Happy reading❤️
Sarhan membawa istrinya untuk duduk terlebih dahulu di pinggir kasur, pemuda itu mendadak begitu perhatian kepada istrinya. "Kamu duduk dulu di sini, tenangkan diri kamu dulu. Jangan nangis lagi oke? Everything will be fine"
Khalinza mengangguk, lalu menghapus kasar air matanya, sebenarnya perempuan itu sangat benci melihat dirinya yang cengeng. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini Khalinza sangat mudah menangis. "But i'm afraid"
"There is nothing to be afraid of, everything will be fine. semuanya akan baik-baik aja, ingat kamu masih punya saya, yang akan ada di samping kamu terus. Lagian ya Za, calon bayi yang ada di perut kamu itu adalah titipan dari yang menciptakan manusia dan seluruh alam, tak lupa itu juga termasuk ke dalam amanah yang harus kita jaga" ujar Sarhan, yang berdiri di samping Khalinza sambil mengelus puncak kepala istrinya lembut
"Gue akan coba jalanin ini semua Sar, tapi sekarang gue bener-bener butuh lo untuk selalu ada di samping gue."
Lalu pemuda itu ikut duduk di samping istrinya dan membawa kepala Khalinza masuk kedalam dekapannya "pasti. Pasti saya akan selalu ada buat kamu, sekarang kamu siap-siap dulu. kita akan pergi ke dokter kandungan untuk periksa di sana."
"Harus sekarang banget?" Tanyanya
Sarhan dengan cepat mengangguk, lalu mengelus perut rata istrinya, dan membuat Khalinza merasa geli "iya. Untuk melihat calon anak kita"
"Lo gak ke pesantren lagi? Kan tadi bilangnya, cuma mau ngambil berkas yang ke tinggalan di rumah."
"Itu urusan gampang, sekarang yang lebih penting itu kamu dan calon anak kita."
"Ya udah, gue siap-siap dulu bentar" ucapnya, lalu menjauhkan tubuhnya dari dekapan Sarhan serta melangkahkan kakinya pergi menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.
Setelah menunggu hampir 15 menit, akhirnya Khalinza sudah siap. Perempuan itu mengenakan baju yang simple saja, seperti saat ini dirinya memakai celana kulot warna hitam di padukan dengan sweater berwarna putih tak lupa untuk memakai kerudung bergo yang ukuran sedang agar tidak ribet katanya.
Kini pasangan itu sedang berada di dalam mobil, untung saja jalanan tidak terlalu ramai oleh kendaraan hingga mereka berdua bisa cepat sampai di rumah sakit. Khalinza dan Sarhan kini duduk di kursi tunggu, menunggu antrian dirinya agar bisa masuk ke dalam.
"Atas nama Khalinza Saskarani" panggil seorang suster.
"Saya sus" sahut perempuan itu
"Silahkan masuk ke dalam, dokter Cindy sudah menunggu" Ucap ramah suster yang berjaga itu
Khalinza mengangguk, lalu mulai berdiri dari duduknya dengan tangan yang menggenggam erat lengan suaminya. Jujur, dirinya sangat gugup sekarang di tambah keringat dingin yang mulai membasahi pelipisnya.
Usapan lembut pada genggaman tangannya, membuat perempuan itu menoleh ke arah Sarhan, pemuda itu tersenyum manis untuk memberikan tanda semuanya akan baik-baik saja, lalu mereka berdua masuk keruang putih tersebut dan duduk di hadapan dokter Cindy yang tersenyum hangat ke arah mereka berdua.
"Silahkan Bu, pak, ada keluhan apa dulu? Sebelum saya periksa"
Perempuan itu menarik nafas panjang terlebih dahulu sebelum berbicara. "Jadi gini, dari kemarin perut gue itu-"
![](https://img.wattpad.com/cover/365139017-288-k61985.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Takdir
Teen Fiction☠️PLAGIAT DI LARANG KERAS!☠️ Cerita ini murni dari imajinasi sendiri Bagaimana jika manusia yang menciptakan takdir bagi orang lain, karena untuk membalas semua dendamnya? Lalu bagaimana dengan kehidupan orang yang menjadi pemilik takdir itu? Dan ya...