27. Tempat Penuh Dosa

105 19 8
                                    

⚠️ tw! mention of drvgs,
slight girls love.

•••

"Huhu ... sakitt,"

Sebuah ringisan disertai rengekan kecil terdengar di dalam sebuah kamar berukuran kecil. Han Jisung terduduk dengan satu tangan terulur ke depan, memperlihatkan sebuah luka sayatan cukup panjang yang melintang di telapak tangan. Sedangkan seorang pemuda lain tampak sibuk teteskan obat merah dan dengan telaten membalut luka menganga tersebut menggunakan perban.

"Sudah, berhenti menangis. Aku sudah bilang untuk jauh-jauh dari pisau, 'kan?"

Kedua pipi menggembung lucu. Padahal kan ia bermaksud baik. Ia ingin buatkan makan malam untuk mereka berdua. Setiap kali Jisung datang untuk mengunjunginya, Jeongin selalu belikan makanan cepat saji atau hidangan rumah makan untuk mereka santap bersama. Jisung ingin sekali-kali membuatkan makanan spesial untuk Jeongin. Namun sepertinya ia memang tak miliki bakat untuk berkutat di dapur. Bukannya masakan hangat yang ia bawa keluar, justru Jisung berakhir dengan telapak tangan yang berdarah-darah. Hampir membuat Jeongin terkena serangan jantung mendadak.

Jisung balas tatapan Jeongin dengan delikan sebal. Tak gentar, Jeongin mendesis pelan, isyaratkan si gembul untuk tak bertingkah macam-macam. Hal itu sontak buat yang lebih tua semakin merengut sedih.

Pada akhirnya, Jeongin tersenyum geli. Diusaknya rambut cokelat Jisung sebelum kemudian ia beranjak setelah daratkan kecupan singkat di puncak kepala si kecil, "Jangan sedih begitu. Aku mau beli makan diluar. Mau ikut?"

Mendengar itu, dengan kurang ajarnya Jisung langsung meringkuk diatas sofa, sembunyikan wajahnya di sudut sofa hingga Jeongin tak mampu lagi pandangi wajah manisnya, "Malas ah. Mau tidur,"

"Kamu belum makan dari siang, lho, Kak,"

Panggilan singkat yang Jeongin ucapkan sontak membuat Jisung merengek protes, "Jangan panggil gitu!"

Bukannya berhenti, justru Jeongin terkekeh geli kemudian kembali ulangi panggilannya berulangkali, "Kenapa, Kak? Ayo makan sama aku, Kak,"

"YANG JEONGIN!"

"Iya, Kak?"

Bruk!

Sebuah bantal sofa terlempar ke arah Jeongin, untungnya pemuda itu miliki refleks yang cukup bagus hingga ia tak harus rasakan hentakan keras di wajahnya dari benda empuk tersebut. Mendengus geli, Jeongin tarik perlahan tangan Jisung, "Aku serius, Ji. Kamu harus makan,"

"Aku malas bergerak. Belikan aku makanan saja. Terserah apapun, tapi aku mau jus alpukat juga,"

Menghembuskan napas pelan, pada akhirnya Jeongin mengangguk setuju. Setelah pastikan Jisung nyaman pada posisinya, pemuda dengan setelan kaus berlengan panjang dibalut jaket kulit itu beranjak tinggalkan rumah. Biarkan Jisung berkutat dengan kesibukannya sendiri.

Pukul enam petang, Jeongin baru saja sampai di sebuah rumah makan tempat biasa ia membeli makan bersama Jisung. Usai dapatkan segala hidangan yang ia inginkan, Jeongin berjalan menyusuri trotoar dengan kantung makanan dan cup berisi jus alpukat pesanan Jisung di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya berkutat dengan ponsel yang tunjukkan ruang obrolannya bersama Jisung.

Bruk!

Jeongin tersentak kaget. Kepalanya menunduk memperhatikan jaket kulitnya yang kini tampak kotor, basah dan lengket akibat tumpahan jus alpukat. Mengumpat pelan, Jeongin bersiap untuk marahi si pelaku. Namun begitu obsidiannya menangkap figur kecil dari seseorang yang cukup ia kenal, Jeongin mengangkat alisnya penuh tanya, "Lee Felix?"

Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang