Gelap. Dingin. Sakit.
Felix tidak tau pasti berapa lama ia tak sadarkan diri. Namun, ketika matanya terbuka, ia hampir dibuat menjerit karena sepanjang ia memutarkan pandangan, netranya tak dapat melihat apa pun. Rasa panas melanda kedua matanya, membuatnya merasakan kebingungan dalam kegelapan. Namun, setelah beberapa detik yang panjang, Felix mulai merasakan penglihatannya kembali pulih perlahan-lahan. Setelah beberapa kali mengerjapkan mata, hal pertama yang Felix lihat adalah sebuah dinding bercat putih gading yang terlihat begitu asing baginya.
Perlahan, Felix menolehkan kepala ke samping. Namun sesaat berikutnya ia kembali memejamkan mata lantaran denyutan sakit yang sebelumnya mereda kini kembali lagi. Felix memegang keningnya, dan saat itulah ia baru menyadari jika saat ini sebuah perban yang lumayan tebal telah membalut kepalanya.
"Sshh ... sakit ..."
Beberapa menit setelahnya, Felix akhirnya mampu untuk bernapas dengan benar setelah rasa nyeri tersebut berangsur-angsur membaik. Dengan tubuh yang sedikit gemetar, Felix bangun dan mendudukkan diri di tepi ranjang. Pandangannya lurus ke depan, menatap sebuah sofa berukuran besar yang terletak di pojok ruangan. Netranya bergulir ke samping, menemukan sebuah nakas dengan vas bunga berisi beberapa tangkai mawar yang tampaknya masih segar.
Felix memutar otak, mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya sedang terjadi. Keningnya berkerut. Seingatnya, ia hanya beraktifitas seperti biasa. Bekerja setelah menyelesaikan kelas, berjalan pulang dengan menunggu bus di dekat halte ... kucing ... pria asing ... darah ...
Felix terpaku. Kedua matanya membulat lebar. Seperti kaset yang rusak, otaknya kembali memutar memori tentang apa yang terjadi semalam. Refleks ia kembali mengusap buntalan kasa yang melingkari kepalanya.
Siapa pria itu? Apa kesalahan yang Felix perbuat sehingga ia harus mendapat perlakuan kejam seperti ini?
Felix memutar pandangan ke belakang lalu terhenti pada sebuah pintu yang tertutup rapat. Jantungnya berdebar, ia mengumpulkan keberanian untuk bangkit dari ranjang dengan sedikit paksaan. Namun, akibat pergerakan yang tiba-tiba, pandangannya kembali berputar dan tubuhnya hampir tersungkur ke depan jika saja Felix tidak berpegangan pada meja nakas di dekatnya.
Tapi, tanpa sengaja Felix menyenggol vas berisi beberapa tangkai mawar diatasnya dan membuat benda tersebut jatuh pecah menghantam lantai. Suaranya yang cukup nyaring membuat Felix meringis kecil.
"Kenapa sangat terburu-buru?"
Suara berat namun terdengar familiar itu membuat Felix dengan cepat mengalihkan perhatiannya. Sejak tadi ia terjebak di ruangan sunyi ini tanpa siapapun, namun Felix tetap tidak tau sejak kapan pintu tersebut terbuka. Dan yang lebih mengejutkan, kenapa ada Hyunjin disana?
"It's been a while, huh?" Hyunjin menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah seringai yang terlihat menyeramkan, "Apa kamu merindukanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled ⚊ Changlix ft. Hyunjin ✔️
Fiksi Penggemar(Adj.) Terjerat dalam situasi atau hubungan yang rumit. ••• Felix itu seindah bintang dan sehangat matahari pagi, Changbin mengakuinya dengan lantang. Namun, bagaimana jika keindahan yang ia agung-agungkan selama ini malah membawa petaka yang menger...