakan Felix berbalik arah dan berlari tertatih tanpa kembali menoleh ke belakang barang satu detikpun.
"Siapa, Sung?"
Jisung kembali tersadar dari rasa terkejutnya. Menoleh sejenak, ia menggeleng tanpa mengeluarkan kata-kata. Jisung mencoba tersenyum untuk sembunyikan rasa penasarannya atas kedatangan Felix yang tiba-tiba.
Sebelum memasuki toilet, sekali lagi Jisung menoleh ke belakang. Keningnya mengerut halus. Dan di detik ini, entah mengapa rasa khawatir mulai sambangi benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️
Fanfiction(Adj.) Terjerat dalam situasi atau hubungan yang rumit. ••• Felix itu seindah bintang dan sehangat matahari pagi, Changbin mengakuinya dengan lantang. Namun, bagaimana jika keindahan yang ia agung-agungkan selama ini malah membawa petaka yang menger...