Pagi ini, Changbin terbangun akibat suara debuman kecil yang terdengar berkali-kali. Merasa risih namun penasaran, dengan rambut serta pakaian yang berantakan Changbin bangun dari ranjang dan beranjak keluar kamar.
Beberapa bagian di sudut rumah masih terlihat gelap. Hawa dingin dan suasana yang sepi, membuat rasa kantuk Changbin kembali menyeruak. Changbin menguap beberapa kali, kedua matanya semakin memberat, efek dari begadang demi menyelesaikan beberapa track lagu yang tak kunjung rampung.
Dari jarak beberapa langkah, Changbin dapat melihat dengan jelas punggung kecil milik kekasih cantiknya yang terlihat sedang fokus mengerjakan sesuatu⚊yang sepertinya adalah mencuci pakaian, karena Felix tengah berdiri tepat di depan mesin cuci lama milik Changbin.
Pemuda manis yang rambut panjangnya terikat asal itu kini tampak kesal. Tangannya sesekali mendarat di permukaan tutup mesin, mengetuknya dengan keras beberapa kali yang membuat Changbin menyadari asal muasal dari debuman kecil yang bangunkan tidurnya.
Felix yang mendengar langkah kaki Changbin di belakangnya sontak menolehkan kepala. Dibandingkan memberi sapaan seperti pagi-pagi biasanya, pemuda itu justru mengeluh protes, "Kakak beneran harus beli mesin cuci yang baru,"
Bergumam ringan, Changbin bergerak mendekat kemudian sedikit menunduk. Diraih dan ditariknya tengkuk Felix untuk kemudian dikecup pipinya, "Selamat pagi juga, cantik,"
Sedikit terkejut, Felix mendelik sebal lalu mendaratkan tangannya di pinggang Changbin. Memberi cubitan-cubitan kecil yang membuat si tampan menggeliat kegelian. Felix menggerutu kesal, Changbin selalu saja mengalihkan pembicaraan setiap kali Felix menyinggung tentang perabot rumahnya yang sudah terlalu tua.
Merasa cubitan Felix yang semakin bertubi-tubi, Changbin menarik kedua tangan Felix kemudian ia lingkarkan di sekitar pinggangnya. Felix mendongak, punggungnya bersandar pada mesin cuci yang terisi penuh dengan pakaian-pakaian kotor.
"Forget about the machine and just kiss me,"
"Ih mesum," hujat Felix, namun ranumnya tetap sunggingkan senyuman geli. Dirapihkannya helai rambut Changbin yang terlihat mencuat berantakan, lalu Felix alihkan tangannya untuk membelai rahang tegas Changbin yang terasa lebih kasar akibat rambut-rambut halus yang mulai tumbuh.
"Pulang jam berapa semalam?"
"Sekitar jam empat," Changbin memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan dari jemari kecil Felix di wajahnya.
"Harusnya Kakak bilang dari awal kalau lagi sibuk banget. Kakak yang ngajak kencan tapi habis itu jadinya Kakak harus kerja lembur sampai pagi," omelnya.
Semalam, setelah menghabiskan waktu untuk berkencan⚊meskipun hanya beberapa jam⚊Changbin berpamitan untuk kembali ke studio. Felix yang terlalu lelah untuk mengomel, akhirnya menerima kenyataan bahwa malam itu ia akan tidur sendirian di kamar Changbin. Namun, ketika Felix membuka mata pagi tadi, ia terkejut melihat Changbin terbaring di sampingnya dengan kepala yang mendusal nyaman di dadanya.
"Mhm, no, it's okay. I love spending time with you. Rasanya kaya recharge energi," Changbin kembali membuka mata. Kedua lengannya bertumpu pada mesin di belakang Felix, mengurung si pemuda yang berdiri di tengahnya, "What's your plans for today?"
"Nothing special. Kelasku penuh sampai sore nanti," Felix berdecak halus, membayangkan kesibukan yang tak ada hentinya, membuat Felix merasa lelah, "Aku kepikiran untuk resign dari kafe," tambahnya, yang membuat Changbin mengernyit penuh tanya.
"Tiba-tiba?"
"Aku sudah memikirkan ini sejak beberapa hari terakhir. Aku memang senang bekerja disana, tapi rasanya energi dan pikiranku sangat cepat terkuras. I barely have time for myself,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️
Fanfiction(Adj.) Terjerat dalam situasi atau hubungan yang rumit. ••• Felix itu seindah bintang dan sehangat matahari pagi, Changbin mengakuinya dengan lantang. Namun, bagaimana jika keindahan yang ia agung-agungkan selama ini malah membawa petaka yang menger...