41. Seribu Tahun

77 16 2
                                    

Daegu, sekitar 7 tahun yang lalu.

"Jisung, aaaa ..."

Seungmin menyodorkan sesendok nasi goreng ke mulut Jisung, yang langsung disambut dengan rakus. Pipi gembul Jisung semakin membulat lucu, matanya terpaku pada derasnya hujan yang mengguyur kota Daegu.

"Kalau hujannya nggak juga berhenti, kita nggak akan bisa cepat pulang," gerutu Jisung di sela kunyahannya.

Disampingnya, Seungmin masih terdiam dengan kesibukannya menyuapi Felix dan Jisung bergantian. Sedangkan si bocah berambut pirang yang berada di paling ujung tiba-tiba berceletuk asal, "Kita robek saja jas hujan Seungmin, supaya bisa digunakan sebagai payung. Lagipula jas hujanmu itu sudah tua, Seung. Sudah waktunya diganti dengan yang baru!"

Mendengar itu, Seungmin mengernyit dalam, "Nggak mau! Nanti aku dimarahi Mama. Memangnya kalian mau kalau Mamaku juga ikut memarahi kalian?"

Ingatan Felix seketika terputar kembali kepada ibu Seungmin yang terkenal lumayan pemarah. Felix meringis kecil, kemudian beringsut menempelkan tubuhnya pada Seungmin yang berada di tengah, "Kita tunggu hujannya reda saja." cicitnya pelan. Nyali bocah menggemaskan itu seketika menciut.

Tiga bocah kecil berseragam khas sekolah menengah pertama itu duduk berjejer diatas tanah dan hanya beralaskan dedaunan yang telah mengering. Gubuk bambu reyot yang mereka singgahi tampak masih cukup kuat untuk melindungi ketiganya selama hujan masih sibuk mendera bumi sore hari itu.

Sebenarnya, Seungmin sedikit was-was. Arloji di tangannya sudah menunjukkan pukul tiga sore, namun bukannya mereda, cuaca justru terlihat semakin memburuk. Air mulai naik, Seungmin takut akan terjadi banjir sebentar lagi. Rasanya Seungmin ingin nekat menerobos hujan saja. Namun sayangnya ia hanya membawa satu set jas hujan. Mana mungkin Seungmin pergi begitu saja tanpa memikirkan dua teman kecilnya itu?

Tangan kecil Felix dengan jahil mencomot sepotong sosis dari dalam kotak bekal Seungmin, kemudian melahapnya dalam satu kali suapan, "Mau main hujan-hujanan nggak?"

Kedua mata Jisung berbinar. Tanpa berpikir ia langsung bangkit dan hendak berlari keluar, "Ayo!"

"EH, EH, JANGAN!"

Seungmin tergopoh-gopoh langsung menarik celana Jisung, sehingga bocah SMP itu tanpa persiapan terjengkang ke belakang dengan lumayan keras. Namun bukannya merasa bersalah, Seungmin dan Felix justru tertawa geli.

"Jelek sekali ekspresimu," komentar Seungmin.

Cepat-cepat Felix menyahut, "Seperti kucing kena semprot air!"

Mendengar ejekan-ejekan tersebut, Jisung merengut lucu dengan alis tertekuk sebal, "Kenapa tiba-tiba ditarik, sih?! Sakit tau!"

Ekspresi jenaka Seungmin sejenak berubah masam. Dengan main-main, bocah manis itu mencubit pelan pinggang Jisung dan Felix satu persatu.

"Kamu baru sembuh dari demam, Ji. Aku nggak mau dimarahi Ayahmu. Dan Felix," pandangan Seungmin beralih pada temannya yang satu lagi, "Jangan memberi Jisung ide-ide yang jelek!"

Dua bocah yang usianya hanya selisih satu hari itu saling mencebik. Seungmin tidak peduli, ia dengan santai kembali menutup kotak bekalnya dan memasukkannya ke dalam tas.

Hampir semua orang yang melihat interaksi tiga sekawan kecil itu pasti selalu merasa terheran-heran. Diantara ketiganya, Seungmin adalah yang termuda. Namun sifat dan perangainya seolah menggambarkan bahwa dirinya terlihat berusia jauh dewasa diatas Jisung dan Felix. Maka dari itu, tak lagi mengherankan jika dua bocah kembar itu terkadang seringkali bergantung pada Seungmin.

"Aku bosan," keluh Felix setelah ketiganya terjebak dalam suasana hening yang membosankan.

Dengan memangku dagu, Felix perlahan mulai mencoret-coret asal tanah kering dibawahnya. Pertama, ia menggambar bunga, lalu menghapusnya dan berganti menggambar kepala kucing. Kemudian Felix meringis, jelek sekali gambarannya. Cepat-cepat ia menghapusnya dengan asal.

Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang