Menepati janjinya

1.5K 70 4
                                    

Happy reading❤️

Hari berganti lagi seakan waktu berjalan begitu cepat, di tambah suasana kembali di buat tegang, karena menunggu jawaban dari seorang gadis yang akan menerimanya atau tidak?

khalinza sedang berada di hadapan keluarganya Gus sarhan dan kini dirinya tidak sendirian karena di temani Shafa di sampingnya, gadis itu sangat bingung harus menjawab apa sekarang? Dia saat ini belum mendapatkan petunjuk apapun dari Allah, apakah sholat istikharahnya kemarin malam tidak mendapatkan hasil apa-apa?

"Nak khalinza, apakah kamu menerima putra ummi?" Tanya ummi Rahma di sela-sela keheningan.

Hati berdetak lebih kencang dari biasanya saat mendapati pertanyaan itu dari ummi, khalinza rasanya seperti di buat mati kutu di sana.

"Tenang khalinza, lo pasti bisa jawab!" Batinnya, dengan terus menguatkan tekadnya.

Tetapi entah kenapa dirinya terasa lebih tenang dari sebelumnya, dan hatinya sudah lebih mantap untuk menjawab persoalan ini. "Em khalinza... Khalinza menerimanya ummi" jawabnya sembari menutup mata rapat-rapat.

"Alhamdullilah..." Mereka yang ada di sana mengucapkan hamdalah secara bersamaan termasuk sarhan yang kini menundukkan kepalanya dalam.

"Tapi ada syaratnya." Ucap khalinza lagi

Mereka di buat bertanya-tanya oleh perkataan gadis itu tadi, "syarat apa??" Tanya kyai zahi, yang kini mulai membuka suara.

"Khalinza mau, pernikahan ini di rahasiakan!"

Tanpa banyak basa basi, kyai pun dengan cepat menyetujui "Baiklah jika itu mau kamu, kita hanya bisa mengikutinya saja."

"Jadi kapan hari H nya ummi?" Tanya Ustazah Hana.

"Untuk itu ummi serahkan pada sarhan saja, bagaimana nak?"

Sarhan menarik nafas panjang, jangan di tanya dirinya gugup atau tidak? jujur saja dirinya sangat gugup sekarang dan mulutnya terasa sulit untuk berbicara "l-lebih cepat, lebih baik ummi" itulah ucapan yang barusan keluar dari mulut pemuda itu.

"Jika adanya pernikahan itu baik untuk sarhan dan khalinza serta tidak memberatkan siapapun. Maka saya akan ikhlas menjalaninya." Sambungnya

Sungguh pemikiran pemuda itu sangat dewasa, tapi apakah pertemuan cepat ini akan tumbuh rasa cinta jika mereka berdua sudah menikah nanti? Mungkin hanya yang menciptakan takdir ini yang tahu, karena dua insan di dalamnya hanya menjadi pemilik takdir bukan yang menciptakan takdir.

"Abi putuskan pernikahan kalian akan di laksanakan besok, karena semua santri akan di pulangkan satu hari, dan tidak ada waktu lagi. Apalagi kita semua akan melaksanakan ibadah puasa ramadhan" putus kyai

"What!! Besok!" Batin khalinza shock

"Bagaimana sarhan, khalinza, apakah kalian berdua menyetujuinya?" Tanya ummi memastikan.

"Jika itu keputusan yang baik, maka sarhan menyetujuinya ummi." Setuju Sarhan

"Nak khalinza, apakah kamu menyetujuinya?"

"Aku ikut aja ummi, jika itu baiknya."

Mereka yang di sana pun mengikut saja atas apa yang menjadi keputusan mereka,  termasuk Shafa.

Pemilik TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang